Empat Belas 🎧

78 23 20
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🎧

"Semoga, tuh, cewek belum pergi." Cowok itu bergumam dengan langkah yang semakin dipercepat. Melewati setiap orang yang kini memandangnya dengan tatapan kagum, mereka adalah orang-orang yang memang sudah menaruh suka padanya sejak dulu. Tidak sedikit juga yang kini menatapnya dengan pandangan penasaran. Untuk yang ini, mereka adalah orang-orang yang mungkin melihatnya berjalan bersama seorang perempuan tadi.

Angkasa memelankan langkahnya setelah hampir sampai lapangan olahraga yang kini sudah ramai dengan siswa-siswa yang memang memiliki hak untuk memakainya. Namun, bukan lapangan yang itu tujuan utamanya, melainkan lapangan sebelah, yaitu badminton.

Sekitar dua puluh langkah dari tempat awalnya berhenti tadi, Angkasa terlihat mengatur deru napasnya yang sempat tidak beraturan akibat berlari dari lantai dua menuju ke sini. Bersamaan dengan itu, tangan kanannya merogoh ponsel di sakunya demi menelepon seseorang. Sayangnya, ia keburu ingat bahwa nomor ponsel yang hendak dia panggil kini masih ada di genggamannya.

Cowok itu hampir saja frustasi gara-gara itu. Apalagi ketika dia tidak melihat sosok yang seperti di foto berada di sekitar tempat tersebut. Sekitar lima menit menyusuri segala arah dengan netra hitamnya, Angkasa akhirnya memilih untuk berbalik badan, hendak pergi. Akan tetapi, tidak lama setelahnya ...

"Angkasa!"

Panggilan itu membuat kepalanya tertoleh ke belakang. Dari tempatnya saat ini, ia bisa melihat seorang gadis yang memiliki rambut sedikit pirang sebahu, kini berjalan ke tempatnya.

"Kak Kasa, kan?" terka gadis itu.

"Naira?" Angkasa membalikkan pertanyaan yang segera mendapat jawaban dari sosok yang kini sudah  benar-benar ada di depannya.

"Aku kira Kak Kasa lupa-"

"Maaf lama," sela Angkasa mengulas senyum tipis. Bukan bermaksud apa, Angkasa benar-benar mengakui keterlambatannya. Dia yang seharusnya datang jam tujuh, justru baru ke sini setelah setengah jam kemudian. "Lo pasti udah lama, ya, di sini?"

Gadis yang semula tengah senyum-senyum itu segera menggeleng. "Nggak, Kak. A-aku juga belum lama, kok, ke sini," katanya tidak kalah menampilkan senyum manis. Tidak ingin membuat cowok itu menunggu terlalu lama karena dirinya, gadis tersebut lantas menyodorkan benda yang sedari tadi digenggamnya begitu erat pada pemiliknya.

"Thanks." Jika biasanya, satu kata yang Angkasa rasa cukup untuk membayar jasa seseorang ketika menolongnya. Namun kali ini berbeda. Dia justru memberikan sesuatu yang lain sebagai ganti ucapan terima kasihnya. Sesuatu dalam paper bag yang membuat kening gadis tersebut mengerut penasaran.

"B-buat aku, Kak?" tanya Naira memastikan.

"Hm. Kalau bukan lo yang nemuin, mungkin semua barang gue nggak ada yang balik selengkap ini." Angkasa memberikan penjelasan atas barang diberikannya tadi.

Angkasa Nasya [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang