CHAPTER 12 END

1.3K 104 21
                                    


12..

Kelegaan dalam hati Julius adalah yang pertama kali ia rasakan ketika membaca pesan masuk dari Antony, tidak memikirkan tangannya yang patah dan dirinya yang bersimbah darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelegaan dalam hati Julius adalah yang pertama kali ia rasakan ketika membaca pesan masuk dari Antony, tidak memikirkan tangannya yang patah dan dirinya yang bersimbah darah. Julius memejamkan matanya sebentar.

"Kasihan ya." Suara perempuan dari arah belakang membuat Julius menoleh. Oh, si sialan itu. "Kalo aja kemarin kamu gak nolak permintaan aku buat cium aku, mungkin semuanya berubah, Julius."

Julius melirik perempuan itu lalu tertawa keras. "Asal lo tau, gw megang lo aja udah jijik setengah mati."

"Sayang sekali, padahal kalo lo bilang bakal nurut sama gw. Gw bisa ngasih lo kesempatan kedua dan bakal gw bantuin Carl untuk keluar dari tempat itu."

"Gw gak butuh. Carl gak selemah itu, dan gw pun juga gak sebuntu itu buat ngambil kesempatan dari lo."

Tanpa memperdulikan ucapan Julius, kini Fiona duduk di sofa milik Jaden (ayah Julius) dan ia menatap Julius dengan pandangan kasihan.

"Gw ketemu lo waktu di panti jompo, kala itu gw inget banget lo ngasih bunga mawar ke perempuan yang ternyata adalah ibunya Carl."
"Tepatnya 2 tahun yang lalu, dan dari situ gw mulai terobsesi sama lo. Karena lo ganteng banget sih, tapi sayangnya lo berhubungan sama Carl. Gw benci Carl, karena Carl ngambil tempat gw sebagai anak satu-satunya dari Charles Zionathan. Jadinya semua gw lakuin supaya kita bisa deket deh, termasuk membunuh ibu Carl." Fiona tertawa kecil tanpa rasa bersalah.

"Jangan ceritain hal itu, Fiona. Lo emang cerdas banget karena bisa nyusun semuanya dalam 2 tahun, tapi apa kalian gak pernah mikir. Kenapa gw bisa hidup sampai saat ini bahkan setelah semua bekas luka yang gw dapetin?" Julius mengangkat kaos hitam yang sudah kotor karena darah itu, dan memperlihatkan luka yang baru serta bekas luka lama.

Fiona mengerutkan keningnya bingung.

Jaden yang baru saja masuk mendengar percakapan itu tiba-tiba menjadi was-was.

Saat itu juga Jaden mengingat satu hal. "Julian."

"Bisa-bisanya orang kaya anda melupakan anak yang anda buang begitu saja." Ucap Julius.

"KAMU BERHUBUNGAN DENGAN JULIAN?" Jaden meneriaki Julius, ia menggoyangkan tubuh sang anak dengan kencang. Bagaimana mungkin? Tidak pernah ia mendengar tentang Julius dan Julian berhubungan.

Dengan cepat Jaden menoleh ke arah Fiona untuk meminta penjelasan.

"S-saya juga tidak tahu!" Selak Fiona, ia juga tidak ingin disalahkan.

"Selamat." Julius tersenyum penuh kemenangan.

Dan rumah besar yang tadinya hanya di isi oleh mereka bertiga kini diluar terdengar suara sirine polisi.

"Tidak ada yang boleh melangkahkan kaki dari rumah tersebut." Suara polisi itu membuat Jaden dan Fiona panik.

Seharusnya mereka tidak pernah ketahuan oleh para polisi, karena mereka sudah menutup semua pihak berwajib dengan uang.

CHAMPAGNE || JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang