xiii. ask

167 24 6
                                    

Sunghoon • Last seen 08.23 AM

sung|
[ Deleted ]

bisa kita bicara|
[ Deleted ]

sunghoon|
[ Deleted ]

aku ingin berbicara sebentar, boleh|
[ Deleted ]

pengu|
[ Deleted ]








































⠀⠀Jia frustasi. Ia membalikan ponselnya seraya menghela nafas, ini sudah hari kedua, tanpa Sunghoon. Rasanya begitu resah, seharusnya. Setiap hari, mereka bisa sengaja untuk berpapasan dikampus dan mengobrol banyak setelah itu lewat pesan online.

Tetapi, dalam 72 jam kurang lebih ini. Jia sama sekali tidak bertemu ataupun bertukar kabar dengan lelaki yang ia segani untuk dipanggil Pengu itu.

Kini dirinya berada di aula kelas seni, sedang mengerjakan sebuah projek lukisan yang baru ia kerjakan sekitar 60%. Tetapi, sayangnya gadis itu sedang mogok ide, menyebabkan projek tersebut sudah diabaikan selama 40 menit lamanya.

Karena asik termangu sendiri dengan pikirannya, Jia tidak sadar. Lelaki yang sedang merasuki kepalanya itu, berada tepat dibelakang. Dengan pakaian biasa yang masih ia gunakan untuk sehari-hari; hoodie dengan celana bahan dan tas punggung. Sunghoon hanya terdiam seraya menggenggam penyanggah tas punggungnya.

Dan, entah mengapa. Kedua kaki lelaki itu kembali berjalan menuju keluar dari ruang seni.

Membuat Jia kembali sendiri didalam ruang sunyi itu. Tanpa mengetahui, Sunghoon sempat berada disana, walaupun hanya beberapa detik.

"Seharusnya aku tidak ada waktu untuk ini semua.." Gumamnya, berniat untuk menyemangati diri dan segera menyelesaikan projek lukisannya. Tangan kanan Jia sudah memegang kembali kuas yang akan menjadi alat tempurnya.

Gadis itu menarik nafas, dan─

"Sial.. Apa yang baru aku bayangkan.." Gumamnya. Karena, secara tidak sengaja. Jia sendiri kembali mengingat malam-malam spesialnya dengan Sunghoon, bayang-bayangnya mengenai rasa dan visualisasi terasa amat begitu nyata.

Kuas pun akhirnya jatuh kembali diatas meja, Jia menutup wajahnya tidak percaya. Karena─ ia tidak tahu jika akan seperti ini. Apa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menelan saliva sendiri? Mengingat, ketika Ryujin bertanya mengenai kehadiran Sunghoon. Jia hanya menjawab,





"Lelaki berlalu-lalang saja, aku tidak pernah memiliki sesuatu yang spesial dengannya.."





Dirinya sangat terkejut ketika mendengar dering telefon yang berasal dari dalam tas miliknya, Jia segera meraih tas selempang dibawah meja kerja, dan merogoh kedalam sana. Mencari ponselnya. Ketika sudah menemukan asal dari getaran itu, tangannya mengangkat dan melihat, siapa yang menghubunginya.

Itu─ Ryujin.

"Ya?" Jia mengangkat telefon dari teman dekatnya.

"Kau masih diruang seni?" Tanyanya langsung, terdengar dari suasana. Jia bisa pastikan, Ryujin sedang berada dilorong kampus.

"Kenapa?"

"Aku melihat Sunghoon keluar dari sana, kau tidak apa-apa?"

Dengan sigap, Jia segera membalikan tubuhnya. Tidak ada siapapun disana, gadis itu pun berdiri, mencoba untuk mengecek kembali. Langkah demi langkah ia ambil, sampai─

"Oh?"

"Oh? Kenapa? Ia kembali?"

"Jay?"

Lelaki dengan pakaian modisnya itu, melangkah lebih maju, "Aku bertanya pada teman jurusanmu, sebelum ini mereka kemana.. Dan, jawabannya, tempat ini.." Perjelas Jay.

"Jay? Kau disana dengan Jay? Gila!"

"Shin, aku akan bicara lagi denganmu nanti.." Respon Jia cepat dan segera memutuskan sambungan telefonnya.

"Kau belum menyelesaikan lukisanmu?" Tanya Jay, setelah berhenti tepat didepannya.

"Belum.." Jawab Jia diakhiri tawa lembut, "Ada apa, kau kesini?" Tanya gadis itu balik, karena. Kehadiran Jay cukup tidak diundang dan tidak diinginkan oleh Jia sendiri.

"Aku meninggalkan sesuatu disini tadi, sebelum kelasmu. Kelasku yang memakai.." Jawab Jay, ia segera melangkah lagi menuju suatu spot. Dan─ ternyata, tempat yang dituju lelaki itu adalah meja yang bertepatan disamping meja miliknya sendiri.

Jay pun sedang mencari, Jia perlahan mendekat, "Kau mencari apa.. Mungkin, bisa aku bantu.." Ucapnya.

Baru saja Jia sampai didekat Jay, lelaki itu segera bangkit dan menunjukan sebuah flashdisc. Ia tersenyum kearah Jia, tanpa ada curiga sama sekali. Gadis itu pun membalasnya dengan senyuman.

Dan─ kecurigaan mulai terasa, ketika─ tiba-tiba saja wajah Jay mendekat kearah telinga miliknya.

"Ini.. Kumpulan bukti kalian sering bersama jika diluar kampus.." Bisiknya pelan, lalu kembali menatap Jia yang sudah pucat, "Kau.. Tidak ingin memberitahuku apa yang terjadi disana?"

Kaki Jia perlahan melangkah mundur. Ia tidak percaya, jika Jay─ memiliki sesuatu yang amat mustahil untuk di dapatkannya.

"Apa?"

Jay menaruh flashdisc tersebut diatas meja Jia, ia menggenggam lengan gadis itu cukup erat, "Come with me or I'll make it more scandalisious."

X-DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang