05 : Mimpi Buruk

36 29 6
                                    

7 tahun yang lalu [2015]

Suara pecahan kaca serta suara teriakan memenuhi seisi rumah. Lantai sudah diberserakin oleh pecahan kaca, barang-barang sudah tidak lagi berada di tempatnya. Suara seorang pria yang membentak marah kepada wanita yang berdiri didepannya, dengan kondisinya yang dipenuhi luka lebam dan goresan yang masih mengeluarkan darah segar. Luka goresan itu adalah luka baru.

"HAHAHA!!! Dasar ya kalian semua itu..ugkh!...." Pria berjenggot itu berseru dengan nada yang berantakan. Karena ia sudah hilang kesadarannya akibat terlalu banyak minum alkohol, bau alkohol bahkan sudah sangat melekat ditubuhnya.

"Kak..." seorang anak laki-laki memeluk tubuh kakaknya yang usianya beda tiga tahun itu dengan perasaan takut.

"Raisah, bawa Dika ke dalam kamar ya" wanita yang berdiri didepan mereka kini memberikan perintah. Raisah yang berusia 10 tahun itu menatap punggung Bundanya yang senantiasa berada didepannya.

"Tapi Bun—"

"Cepat sayang!"

Raisah tersentak. Tubuhnya bergetar hebat, ia begitu takut. Sangat takut. Sosok pria yang paling ia benci adalah bapaknya sendiri. Semua gadis diluar sana mengatakan kalau cinta pertama mereka adalah Ayah mereka sendiri. Lantas, bagaimana dengan dirinya sekarang?

"Kak" Dika memanggil kakaknya yang dari tadi hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Raisah tersadar dari lamunannya, ia melihat kearah adiknya yang senantiasa memeluk pinggangnya.

Anak perempuan itu tidak ada pilihan lain. Ia akhirnya akan membawa adiknya kedalam kamar sesuai perintah sang Bunda, tapi suara seruan menghentikan langkahnya. Karena, barusan pria itu mendorong Ernayunita yang berusaha menahan tubuh pria itu agar tidak mendekati anak-anaknya, tapi dorongan itu begitu kuat sehingga tubuh wanita itu menabrak meja yang menjadi tempat panjangan piring kesayangan wanita itu.

"Bunda!" Raisah memanggil Bundanya yang tubuhnya sudah dipenuhi oleh luka karena akibat pecahan kaca.

"Hik! Kau, kau begitu mirip dengan Bundamu ya..." pria itu berjalan dengan patah-patah. Tangannya menggenggam bongkahan kayu yang besar. Raisah mundur selangkah demi selangkah. Jantungnya terus berdetak dengan cepat. 

Pria itu membentuk cengiran kecil, suara cegukan kembali keluar ketika pria itu meminum alkohol langsung dari botolnya sampai habis tanpa sisa dan melemparkannya kesembarangan arah sehingga suara pecahan kembali terdengar kuat.

"RAISAH!!" Ernayunita berteriak memanggil nama Raisah disaat tongkat kayu sudah diayunkan kearahnya.

Buakh!

Tongkat kayu itu memukul kepala anak laki-laki yang barusan sedang melindungi sang kakak. Barusan dengan nekat Dika memasang badan untuk melindungin kakaknya, sehingga kayu itu terhantam keras dikepalanya, membuat kepala Dika terjadi pendarahan parah dan Dika meninggal ditempat.

"DIKA!!!" Ernayunita berteriak dengan histeris sedangkan Raisah hanya diam karena ia terlalu syok sehingga begitu lama memproses kejadian yang ia lihat didepan matanya sendiri. Tidak lama dari itu pintu rumah didobrak oleh warga, warga datang dengan membawakan beberapa anggota kepolisian untuk menangkap pria itu dan membawanya ke kantor polisi.

Menyisahkan suara tangisan Raisah dan Ernayunitaatas kehilangan Dika tepat didepan mata mereka.

Hari itu benar-benar hari yang membuat Raisah trauma berat atas namanya laki-laki didunia ini, dan menjadi alasan mengapa Raisah tidak begitu senang atas pernikahan Bundanya yang kedua. Takut kejadian itu akan terulang lagi.

***

Kedua mata milik Raisah langsung terbuka dikala cerita alam mimpinya telah usai. Ia langsung mengambil posisi duduk dengan nafas yang tersengah-sengah, wajahnya dipenuhi keringat dingin. Mimpi itu selalu membuatnya ketakutan serta merasakan rasa bersalah yang teramat dalam.

Thank You For EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang