🏠ome | 00

31 2 0
                                    

Definisi rumah bagi kalian itu apasih?

Tempat berteduh dari panas dan hujan? Tempat dimana kalian bisa berlindung dari kerasnya dunia luar? Tempat dimana kalian bisa berbagi kasih, berbagi cerita, berbagi suka dan duka? Tempat dimana kalian merasa nyaman, merasa diterima, dan merasakan kehangatan dari pemiliknya?

Ya mungkin sebagian dari kalian berpikir seperti itu.

Kalian merasa rumah adalah tempat paling ternyaman.

Tapi anehnya... Rumah adalah neraka bagi Saka.

Tidak ada kehangatan, tidak ada kenyamanan, tidak ada yang namanya kasih sayang, tidak ada pula seseorang yang menunggu akan kedatangannya pulang.

Rasa-rasanya, kasih sayang itu hal yang mustahil di dapatkan untuk Saka. Rasanya semua hal kehangatan yang orang lain rasakan sangat tidak mungkin di rasakan juga untuk Saka.

Apa kalian pernah berpikir untuk mengakhiri hidup?

Apa kalian pernah merasakan yang namanya ingin menyerah saja?

Apa kalian juga pernah berpikir bahwa hidup yang selama ini di jalani rasanya sungguh menyesakkan, rasanya begitu menyakitkan, rasanya Tuhan terlalu berlebihan memberikan kalian rasa sakit yang begitu dalam?

Tapi Tuhan...

Jikalau seandainya Saka boleh meminta kepadamu, Saka hanya menginginkan sekali saja... Sekali saja dirinya ingin merasakan di peluk kembali oleh orang tuanya, di lindungi, di kasihi, di sayangi layaknya anak pada umumnya.

Maaf Tuhan jika Saka meminta hal yang sama berkali-kali kepadamu.

Hanya sekali saja...

Tolong biarkan Saka merasakan yang namanya kebahagiaan, Tuhan.

Memandang senja yang kian menghilang di telan awan yang mulai menghitam. Rintik-rintik yang kian deras berjatuhan membasahi bumi, seakan ia tau bahwa ada makhluk Tuhan yang sedang bersedih.

Burung-burung berterbangan kesana kemari mencari tempat untuk berteduh. Tetapi tidak dilakukan bagi seseorang yang sedang duduk disebuah kursi sembari memandang danau didepannya.

Baju putihnya mulai membasah. Hawa dingin menusuk kulitnya tetapi tak dihiraukan si pemilik tubuh. Ia menekuk lututnya dan membiarkan kepalanya terjatuh pada tumpuan lutut, tangan itu memeluk kakinya yang mulai mendingin. Tampak dari kejauhan bahwa badan itu terlihat bergetar, isak tangis mulai terdengar. Semakin lama suara itu mulai membesar, seakan membiarkan nya mengeluarkan segala kesedihan yang sudah lama ia pendam.

Tuhan.. bolehkah ia menyerah?

Bolehkah ia kembali kerumah? Bukan kerumah itu Tuhan, tetapi ia ingin kembali saja kerumah Mu.

H O M E

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang