CHAPTER 10

864 130 13
                                    

Pelan-pelan aja bacanya.
Maaf kalo ad typo




























Maaf kalo ad typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 tahun lalu.

Saat itu umur Carl masih 17 tahun, pertama kali ia berpacaran dengan Julius. Mereka memang teman kecil, namun Julius sempat sekolah keluar negri dan kembali menemui Carl di sekolah yang sama.

"Kamu mau tes DNA kamu sama ayah kamu?" Tanya Julius bingung ketika Carl memberikan data-data yang diperlukan untuk tes DNA.

"Iya, bisa kan? Aku gak punya banyak koneksi, tapi kamu. Aku yakin kamu bisa." Ucap Carl santai.

"Emang kenapa? Ayah kamu ngejahatin kamu? Bilang sama aku, Carl." Julius menatap Carl khawatir.

Namun Carl hanya tertawa pelan, kemudian ia duduk di pangkuan Julius dan memeluk leher pria itu dengan erat. "Ini rahasia, tapi ibu aku meninggal kemarin." Ucap Carl dengan suara yang sedikit bergetar. "Sebelum dia meninggal karena mati keracunan, dia bilang. Kalo dia punya perjanjian sesuatu sama ayah. Jadi, tolong bantu aku."

"Sayang, tanpa kamu minta juga pasti aku bantu apapun itu." Julius memeluk pinggang Carl erat.

"Makasih ya, Julius."

Hubungan yang baru saja mereka jalin selama beberapa bulan itu tiba-tiba harus kandas karena sebuah rahasia yang Carl tahu. Ia dan Charles bukanlah anak dan ayah kandung, tanpa di duga ayahnya yang sebenarnya adalah Kakak dari Charles. Jadi Charles adalah pamannya.

"17 TAHUN ANDA NGEBOHONGIN SAYA?! APA ANDA PUNYA PERASAAN?"

"Saya ngelakuin ini demi mendidik kamu dengan benar, Carl Zionathan." Charles mencengkram erat kerah kemeja milik Carl. "Jangan kamu pikir, saya tidak tahu hubungan kamu dan putra dari pemilik Hotel Prince itu. Kamu sudah saya tunangankan dengan anak kolega bisnis saya, jadi cepat tinggalkan hubungan menjijikan kalian."

Carl meremat kertas yang berisi hasil tes DNA itu dengan erat, mendengar ucapan sang ayah membuatnya tidak percaya. 17 tahun bukanlah waktu yang sebentar, selama ini ia mempercayai sifat Charles yang semena-mena padanya adalah bagian dari dirinya yang kurang di mata Charles.

"Begitu, lalu bagaimana dengan anak diluar nikah itu?"

"Fiona maksudmu? Saya tidak akan mengakui anak itu karena kamu pun menjadi boneka saya saja sudah cukup, oleh karena itu kau. Jangan melakukan hal yang tidak perlu."

"Tidak mengakui, tapi anda menyekolahkannya dengan baik bahkan menutupi kasusnya yang meracuni ibu saya?" Ucap Carl, air mata yang ia bendung sejak tadi meluncur begitu saja.

"Karena itu saya tidak mengakuinya, itu memang perbuatan saya. Karena dengan kematian orang itu, kau sudah tidak mempunyai siapapun lagi selain menjadi anak saya yang penurut." Charles menghela nafas, buang-buang waktu saja berdebat dengan anak kecil. Pikirnya. "Putus hubungan dengan Julius Prince, atau dia yang saya sakiti."

CHAMPAGNE || JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang