8

1.4K 101 23
                                    


Dari pagi hingga malam, yang Jake lakukan hanya duduk seperti batu. Semua orang seliweran, terlihat sibuk sedari tadi. Sedangkan Jake, entitas nya benar benar diabaikan disini.

Mundur ke 2 minggu lalu sejak kejadian dirinya di pukul Heeseung. Dengan kekuatan orang dalam dan kuasa nya sebagai anak penguasa negara, jelas Jake berhasil bekerja di kantor hukum Heeseung. Tapi masalahnya tak ada yang mengajak nya bicara sedari tadi. Entah karena dia amat disegani, atau karena mereka tak sudi mendekati. Yang pasti Jake kesal dengan fakta ini.

Jake memperhatikan Riki yang sedang bicara dengan teman baru nya. Dia betulan seperti anak magang baik baik. Serba ingin tahu dan penasaran. Pun otak nya cepat belajar dan tanggap. Jake juga seperti itu, bedanya tidak ada yang mau mengajari nya disini. Awas saja kalo dia sudah jadi pengacara terkenal nanti, semua orang yang mengabaikan nya bakal ia tuntut satu satu.

Jake kembali menyandarkan kepalanya di meja. Menghela nafas pelan. Masih memandang Riki yang kelihatannya sibuk sekali. Dia juga mau, kenapa tidak ada satupun dari mereka yang memberikan kertas sialan itu. Terserah kasus apa saja, Jake bakal terima dengan lapang dada.

Tapi di pikir lagi, kelakuan seluruh karyawan disini memang agak janggal. Kenapa mereka semua serempak menghindari Jake tapi bersikap ramah ke anak magang lain? Ini pasti kerjaan bos mereka Heeseung bangsat tukang ngentod. 100℅ Jake yakin dengan itu.

Jake bangun dari kursi nya. Bersiap hendak membuat perhitungan dengan laki laki sok gagah itu. Tapi niat nya untuk melabrak langsung pupus saat lihat Heeseung keluar dari ruangan nya dengan wajah kusut. Setiap hari memang wajah nya seperti itu, tapi kali ini betulan kusut, lecek, dan butek.

Saat sedang fokus memperhatikan Heeseung, sepupunya Riki tiba tiba menghampiri nya. Dengan senyuman ramah yang tidak cocok dengan wajah seram nya, Riki bertanya.

"Kemana kamu, Jake?"

"Lo ga liat gua masih diem anteng disini dari tadi, ha?!" Balas Jake sewot.

Riki menggaruk rambutnya yang tak gatal. Dia mengikuti pandangan Jake yang mengarah ke pintu keluar. Kosong, tidak ada apa apa. Tapi kenapa muka Jake serius sekali?

Riki hendak bertanya sekali lagi saat Jake tiba tiba berlari keluar. Riki berteriak, menyuruh Jake kembali. Tapi suara nya yang menggetarkan seluruh kantor itu cuma dianggap angin lalu. Malahan Riki dapat tatapan tajam dari para karyawan sekarang.

Sementara itu Jake bergegas masuk ke dalam mobil milik nya. Menginjak pedal gas dan melaju mengejar mobil Heeseung yang beberapa detik lalu juga di pacu.

Entah ada apa dengan nya hari ini. Tapi Jake betulan penasaran dengan apa yang akan di lakukan Heeseung sampai laki laki itu berkendara kebut-kebutan seperti ini.






•••





Heeseung melirik kearah jam tangannya, jam 9 malam. Masih terlalu awal buat datang ke bar sendirian. Di dalam sana pasti masih sepi. Tapi Heeseung tak bisa menahannya lagi. Usai kejadian 2 minggu lalu, pertemuan pertama nya dengan Sunghoon sedikit menganggu hatinya.

Harus Heeseung akui, dia memang cantik meski laki laki. Badan nya molek bagai boneka meski hari itu cuma di balut kaos putih biasa. Yah, kaos itu pun Heeseung yakini pasti Jongseong yang punya.

Fakta kalo Jongseong lebih dulu mendapatkan Sunghoon sedikit menyentil ego Heeseung. Dia ga terima, padahal dari awal sudah ia katakan kalo Heeseung mau Sunghoon dan Jongseong bersedia membantu. Tapi diam diam laki laki itu malah mengambilnya lebih dulu, merasakan bagaimana tubuh Sunghoon, mendengarkan bagaimana desahan Sunghoon.

Heeseung memukul stir mobil nya secara tiba tiba. 10 menit sudah berlalu sejak Heeseung sampai di parkiran. Tapi dia cuma duduk di dalam mobil, tidak keluar dan sibuk dengan pikiran nya sendiri.

Sex DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang