Dua Puluh Lima 🎧

79 7 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Malam itu, Angkasa memutuskan untuk pulang ke rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam itu, Angkasa memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Padahal sebelumnya, dia sempat berpikiran untuk menginap di rumah Rion sampai wanita yang dilihatnya tadi benar-benar pergi dari sana. Akan tetapi, dia masih memikirkan eyangnya. Pria itu pasti tengah menunggunya pulang. Karena itulah, setelah bertemu Rion di jalan, dia langsung tancap gas menuju rumahnya.

"Apa dia sudah pergi?" gumam Angkasa ketika motornya baru saja memasuki pekarangan rumah.

Bukan tanpa sebab dia berpikir seperti itu. Pintu utama yang tertutup rapat menjadi salah satu alasannya. Tidak mungkin eyangnya akan mendiamkan wanita itu di sana. Apalagi dengan kepergiannya tadi. Angkasa yakin, mamanya pasti sudah pergi dari sana.

"Assalamu'alaikum," ucap Angkasa seiring dengan kakinya yang melangkah masuk melewati ruang tamu.

"Kasa?"

Panggilan itu membuat langkah cowok tadi berhenti di tengah-tengah ruangan. Dia menoleh ke samping kiri, lalu menemukan sosok kakeknya di sana. "Eyang."

Langkah eyang Sadam tiba di depan cucunya. Begitu melihat wajah itu, dia langsung merentangkan tangannya untuk memeluk cucu kesayangannya. "Maafkan Eyang, Nak," gumam eyang sambil mengelus rambut Angkasa.

Dengan gerakan lambat, tangan Angkasa terangkat untuk membalas pelukan pria yang selama ini merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Eyang. Eyang nggak salah, kok."

Pelukan antar kakek dan cucu itu terurai. Eyang Sadam mengamati sosok cucunya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Penampilan cowok itu sedikit berantakan daripada ketika dia meninggalkan rumah tadi. Eyang Sadam berpikir pasti Angkasa sudah melakukan sesuatu untuk melampiaskan amarahnya. Eyang tahu itu dari luka yang nampak jelas di tangan cucunya.

"Sudah malam, besok kamu harus sekolah. Pergilah ke kamarmu dan istirahat," titah eyang Sadam tanpa ingin berkata lebih banyak.

Sudah cukup cucunya menanggung kelelahan batin dan fisik hari ini. Jangan sampai pertanyaan-pertanyaannya justru membuat cucunya semakin lelah.

Angkasa mengangguk, tapi sampai beberapa detik selanjutnya, dia masih belum beranjak dari tempatnya. "Apa wanita itu sudah pergi, Eyang?" tanyanya.

Eyang Sadam sempat terkejut mendengar pertanyaan itu, tapi buru-buru ia menetralkan raut wajahnya, lalu kemudian mengangguk. "Sudah, Nak. Kamu tidak perlu khawatir. Selama Eyang masih hidup, Eyang tidak akan membiarkan dia melukai kamu lagi. Apalagi membawa kamu pergi bersamanya."

Angkasa menampilkan senyum tipis, pertanda ada rasa lega di hatinya mengetahui bahwa mamanya sudah tidak di sini lagi. Akan tetapi, dia juga tiba-tiba diliputi rasa penasaran dengan kalimat terakhir yang diucapkan kakeknya. Apa maksud eyang tidak akan membiarkan dirinya pergi bersama mamanya?

Angkasa Nasya [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang