🏠ome | 02

8 2 0
                                    

Eunghh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eunghh

Saka terbangun tak kala mendengar burung yang terus berkicau. Ia rasa ini sudah pagi.

Dingin. Tubuhnya terasa dingin. Saka menggigil sembari memeluk tubuhnya sendiri. Kapan? Kapan ayah akan membukakan nya pintu. Saka tidak suka disini, Saka teramat takut yah.

Ctek

Mendengar bunyi kunci, Saka mendongak menatap pintu.

Kriett

Pintu terbuka. Menampilkan pria gagah yang menatapnya dingin. Tak sampai lima detik pria itu, ayahnya pergi meninggalkan nya begitu saja.

Saka bersyukur setidaknya ayahnya membukakan pintu pagi ini. Segera bangkit, Saka dengan cepat meninggalkan ruangan ini untuk pergi ke kamarnya dengan keadaan wajahnya yang pucat. Saka merasa badannya sangat tidak enak.

Cklek

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan tubuh atas Saka yang bertelanjang dada dengan handuk yang menutupi bawahan nya.

Saka bercermin, menatap dirinya sendiri dengan pandangan kosong. Tubuh ringkihnya terlihat sangat kurus. Luka-luka yang masih berada ditubuhnya pun terlihat mulai mengering.

Tak ingin berlama-lama, Saka segera memakai baju polos berlengan panjang dengan celana pendek selutut. Ia menyisir rambutnya, tapi lagi dan lagi rontok terus menjadi makanan sehari-hari nya setiap ia menyisir. Ia tak tau mengapa rambutnya sering rontok seperti ini.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Saka bergegas membuatkan ayahnya sarapan. Menu pagi ini Saka ingin membuat nasi goreng saja.

Setelah meletakkan piring berisi nasi goreng itu dimeja makan, Saka memanggil ayahnya yang sedang dikamar.

Tok tok tok

"Ayah, Saka udah buatin ayah nasi goreng. Semoga ayah suka ya," Saka menatap pintu dihadapan nya. Hening, tak ada sautan sama sekali.

Tak ingin berlama-lama, Saka kembali ke dapur untuk mengambil nasi goreng miliknya. Ia membawanya ke kamar, karena Saka tau bahwa ayahnya tak akan suka satu meja dengannya.

Saka memakan nasi gorengnya dengan perlahan. Suap demi suap sudah ia makan. Entah mengapa nafsu makannya akhir-akhir ini berkurang.

Meletakkan piring diatas meja samping tempat tidurnya, ia mengambil gelas berisi air putih dan meminumnya.

Saka menatap kosong bingkai foto yang berisi satu orang wanita dengan dua pria. Tampak difoto itu seorang wanita tersenyum lebar dengan memegang mainan anak-anak, disebelahnya pria tinggi dan gagah tampak menggendong anak kecil sekitar umur empat tahunan dengan mencium kening wanita disampingnya. Anak kecil yang digendong itupun tampak tertawa dengan lebar.

Ia tersenyum miris menatapnya. Sungguh terlihat masa kecil yang sangat bahagia sebelum kejadian itu datang menimpa.

AAARGHHH

Prang!

Saka terkejut. Ia takut. Dengan cepat mencari kunci kamarnya yang berada dilaci meja. Ketemu! Ia pun segera ke pintu kamarnya, memasukkan kuncinya kedalam lobang. Saat ingin memutar kuncinya ke kanan ia terlambat. Pintu terbuka dengan lebar menampakkan ayahnya yang terlihat sangat marah. Saka jatuh terduduk akibat dorongan pintu kamarnya. Beringsut mundur perlahan tak kala sinyal alarm bahaya dalam dirinya berbunyi.

"A-ayah..."

Ayahnya berjalan cepat ke arahnya. Membuka sabuk celananya dan memukuli nya dengan itu.

Ctas!

Ctas!

"Aahh ayah sakit yahh shh."

Tak mempedulikan rengekan sang anak, ia tetap memukul nya dengan kencang. Amarah menguasai dirinya tak kala ia mengingat kenangan menyakitkan.

"KENAPA KAMU TAK IKUT WANITA ITU JUGA SIALAN?! HAH?! KENAPA KAMU TAK PERGI JUGA?!!"

Ctas

"Yah ampun yah! Arghh ayah sakit ayah."

Ia berhenti memukuli anaknya dengan sabuk. Saka membuka matanya perlahan untuk melihat ayahnya. Saka terkejut saat melihat ayahnya yang menangis sambil menatapnya. Tak pedulikan sakit ditubuhnya, Saka berdiri dan menghampiri ayahnya.

"A-ayah.."

Dengan tubuh yang sedikit gemetar, Saka memeluk ayahnya. Entah mengapa dirinya merasa senang memeluk ayahnya walau dengan cara seperti ini.

Bruk

Saka didorong oleh ayahnya sehingga ia terjatuh. Ringisan keluar dari bibirnya yang pucat. Saka membulatkan matanya saat melihat ayahnya yang akan menendangi tubuhnya.

Bugh bugh bugh

"INI SALAH KAMU SIALAN! SEANDAINYA... SEANDAINYA SAJA.."

Bugh

Saka berusaha melindungi kepalanya. Ia meringkuk kesakitan, permohonan ampunan tak lagi ia elak kan kepada ayahnya.

"Arghh sakithh a-ayah, ampun yah ampun!"

H O M E

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang