Lize tampak mengedarkan pandangannya mencari sosok yang tidak ia inginkan kehadirannya. Ia tak ingin bertemu dengannya walau hanya kebetulan. Itu akan merepotkan.
Peter menyadari gerak-gerik Lize yang terlihat waspada. Ia menghela nafas pelan.
"Jika kau mencarinya, ia tidak ada bersama ku hari ini"
Mendengar itu Lize sedikit lega, setidaknya ia hanya perlu bernegosiasi dengan Peter.
"Memangnya aku mencari siapa" Elaknya. Ia terlihat berpura-pura sibuk.
"Tentu saja suami mu"
Lize menatap tajam Peter. Hei, mereka sudah bercerai. Ingat Lize sudah meninggalkan surat perceraiannya bahkan ia sudah menandatanganinya tanpa beban.
"Mantan... "
Peter sedikit tersenyum.
"Ahh ya mantan suami, maaf"
Ia terlihat menahan tawanya."Jika kau tidak ada urusan lagi silahkan keluar, pintu ada disana, tuan Peter"
Lize sedikit menekan ucapannya."Hei.. Kenapa sekarang kau terlihat sombong, kau lupa kita ini teman ? "
"Lebih tepatnya kau sahabatnya, cepatlah aku akan menutup toko"
Peersetan dengan moto pelanggan adalah raja, ia hanya berfikir agar segera mengakhiri pertemuan tak terduga ini."Ingat, pembeli adalah Raja"
Lize memutar malas kedua bola matanya. Ini kenapa Peter lebih cerewet dari biasanya. Apa dia terluka dari si Tuan Muda itu.
"Tolong rangkai kan bunga matahari untuk ku"
Lize hanya mengangguk tandanya ia akan segera melakukannya.
"Apa aku tidak dipersilahkan duduk misalnya? "
"Silahkan cari tempat ternyaman untuk mu Tuan Peter yang terhormat "
Ucap Lize malas.Peter tampak senang menjahili Lize. Salahkan suami, eh mantan suaminya itu, jika bukan karenanya ia tak akan melakukan itu. Bayangkan kau dipaksa untuk ikut memikirkan masalah rumah tangga orang lain yang dimana dirimu sendiri menikah saja belum. Bahkan setiap hari kau akan mendengar keluh kesahnya. Bagaiman ia putus asa mencari mantan istrinya itu. Ugh.. Bahkan jam tidur Peter sekali pun ikut diganggu karena permasalahan itu.
Bukankan mereka bercerai? Bahkan Lize sendiri yang mengurus dokumen.Tapi kenapa Peter yang jadi korban dia insan yang denial ini.
Rasanya Peter ingin menggulung bumi, jika mengingat tingkah Haizen selama sebulan ini.Peter mengamati bagaimana Lize melakukan pekerjaannya. Terlihat cukup telaten, mengingat dia juga menyukai bunga. Cukup lama ia mengamati Lize. Tanpa sadar ia melirik sosok wanita yang kini bertemu pandang dengan matanya.
Perter sedikit tersenyum. Setidaknya kita harus terlihat ramah jika bertemu orang lain.
Wanita itu berjalan mendekat padanya.
"Apa kau menyukainya, ku lihat sejak tadi kau meliriknya"
Pertanyaan sedikit menyelidik. Peter tau arah pertanyaan ini kemana."Ahh tidak.. Aku hanya kagum"
Ucapnya asal. Mana mungkin ia menyukai Lize.. Bumi terbelah dua pun tidak akan ia masih sayang dengan nyawanya."Reinssa memang wanita yang memikat, siapa pun yang melihatnya akan terpesona "
Peter sedikit berdehem. 'Reinssa? Dia memakai nama keluarganya , wah kenapa aku tidak terfikir kesana kemarin'
"Ada apa Tuan? "
"Tidak hanya saja aku ingat teman lama"
"Ku pikir kau menyukainya, aku Rea. Pemilik toko ini, semoga kau suka dengan bunga yang ada ditoko kami"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zea Keylard
Romancesiapa yang akan menyangka jika Zea putri tunggal keluarga Keylard mengalami kecelakaan tunggal dimalam pesta pertunanganya dan berakhir di tubuh Nyonya Muda keluarga Amerd yang tak pernah di anggap keberadaannya. Bagaimana Zea akan menjalani harinya...