Sorry for typo
Malam yang indah di hiasi oleh ribuan bintang di langit. Malam yang dingin itu menusuk kulit namun kedua orang yang sudah berumur masih duduk di balkon kamar mereka yang padahal di sana lampu di setiap jendela di rumah mereka telah padam.
“Gimana ya kalau anak-anak udah nikah nanti, apa kita tinggal bareng mereka aja ya?”
Mendengar peruturan sang Istri lantas Tuan Jung terkekeh, ia menyisir surai legam sang Istri penuh kasih sayang di wajahnya. Sudah lebih dari dua puluh tahun mereka bersama di dalam ikatan pernikahan namun rasa cintanya pada sang Istri tak pernah habis.
“Jangan mengada sayang, kita ga bisa ngerepotin anak-anak, kita akan lebih banyak ngehabisin waktu kalo anak-anak udah nikah nanti,” balasnya atas argumen sang Istri.
Sang Istri hanya terkekeh membalas sang Suami lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang Suami. Walau di umur mereka yang tak muda lagi, apa salahnya melakukan hal yang sama seperti anak muda lain nya? Mereka juga pernah muda. Dengan segala rayuan dan bujukan, sang Suami berhasil membawa sang Istri duduk di atas pahanya sesuai dengan hobi sang Istri saat hamil anak mereka dulu.
“Mark udah bareng Haechan bahkan udah ada niatan buat tunangan, Jeno bareng Renjun, Jaemin bareng Yangyang, lalu kita nunggu Beomgyu dan Sungchan. Mereka cepet banget gedenya,” ujarnya dengan air mata membendung. Tau kan bagaimana perasaan sang Ibu saat ketika semua anak mereka yang mereka besarkan telah dewasa dengan secepat itu dan akhirnya akan sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Mendengar suara bergetar sang Istri, kepala keluarga Jung itu terkekeh lalu mengusap lengan sang Ibu Negara di rumah. Walau ia sering kali menghabiskan waktu untuk bekerja dengan menghidupi Keluarga nya agar berkecukupan, ia juga merasakan betapa cepatnya bayi yang dulu ia gendong dengan susah payah telah dewasa bahkan ia sudah tak bisa menggendong mereka lagi.
Di budaya keluarga Jung, kebersamaan adalah kunci dari segala hal yang ada. Malam itu Beomgyu memilih untuk tidur sekamar dengan Mark. Bukan tanpa alasan tentunya, di antara mereka berlima hanya Akhlak Mark yang ada di batas normal untuk sesama saudara, Mark anak pertama dan dia sangat dewasa tentunya, di ikuti Jeno dan Jaemin namun tentunya keduanya juga memiliki sifat jahil, terlebih kembaran dirinya yaitu Sungchan. Mereka bertiga sering kali jahil dan merecoki dirinya yang sebenarnya sedang perang kejahilan untuk satu sama lain.
Jika Beomgyu sedang lelah di jahili dan merasa ketakutan, ia akan memilih ke kamar Mark yang sangat tenang. Jeno dengan kamar nya yang sangat gelap, Jaemin dan Sungchan tak ada bedanya namun mereka lebih berantakan bukanlah pilihan Beomgyu walau tak ada bedanya dengan dirinya. Mark itu benar-benar Greenflag hanya orang aneh yang menolak Mark.
“Kak, takut,” walau Beomgyu adalah anak yang jahil, karena ia adalah anak terakhir tentu ia lah yang paling manja.
Mark terkekeh lalu memeluk perut Beomgyu, membawa Beomgyu ke dalam pelukannya, “Makanya kalau Sungchan lagi sibuk gausah di gangguin dulu, dapet balesan kan,” ujar Mark sambil mengusap punggung sang Adik.
Si Bungsu dengan sengaja mengganggu Sungchan yang sedang stress dengan tugas nya hingga membuat Sungchan akhirnya naik pitam dan memberikan sebuah ancaman dan mengusir Beomgyu dari kamar mereka. (Beomgyu dan Sungchan sengaja di tempatkan di kamar yang sama atas permintaan Beomgyu yang takut akan kesendirian dan parno an)
“Aku kan bosen Kak, kalian sibuk mulu,” ujar Beomgyu dengan suara terendam di dalam pelukan Mark yang semakin lama semakin ngantuk.
Mark hanya terkekeh lalu terus mengelus punggung si Bungsu. Memang benar, Jeno sibuk dengan kegiatan basket, Jaemin dengan Organisasi dan Sungchan dengan tugas yang sempat tertunda karena sakit selama seminggu penuh. Mark sendiri tentunya juga ikut banyak Organisasi di kampus belum lagi dengan tugas dari Dosen yang selalu mengalir.
“Maaf ya, tidur deh,” ujar Mark dengan lembut di balas anggukan oleh sang Adik dan tak lama suara nafas yang lembut mulai terdengar yang menandakan bahwa submissive itu telah terlelap.
Pagi itu terdengar keributan yang tentunya sudah biasa di telinga para pelayan dan orang tua keluarga itu. Namun keributan kali ini lebih biasa dan di bawah medium karena pagi ini ada Sungchan yang memohon pada Beomgyu memaafkannya karena dia telah mengusir submisif itu dari kamar mereka namun di tolak mentah-mentah oleh si kembaran.
Pagi ini ada Ibu rumah tangga yang di bantu oleh pelayan menyajikan makanan untuk keluarga mereka. Semua anak mereka sudah menggunakan seragam sekolah, begitu juga Mark yang kali ini ada kelas pagi dan bisa bergabung untuk sarapan dengan keluarga nya.
Tak hanya Sungchan, ada Kepala keluarga yang membujuk si Bungsu itu memaafkan kembarannya itu, namun dengan sifat nakal dan jahilnya si kembaran Sungchan itu terus menghindari Sungchan bahkan sekarang ia duduk di kursi Jaemin, bertukar posisi dengan Kakak nya itu.
Tak seperti biasanya juga, biasanya supir atau Ayah mereka lah yang mengantar, namun kali ini Mark dengan segala kebaikan nya mengantar adik-adik nya ke sekolah yang memang mereka satu sekolah, setiap dari mereka hanya berjarak satu-satu tahun.
“Sungchan kenapa?”
Renjun yang baru saja keluar dari perpustakaan melihat Jeno yang tersenyum ke arahnya, Yangyang dan Haechan yang datang dari Kantin juga segera berpencar. Renjun di tarik Jeno ke kelas mereka, Yangyang di tarik Jaemin ke atap sekolah serta Haechan yang di bawa pergi Beomgyu ke kelasnya meninggalkan Sungchan sendirian di depan gerbang dalam sekolah.
Jeno yang sedang menggenggam tangan kekasihnya lantas terkekeh lalu menggeleng, “Beomgyu pundung ama Sungchan,” jawabnya sambil terus mengecup tangan kekasihnya yang berbau manis dari sabun si manis.
Langkah demi langkah di lewati meninggalkan jejak di lantai dari sepatu mereka menuju kelas keduanya. Jeno dengan tas yang bergantung di bahu kirinya serta Renjun dengan tangan kanannya memeluk buku Novel yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan.
“Pundung? Pundung kenapa?” Tanyanya.
“Biasalah, Beomgyu ngejahilin si Sungchan, tapi salah waktu sampai si Sungchan ngamuk, itu dia mohon-mohon maaf ke Beomgyu,” ujar Jeno dengan kekehan yang membuat Renjun ikut tertawa kecil mendengar ucapan sang Kekasih.
Keduanya masuk ke kelas yang tampak kosong dan sebuah tas di ujung kursi Ruangan di depan meja guru yang tentunya itu milik si rajin Renjun. Jeno duduk di sebelah sang Kekasih, menaruh tasnya di kursi lalu mulai menatap wajah sang Kekasih yang terlihat mulai membuka buku tebal yang ia bawa dari Perpustakaan.
“Cantik.”
Jeno berucap dengan tangan terangkat mengusap kepala Renjun, rambut halus itu di sisir ke belakang dengan lembut, menujukan dahi si manis yang di bantu oleh cahaya pagi dari kaca besar di sebelah mereka membuat wajah si manis lebih bersinar.
Renjun tampak tak merasa terganggu dan malahan sibuk membaca buku Novel itu dengan satu tangan sedangkan tangan lain menggenggam jaket seragam Jeno karena merasa ngeri dengan scene di tulisan Novel tersebut.
Jaemin dan Yangyang berada di atap sekolah yang sama kosongnya seperti kelas Renjun dan Jeno sebelum di masuki oleh keduanya. Di pagi yang cerah itu, entah bagaimana Jaemin sedikit bergairah pada Yangyang kali ini dan mengajak Yangyang bercumbu di sana.
“Hah. Sesak,” adu Yangyang saat ciuman itu terlepas. Yangyang di himpit Jaemin dengan di belakangnya terdapat tembok dengan Jaemin di depannya.
“Manis,” ujar Jaemin dengan kekehan lalu mengusap ujung bibir nya yang terluka akibat Yangyang tak sengaja menggigitnya akibat Jaemin dengan brutal menyudutkan Yangyang di tembok.
Waktu berjalan dua menit dan ciuman itu kembali berlanjut dengan tangan Jaemin yang terus mengusap bokong si manis. Tak ada perlawanan dari Yangyang, hanya si manis terus meremas kuat jaket seragam Jaemin di bahu dengan kuat, melampiaskan.
June, 21 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE BOYFRIEND I NOREN
RandomTentang bagaiman Lee Jeno dan Huang Renjun menjalin hubungan mereka. ⚠️BL⚠️ ⚠️ BXB ⚠️