xiv. warning

199 22 1
                                    

⠀⠀Jay dengan lantangnya menyentuh pipi Jia, lelaki itu benar-benar menikmati setiap moment yang di ciptakan untuk memenuhi hasrat bayangannya selama ini.

Karena gugup, Jia langsung menarik kembali tangan Jay yang sebelum itu menyentuhnya. "Apa?" Pertanyaan spontan gadis itu membuat Jay tersenyum tipis. Menurut Jay keluguan gadis itu adalah daya tarik utamanya, walaupun. Ia tidak sengaja tahu, jika gadis yang dikenalnya dulu, sudah bermain kotor dengan sepupunya sendiri.

"Why asked?" Tanya Jay balik, ia mendekat kearah leher Jia. Yang membuat gadis itu secara reflek memundurkan langkah, membuat tubuhnya kini tertahan oleh meja.

"Stop.." Titah gadis itu seraya menahan tubuh Jay yang makin mendekat, "What the fuck are you doing?"

Jay hanya tertawa lembut melihat reaksi gadis itu, kini─ tangannya meraih pipi Jia lagi. "Do I really have to encourage you?" Pertanyaan Jay lagi-lagi membuat Jia kebingungan. Ia tidak mengerti mengenai perubahan sikap lelaki di depannya ini.

"What do you want?"

Klimaks. Itu adalah pertanyaan yang Jay tunggu-tunggu.

"You courious?" Tanya balik lelaki itu seraya memundurkan langkahnya, membuat Jia kini memiliki space yang lebih banyak dari sebelumnya.

Jia hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaan Jay. Gadis itu terlalu takut untuk merespon, karena─ jika mungkin ia salah. Jay bisa saja membocorkan seluruh jejak dirinya bersama Sunghoon.

"If you wont to answer me.. That's ok.. Maybe Sung─"

"I said. What do you want." Jia mulai menekan ucapannya, ia sampai menarik pakaian Jay, agar lelaki itu tidak pergi kemanapun saat membawa flasdisc tersebut.

"Why you curious?" Tanya ulang lelaki itu, berhasil membuat Jia cukup jengkel.

"Cause'.." Jia menahan ucapannya, ia bingung. Ingin menjawab apa.

"You want that your relationship is unknown?" Belum bisa menjawab, Jay sudah lebih terdahulu menebak isi kepala Jia. Lelaki itu kini menunjuk flashdisc yang menganggur diatas meja Jia. "I don't have any copy. That's only in there.." Perjelas Jay. Ia kembali mendekat kearah Jia, mengarahkan wajah gadis itu agar bisa menatap matanya yang serius.

"You can burry it. But, only after you do something to me.." Lanjut lelaki itu.

Bodohnya, Jia justru merasa gugup ketika melihat wajah Jay dari dekat. Tidak bisa dipungkiri, jika, sepupu 'teman ranjangnya' itu tidak kalah menawan.

Kedua tangan Jia bergerak untuk mencengkram kuat pakaian Jay, ia secara tidak langsung mendefinisikan dirinya sedang resah tetapi tidak bisa menolak. Jay pun tahu, maka setelahnya, wajah lelaki itu mendekat keara ceruk leher Jia, mengirup habis wewangian yang gadis itu gunakan.

"Jay.." Tegur gadis itu pelan, ketika kini, Jay bukan hanya mengendus aroma ceruk leher Jia, tetapi─ mulai menempelkan bibir hangatnya sampai membuat bunyi kecupan mengisi tanpa sela aula seni yang sebelum itu sunyi.

Jia hanya bisa menahan suaranya, ia benar-benar tidak berani untuk melenguh atau apapun itu. Karena, takut membuat suasana mereka semakin memanas.

Drt.. Drt.. Drt..

Tangan Jia langsung menepuk-nepuk bahu Jay agar dilepaskan, karena─ ada getaran yang berasal dari ponselnya. Cukup lama agar Jay bisa melepaskan gadis itu, setelahnya Jia segera membelakangi Jay dan meraih ponsel miliknya.

"H-Hallo?" Saut Jia, suara gadis itu sedikit terpatah-patah karena masih gugup akibat perilaku Jay tadi.

"Kau sudah selesai? Ayo makan siang!" Itu suara Ryujin, saat melihat jam. Jia sadar, dirinya sudah cukup lama berada di aula seni.

"Baiklah.. Aku akan kesana.." Jawab gadis itu lalu segera memutuskan sambungan telefon.

Jay kembali memeluk Jia dari belakang, "Don't have lunch yet?" Tanya lelaki itu pelan.

"Not yet.."

Tangan lelaki itu membalikan tubuh Jia dengan paksa, agar lawan bicaranya bisa menatap kembali wajahnya. Ketika sudah berhasil, kedua tangan Jay menangkup wajah gadis itu. Menatap ranum Jia begitu intens. "You can have desert first.."

X-DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang