Disaat redupnya matahari pagi
Diiringi lantunan dersik anila
Aku bercerita pada sang rembulanWahai rembulan.
Apakah aku bisa melupakan dia?
Sudah lama aku menaruh rasa
Pada sang matahari pagi ituNamun, hingga detik ini pun
Aku belum mampu
mengungkap rasa demi rasa
yang ada dalam sanubariku."Bagaimana aku bisa mengiyakan?
Kalau tatapanmu saja kosong seperti itu.
Hanya kamu yang tahu.
hatimu Kuatkan hatimu,dan
Tanyakan pada dirimu sendiri!"Sudah lama aku jatuh suka
Sudah lama pula ingin lupa
Tapi kedua hal itu
selalu sirna."Hanya kamu yang tahu.
Kuatkan hatimu, dan
Tanyakan pada dirimu sendiri!"Rembulan.
Apa yang harus kulakukan?
Aku berada di titik bimbang
Tatkala aku harus memilih
Antara lupa atau suka"Dengarkan aku baik-baik!
Hanya kamu yang tahu,
Kuatkan hatimu. dan
Tanyakan pada dirimu sendiri!"Lantunan dersik anila telah pergi
Seiring hilangnya
kebimbangan dalam benakku
Baiklah rembulan.
Sudah aku putuskan.Matahari pagi.
Aku tak akan melupakanmu
Aku selalu menaruh rasa padamu
Entah tak tahu sampai kapan
Mungkin selamanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Puisi Bengkel Sastra Diksatrasia
PoetryKarya Sastra Puisi Anggota Bengkel Sastra Diksatrasia Universitas Siliwangi ✍️