🏠ome | 01

12 1 0
                                    

Tok tok tok!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok tok tok!

Pintu kembali diketuk berulang kali.

Hari semakin larut. Tubuh ringkih itu kian menggigil diterjang angin malam. Tangan satunya senantiasa memeluk dirinya sendiri, sedangkan yang satunya sibuk mengetuk pintu kayu dihadapan nya.

Terdengar langkah kaki dari dalam, pintu pun terbuka dengan lebar.

"Jam berapa ini?" Suara bariton memasuki gendang telinganya. Saka menunduk tak berani menatap pria dihadapannya, ayah.

"Tidak tau waktu. Mengganggu tidur nyenyak saya saja!"

Tangannya ditarik dengan kasar. Langkah lebar milik ayahnya tak bisa ia samai, membawanya memasuki sebuah ruangan yang berada di ujung pojok lorong rumahnya.

Saka menggeleng kencang. Tangannya berusaha ia tahan sekuat tenaga. Tidak! Tidak! Jangan ruangan itu!

"Ayah lepas yah lepas," Saka memberontak berusaha melepaskan dirinya sendiri.

"Diam kamu anak sialan!"

Bruk~

Tubuhnya terjatuh mengenai rak usang setelah dilempar ayahnya itu. Saka berusaha bangkit dan berjalan cepat kearah pintu. Air matanya mengalir membasahi pipi tirusnya, terisak kencang tak kala pintu itu ditutup dengan kencang. Bunyi kunci yang memutar seakan membuat tubuhnya semakin meluruh kebawah sembari menggedor pintu.

"Ayah buka yah, Saka mohon sama ayah buka pintunya! Saka takut yah."

Seakan menulikan pendengarannya, ia pergi begitu saja meninggalkan ruangan itu. Membawa kunci yang di pegang kencang oleh jemarinya. Tubuh yang masih terlihat tegap itu menghilang ditelan dinding penghalang meninggalkan suara-suara yang terus menerus memohon dan memanggil namanya.

Sedangkan didalam ruangan yang terlihat sangat gelap dan tak ada satupun cahaya didalamnya, Saka menutup telinganya dengan kencang. Suara-suara asing memasuki pendengarannya. Saka menatap sekelilingnya dengan cemas, mencoba menghirup udara sebisanya.

"PERGI! PERGI!"

"Stop plis stop! Berhenti!"

Saka meraung keras menggerakkan tangannya kesana kemari seakan mengusir apapun itu. Napasnya sesak, ia kesulitan bernapas. Dengan tubuh yang bergetaran, Saka berusaha mengetuk pintu dengan sekuat tenaga.

"AYAH! AYAH SAKA MOHON BUKA PINTUNYA AYAH! saka takut ayah..."

Petir menggelegar dimana-mana. Angin diluar bertiup kencang, hujan turun dengan derasnya seakan ikut merasakan kesedihan yang di alami olehnya.

Ia menangis kencang. Air mata berlomba-lomba meluruh mengungkapkan kesedihannya. Suara-suara asing kembali terdengar kian kencang. Saka menutup telinganya dan juga memejamkan matanya. Napasnya kian memberat, tubuh ringkihnya terjatuh menghantam kerasnya lantai.

H O M E

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang