£•∞ Lembaran lima

1.5K 56 13
                                    

°° ©Nonanaf °°

In picture: dr Tito

Perut Agil berbunyi, lalu tidak lama bau tidak sedap tercium. Sepertinya Agil pup. Agil menatap Dita khawatir, takut istrinya itu marah. Tetapi ini Dita, bukan Ajeng.

Melihat raut khawatir Agil Dita tersenyum menenangkan. "Gapapa Mas, Dita gak marah," ujarnya sambil mengusap lengan Agil.

"Dita siapin dulu air hangat ya, biar sekalian mandi juga. Sepertinya Mas Agi kegerahan, ya?" Dita mengusap rambut Agil yang lepek dan agak bau.

Dita mendorong kursi roda Agil ke ruang keluarga dan meletakkannya di depan televisi. Agar Agil tidak bosan menunggu Dita menyalakan TV, memilihkan chanel kesukaan Agil.

"Tunggu sebentar ya, Dita gak akan lama," pamit Dita pergi ke kamarnya.

Dita mempersiapkan segalanya dengan teliti, meski belum ada pengalaman apa-apa dalam merawat orang berkebutuhan khusus seperti Agil. Dita mengikuti intuisinya.

Dita menyiapkan handuk, pakaian, popok, skincare, dan sebuah kursi plastik untuk membantu Agil mandi di toilet. Tidak mungkin Dita membaringkannya di lantai kan?

Sebelum itu Dita harus mengganti popok Agil yang terkena pup, jadi dia menyuapkan keresek untuk popok bekas Agil dan tisu basah untuk membersihkan Agil dari kotorannya.

Dirasa semuanya sudah siap Dita segera pergi ke ruang TV, Agil terlihat tidak nyaman saat menonton televisi. Sepertinya dia sudah terlalu lama menunggu, Dita jadi merasa bersalah.

"Maaf ya Mas menunggu lama," ucap Dita yang dibalas gelengan kepala oleh Agil. Dia memang merasa tidak nyaman, tapi ini belum seberapa dengan apa yang dia dapatkan saat bersama Ajeng.

Istri kedua Agil itu pernah membiarkan Agil seharian tanpa dibersihkan karena pergi keluar bersama kekasihnya, hari itu benar-benar menjijikan. Tubuh Agil basah oleh air seni dan pup nya pun keluar dari popok karena overload. Selain menjijikan, tubuhnya pun terasa sakit karena berada di posisi yang sama selama seharian penuh.

Begitu Ajeng pulang, wanita itu mengamuk. Menuding Agil sengaja membuatnya harus membersihkan Agil malam-malam, dan Agil dimandikan dengan air dingin dengan sangat kasar; kulitnya sangat perih.

"Mas Agi, kita lepas popoknya dulu ya, baru mandi." Dita membantu Agil pindah ke atas kasur, lalu diposisikan senyaman mungkin.

Tanpa jijik atau ragu Dita melepaskan celana Agil, memiringkan tubuhnya bergantian lalu menarik celana Agil keluar. Kaki Agil cukup kaku sebab jarang diberikan stretching, butuh effort untuk melepaskan celananya.

Dapat Dita lihat kaki jenjang Agil terlihat begitu menyedihkan, ada beberapa bekas jahitan dan memar. Selain itu, bentuknya pun mulai berubah; lebih kecil dan kulitnya agak bergelambir.

Agil memalingkan wajahnya, enggan menatap kakinya yang menyedihkan. Setiap sentuhan Dita di kakinya tidak terasa, tapi tiba-tiba serangan nyeri dan spasme datang.

Dita terkejut saat melihat kaki Agil bergetar dan setengah menendang, lalu matanya menatap Agil yang memejamkan mata dan menggigit bibirnya menahan sakit.

"Eungh ... Arggh ...." Agil merintih membuat Dita segera mengusap kepala Agil khawatir.

"Kakinya sakit Mas? tenang ya, Dita coba pijat ya." Dita kembali beralih pada sepasang kaki Agil yang masih bergetar dan memijitnya lembut.

Setalah hampir 2 menit, barulah kaki Agil menjadi tenang. "Alhamdulillah, kita lanjut ya Mas, nanti selesai mandi kita ke rumah sakit. Kita periksakan kondisi kamu, supaya bisa segera sembuh," ucap Dita sambil melanjutkan aktifitasnya melepaskan popok Agil.

AKS || NonanafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang