Pemakaman yang begitu sunyi, kotak peti putih berlapiskan bunga itu kini siap untuk dikremasi. Raut wajah pelayat seolah mengatakan salam perpisahan. Sementara disudut ruangan seorang wanita menumpahkabln segala kesedihannya,suaranya bahkan semakin serak. Sejak awal ia hanya menangis.
Tak ada seorang pun yang membuka suara.
Peti itu kini memasuki ruang kremasi.
Perlahan-lahan peti terbakar hingga meninggalkan debu. Hampir 3 jam berlalu dan kini abu dari hasil kremasi telah simpan didalam sebuah guci dan diserahkan kepada keluarga."Bibi.. "
"Aku akan membawanya ke tempat peristirahatannya terakhir, sesuai permintaannya" Wanita paruh baya itu memeluk erat Guci dan berjalan dengan letih. Langkahnya bahkan sangat pelan. Seolah ia tak memiliki pijakan lagi.
Karin menatap Lize, berusaha membujuknya agar memberi ruang pada Ibu Joe. Bagaimana pun wanita itu pasti sangat terpukul atas kepergian Putranya.
Didunia ini, kehilangan anak adalah hal yang paling menyedihkan untuk orang tua. Mereka bahkan akan lebih memilih mendahului anaknya, tapi siapa pun didunia ini tak bisa melawan takdir.
Haizen tergerak menepuk pelan Lize, seolah memberi ketenangan. Bagaimana pun , Lize dan Joe adalah sahabat dikampus. Bersedih untuk kepergian seorang sahabat itu wajar.
"Beri waktu sedikit, bagaimana pun Bibi itu pasti sangat bersedih, setelah itu kau dapat menyampaikan apa yang ingin kau sampaikan "
Lize melirik Haizen
"Memangnya kau tau arti kesedihan""Tentu saja, aku pernah kehilangan seorang Ibu"
Lize terdiam.
Haizen melirik Lize yang tampak meremat ujung bajunya.
"Aku pun tau, bagaimana rasanya kehilangan seorang anak"
Lize menatap Haizen yang terlihat sendu. Bagaimana pun dikehidupan terdahulu, Lize kehilangan anaknya dan pria ini apa dia tau?
"Kenapa menatapku begitu? " Haizen yang sadar sejak tadi ditatap Lize kini menepuk pelan kepala mantan istrinya itu.
"... "
"Jika sudah siap, kita akan mengunjunginya, aku sudah memperbaiki tempatnya dan juga menghiasnya"
Ucapnya pelan, namun lize dapat melihat genangan air yang tertahan dipelupuk mata pria ini."Mengunjungi.. yaa"
Lize tersentak ketika tangannya ditarik
"Ayo... Kita pulang"Haizan berjalan pelan dan menautkan kedua tangan mereka. Lize hanya diam, walau awalnya ia memberontak namun tenaganya tak cukup untuk melepaskan tangannya. Ya sudahlah anggap saja dia sedang berbaik hati hari ini.
Karin dan Peter yang berada dibelakang hanya dapat tersenyum melihat sepasanga mantan suami-istri itu.
"Apa ini pertanda menjadi awal yang baik""Ini bukan awal lagi, tapi sudah dipertengahan. Ku harap mereka akur"
"Aku setuju, aku lelah mengahadapi mood kakak mu itu"
"Semoga saja"
***
Sudah seminggu berlalu sejak kejadian itu, Lize kini tinggal dirumah keluarga Amerd atas usulan Peter mengingat Gee masih dalam status daftar pencarian orang, tidak ada yang tau keberadaan wanita itu sejak kejadian yang menimpa Joe,ia seperti ditelan bumi dan bisa saja menjadi bom waktu untuk Lize.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zea Keylard
Romancesiapa yang akan menyangka jika Zea putri tunggal keluarga Keylard mengalami kecelakaan tunggal dimalam pesta pertunanganya dan berakhir di tubuh Nyonya Muda keluarga Amerd yang tak pernah di anggap keberadaannya. Bagaimana Zea akan menjalani harinya...