10 : Adik Yang Dirindukan

17 13 0
                                    

Jalanan dipenuhi pengendara serta suara klakson yang merusak gendang telinga karena sedang dalam keadaan macet-macetnya. Raisah yang sedang berjalan di trotoar saja sampai harus menggunakan headset miliknya dan memutar musik.

Ia merasa bosan di rumah dan memilih untuk berjalan kaki, sekalian joging sore, itu katanya. Walau penampilannya tidak menunjukkan kalau dirinya sedang melakukan joging sore. Baju hitam berlengan pendek sengaja dimasukkan kedalam celana putih panjang membungkus kedua kakinya. Rambutnya diikat cempol dengan menyisakan helai rambut di kanan kiri wajahnya.

"Capek juga ya" Raisah mengeluh. Ia tidak menyangka bakalan selelah ini, itu membuatnya berpikir untuk tidak mengulanginya lagi.

Ia menghela nafas panjang dan membalikkan badannya untuk menuju jalan rumahnya kembali. Padahal baru sekitar sepuluh menit ia berjalan. Niatnya emang mau kembali ke rumah, tapi nyatanya ia mampir sebentar ketempat bapak-bapak yang berjualan telur gulung didepan sekolah SD.

Karena hari ini adalah hari Jum'at Raisah jadi bisa jalan-jalan sore. Matanya menatap kearah sekolah dasar itu, anak-anak sd yang baru pulang sekolah yang dimana disekolah itu memiliki dua sesi. Sesi pagi sampai siang dan sesi siang sampai sore. Biasanya yang sesi siang itu murid SD kelas 4-5.

"Abang, adek mau beli telur gulung" anak kecil yang berada didekatnya berbicara dengan seorang laki-laki yang sekiranya seusianya. Anak kecil yang imut dimana kepalanya ditutupi dengan kerudung putih serta sebuah pin kucing terpasang di sisi kiri kepalanya.

"Bang pesan 5 ribu ya"

Laki-laki itu bertubuh tinggi yang mungkin sekitar 175 cm, tubuhnya juga bagus walau ditutupi oleh jaket hitam. Laki-laki itu menggunakan topi putih. Raisah hanya melihat sedikit sisi wajah laki-laki itu sampai akhirnya kepalanya menoleh sepenuhnya dan menatap kearah Raisah yang berada disampingnya.

"Kau??" Raisah sedikit terkejut dengan melihat laki-laki yang dekat dengan saudara tirinya. Tapi laki-laki itu adalah Asrahan.

"Lo yang ngira gue itu playboy ya!" Asrahan juga terkejut sambil menunjuk Raisah.

"Tapi kan abang emang playboy" ucap anak kecil yang menggenggam tangan Asrahan dan menatap wajahnya dengan ekspresinya yang polos.

"Tuh kan!!" Raisah semakin membenarkan.

"Bukan ya! Bira, kamu jangan ngaco deh" anak kecil itu tertawa lucu lalu menggeleng dan kembali berucap. "Kata Mama abang juga playboy"

"Abangmu playboy kan dek" Raisah bertanya kepada anak kecil itu, dan anak itu membenarkan sambil tertawa kecil.

Asrahan berteriak kesal dan akhirnya membungkam mulut adeknya dengan tangannya. "Adek lo aja mengakui"

"Adek gue masih polos unyu-unyu, jadi dia ga tau itu namanya Playboy"

"Tapi kata bang Saka juga ko—" Asrahan semakin membekap mulut adiknya.

"Sudah lah, ngaku aja" Raisah menjadi prihatin dengan adek itu yang kesulitan untuk bernafas akibat perbuatan Asrahan.

"Adek lo ga bisa bernafas itu!!" Raisah memukul lengan bahunya Asrahan dengan kuat. Anak kecil itu akhirnya bisa terbebas dan langsung beralih memeluk Raisah dan menjulurkan lidahnya kepada Asrahan.

"Abang jahat sama Bira, Bira kasih tau Mama nanti"

"Jangan dong, nanti abang kena marah lagi sama Mama"

"Biarin" Asrahan akhirnya menghembuskan nafasnya dan memegang tengkuk lehernya.

Raisah tersenyum kecil ketika anak kecil itu memeluknya. "Nama kamu siapa?" Raisah bertanya sambil meletakkan tangannya diatas kepala anak kecil itu dan sedikit mengelusnya.

Anak kecil itu melihat kearah Raisah."Shabira"

"Shabira ya...namanya bagus" Raisah tersenyum lembut. Shabira membalas senyuman itu dan semakin megeratkan pelukannya kearah Raisah.

"Kakak baik deh!"

Tit! Tit!

Suara klakson motor membuat mereka bertiga menoleh kebelakang dan melihat keberadaan Arshaka yang bersama dengan Nafisya diatas motor vario milik laki-laki itu. Nafisya yang masih menggunakan baju sekolah dan ditutupi oleh jaket khusus MPK yang berwarna merah maroon.

Tapi kesampingkan dulu keberadaan Nafisya yang menatap Raisah dengan penuh kejutan. Sekarang bagaimana dengan Raisah yang masih terkejut ketika melihat keberadaan dua anak kembar itu sekarang.

"Lo baru jemput cewe lo?" Arshan bertanya dan sedikit menganggukkan kepalanya dengan penuh sopan kepada Nafisya.

"Menurut lo aja. Terus, pulang sekarang, Mama nyariin Shabira noh" Asrahan sedikit menggerakkan dagunya untuk menyuruh kembarannya segera membawa adik mereka pulang ke rumah.

"Gue memang nak balek" setelah itu motor vario milik Arshaka melaju pergi meninggalkan mereka. Mata hitam milik Asrahan melirik kearah Raisah yang masih menatap arah jalan perginya motor itu.

"See? Dah gue bilang gue ga playboy" kata-kata Asrahan membuat Raisah tersadar dari lamunannya, perempuan itu berdehem untuk menetralkan rasa malunya karena sudah menuduh orang sembarangan.

"Ya...gue minta maaf, lagi pula gue ga tau" jawab Raisah dengan sedikit terbata-bata akibat malu. "Lagian muka kalian terlalu mirip" tambahnya lagi.

"Namanya aja kembar, kan" akhirnya Raisah diam, tidak akan mengatakan apapun karena disini dialah yang salah, tapi malu untuk meminta maaf karena terlanjur menuduhnya.

"Kakak ga salah kok. Abang kan memang playboy" sautan dari Shabira membuat rasa canggung perempuan itu berkurang.

"BIRA?!" Asrahan tidak terima dengan perkataan adeknya. Kemudian memberikan cubitan dikedua pipi adeknya yang lucu itu. Shabira sedikit merengek dan menggigit tangan Asrahan sampai laki-laki itu berteriak.

Raisah membentuk ulasan senyuman, melihat abang adek itu mengingatkan dirinya bersama Dika. Adik laki-laki nya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, senyuman itu perlahan menghilang dan tatapannya menunjukkan kesedihan.

"Kak?" Shabira memanggilnya, membuat sepasang mata Raisah menatapnya. Tangannya yang digenggam hangat oleh anak kecil itu membuat dirinya kembali tersenyum, posisinya bertekuk sebelah lutut dihadapan anak kecil manis tersebut.

Tangannya mengelus kepalanya dengan perlahan. "Kamu sama kayak adeknya kakak"

"Adeknya kak Asa?" Shabira memandang bingung. Asrahan yang berada dibelakang adiknya itu menatap lurus kearah Raisah yang masih senantiasa menatap Shabira dengan tatapan teduh.

Raisah mengangguk. "Iya. Mirip banget. Adek kakak namanya Dika, dia lucu seperti Bira" 

Dimata laki-laki itu sangat terlihat jelas dari tatapan Raisah yang menunjukkan sedang merindukan seseorang, dan orang itu adalah Dika. Orang bertopi putih itu sedikit berdehem dan melepaskan topinya dari kepalannya.

Memasangkannya diatas kepala Raisah, tatapan mereka saling bertemu untuk beberapa saat. Asrahan juga bertekuk sebelah lutut dihadapannya membuat Raisah sedikit mengangkatkan kepalanya, menatap tatapan laki-laki itu dengan jelas.

"Lo gapapa?" 

Senyuman tipis terbentuk, Raisah mengangguk. "Gue gapapa"

TO BE CONTINUED

Tara note :

Diharapkan untuk Vote sama komen ya^^ makasii udah mampir dicerita Tara^^

Thank You For EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang