5

1.8K 103 8
                                    

Jongseong keluar dari kamarnya setelah membersihkan diri. Niatnya hari ini ia akan bermesraan dengan Sunghoon dikamar. Mumpung hari minggu, ia libur kerja.

Tapi tiba tiba pelayannya mengabari kalo Heeseung ada dibawah menantinya. Bilangnya sih mau membicarakan pekerjaan penting. Tapi memangnya tak bisa hari lain saja apa. Di hari libur pun ia masih diharuskan bekerja.

Jongseong memandang Heeseung malas. Heeseung sialan itu kini sudah duduk manis di ruang tamu miliknya. Bajunya rapih seperti hendak bertemu presiden. Ia balas memandang Jongseong datar sembari menyesap kopi yang 5 menit lalu disuguhkan untuknya.

"Lo punya tanggalan di rumah ga sih?!"

"Mau sepuluh milyar ga?"

"Ga! Duit gue udah banyak!"

Heeseung menghela nafas. Baginya, Jongseong dan Jake ini seperti anak remaja 17 tahun yang sensitif. Berbicara dengan mereka berdua harus menggunakan kesabaran ekstra dan tak boleh sampai terpancing emosi nya.

"Gue udah kirim chat semalem, dari jam sebelas tapi ga lo buka."

"Gue sampe rumah aja jam dua, anjing."

"Lah lo nya ngapain jam segitu baru pulang."

"Tanyain tuh DPR kontol kerjaannya cuma nilepin duit."

Heeseung tertawa. Menepuk pundak Jongseong seolah ia iba. Padahal nyatanya ia amat senang melihat temannya kesusahan.

"Sayang banget, kasus ini juga sama. Dari DPR kontol yang kerjaannya nilepin duit."

"Ga sudi gue, udah muak banget ama mereka."

"Tapi Jjong, yang ini wajib. Gabisa di tolak karena taruhannya jabatan kita."

Jongseong yang tadinya bersungut-sungut kini mulai tenang. Ia mulai mendengarkan ucapan Heeseung karena cara bicaranya yang berubah serius.

"James ketangkep, gue disuruh ngurus dia. Gue tau James ga bakal menang karena buktinya udah ada banyak banget. Tapi mereka ngancem gue, makanya gue minta tolong ke lo."

Jongseong menyugar rambutnya. Ikut pusing memikirkan masalah ini.

"Bukannya lo benci banget sama keluarga Jake?" Jongseong bertanya heran.

Seingatnya James ini masih sedarah dengan Jake. Ayah Jake yang sebentar lagi akan menjabat sebagai presiden adalah paman dari James.

"Udah dibilang gue diancem. Gue ga sudi tapi gue ga seberani itu nantang keluarga presiden."

"Lo nantangin Jake tiap hari."

"Jake anak pungut, ga masuk daftar."

Jongseong tertawa. Ia membuka bungkus rokok yang tersedia di meja. Agaknya Heeseung yang punya. Heeseung yang paham melemparkan korek kearah Jongseong yang langsung ia terima.

"Terus maunya gimana?" Jongseong bertanya.

"Lo mimpin sidang besok. Semua bukti dari mereka lo tolak. Terserah lah mau gimana aja yang penting si James ini bebas," Heeseung mengacak rambutnya kesal, betulan frustasi dengan kasus sialan ini.

"Mana bisa gitu kocak, orang orang bakal ngerti kali."

"Media belum tau, sidangnya besok juga bakalan tertutup. Bisa kok jong, sepinter pinternya kita ngasih alesan."

"Ah anjing, dibayar berapa kita?"

"Lima puluh bersih."

"Dan lo mau ngasih gue cuma sepuluh?"

"Niatnya hehe."

"Nyengir lo!" Jongseong melempar bungkus rokok kearah Heeseung.

Atmosfer diantara mereka sudah lumayan santai. Sidang besok pagi dijamin aman karena Jongseong jelas ada di pihak Heeseung.

Heeseung menyandarkan punggungnya pada sofa. Ia menghela nafas lega. Dari semalam ia tak bisa tidur karena sibuk membuat bukti palsu. Mulai dari catatan pengeluaran, atm serta surat bank. Semuanya ia yang urus sendiri. Keluarga presiden sialan itu cuma melempar uang lalu memerintahkannya dengan seenak hati.

"Sarapan lah jong, masa gue ga dikasih makan."

"Sarapan tinggal sarapan, anjing."




•••••



Sunghoon keluar dari kamar karena Jongseong tak kunjung kembali. Janjinya ia akan pergi sebentar lalu kembali menemui Sunghoon. Tapi satu jam sudah berlalu, dan Sunghoon yang lapar sudah tak bisa lagi menunggu.

Ia celingukan di lorong. Mencari cari pelayan yang biasanya berlalu lalang. Tapi nihil. Seolah dirumah besar ini cuma ada dirinya sendiri.

Sunghoon mendengus. Memilih untuk turun ke dapur buat mencari makan. Tangannya mencari cari pegangan guna menopang tubuhnya. Kaki Sunghoon masih bergetar pasca semalam.

Sunghoon berhasil turun ke lantai bawah setelah bersusah payah. Disini ternyata sama sepinya, tak ada satupun pelayan yang lewat. Jongseong pun hingga kini belum nampak batang hidungnya.

Sunghoon kembali melanjutkan perjalan ke dapur. Samar Samar ia mendengar suara 2 orang yang tengah mengobrol, salah satunya adalah suara Jongseong. Sunghoon berhenti sebentar, menimang apakah ia akan kesana atau putar balik saja. Tapi Sunghoon betulam lapar sekarang.

Persetan, Jongseong tak mungkin akan marah padanya kan.

Saat Sunghoon akhirnya menginjakan kaki di dapur, bisa ia rasakan tatapan tajam mengarah langsung padanya. Sunghoon buru buru menunduk, tidak berani buat melihat siapa yang ada di depannya sendiri.

"Mau ngapain hun?"

Sunghoon mendongak memandang Jongseong yang kini ada di hadapannya. Tubuhnya menjulang tinggi hingga satu satunya yang bisa Sunghoon liat hanya Jongseong sendiri.

"Laper..." Sunghoon merengek.

"Kenapa ga ngomong ke maid? Pada kemana mereka?"

Sunghoon menggelengkan kepalanya sebagai respon bahwa ia tidak tahu.

Jongseong menengok kebelakang sebentar, memastikan bahwa Heeseung masih sibuk melahap makanannya.

"Balik ke kamar, aku bawain sebentar lagi."

"Tapi-"

"Nurut, sayang."

Sunghoon merengut. Tapi tetap berbalik menuruti perkataan Jongseong. Sial sekali, padahal ia sudah susah payah buat jalan kemari. Malah diusir begitu saja. Memangnya siapa sih tamu Jongseong sampai Sunghoon tak boleh menemuinya. Coba saja kalo Jake, laki laki itu malah akan memamerkannya kemana mana.

Cih kenapa ia jadi ingat Jake. Sunghoon kan sedang kesal dengannya karena laki laki itu amat kasar terakhir kali.

Begitu melihat Sunghoon telah jauh dari dapur, Jongseong kembali duduk di kursinya. Ia mengambil satu piring lalu mulai menyendokan nasi beserta lauk pauknya.

"Siapa si? Cakep amat."

"Pacar."

"Cielah kaya punya aja."

Jongseong tak menanggapi. Ia buru buru bangkit dari kursi lalu mengambil nampan buat membawa piring beserta gelas yang sudah diisi air.

"Pulang sana lo, udah ngerepotin minta makan lagi."

"Yeee, emangnya mau kemana lo?"

"Pacaran."

Dengan itu Jongseong langsung pergi dari dapur meninggalkan Heeseung sendiri. Heeseung ga peduli, masih tetap melanjutkan makannya sampai perutnya kenyang.

Kapan lagi makan gratis di rumah orang kaya.








tbc









Sex DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang