01

789 34 0
                                    

Lamborghini Aventador berwarna merah metalik itu melaju dengan kecepatan di atas batas normal menuju pelataran parkir Adler university dengan menekan keras rem mobil dan melakukan sedikit drift cantik sebelum berhenti mulus di sana. Sorot netra hitam nan tajam itu menatap kerumunan orang yang berdiri nematung menyaksikan aksi singkat yang memukau di luar sana. Tanpa harus keluar pun semua orang yang berada di sana juga tau siapa yang berada di balik kemudi mobil sport mewah itu.

Adalah Jeykha Adler, putra bungsu pemilik Adler Company Group itu baru saja tiba di kampusnya; kampus milik keluarganya. Pemuda dengan wajah berukir sempurna yang membuat setiap pengukir tersenyum puas, rahang tegas, sorot mata yang tajam, hidung yang mancung dan rambut yang selalu tertata dengan rapi itu membentuk senyum devil-nya ketika melihat langkah gontai seorang gadis berponi dan rambut yang dikuncir satu yang sedari tadi menunggu kedatangannya itu mendekat ke arah mobil sembari membukakan pintu untuknya. Jeykha benar-benar tersenyum puas melihat wajah gugup dan polos gadis itu.

"Mengapa kau lama sekali, blӧd?" gerutu Jeykha sembari melempari gadis itu dengan tas punggungnya.

Dengan cekatan gadis berponi itu menerima lemparan Jeykha yang terkesan seenaknya. Titah sang dominan seperti Jeykha membuat submissive-nya menurut tanpa bantahan. Selepas bertingkah seenaknya terhadap gadis itu, Jeykha dengan lagak tegas, seperti halnya seorang yang telah diajarkan cara berjalan sesuai dengan strata keluarganya berderap angkuh menerobos kerumunan penghuni kampusnya.

"Oh mein Gott, kau lihat? Dia selalu mempesona tiap harinya." Bisikan kagum dari setiap orang di sekitarnya semakin terdengar jelas ketika langkah sang dominan mencapai pintu utama gedung kampus.

"Ku dengar dia baru saja putus dengan Alexa." Bukan hanya decakan dan bisikan kagum yang pemuda ini dapatkan. Kehidupan hingga masalah pribadinya pun akan tersebar luas dalam hitungan jam.

Yeah, Jeykha berada dalam masa di mana perasaannya bercampur aduk, karena mendapati mantan kekasihnya berselingkuh semalam dengan rival jalanannya sendiri.

Banyak pasang mata yang menatap kagum padanya, bahkan tidak sedikit para gadis mengejarnya dengan sepotong cokelat hingga kotak makan siang untuk diberikan padanya. Jangan pernah berpikir, jika seorang pemuda angkuh seperti Jeykha akan menerima semua pemberian para gadis itu. Tidak, dia tidak akan melakukan hal menjijikan itu.

Seperti halnya seorang budak yang patuh pada tuannya, gadis itu mengikuti Jeykha hingga pemuda itu berada di kelasnya. Banyak yang iri dengannya, karena secara tidak langsung gadis bernama Alice itu sangat dekat dengan Jeykha. Alih-alih bahagia, Alice malah mengutuk dirinya sendiri karena berurusan dengan Jeykha di hari pertama gadis itu menginjakan kaki di Adler University.

Dia Alice Emerald, gadis yang diklaim sebagai slave dari seorang Jeykha Adler benar-benar menuruti perintah pemuda itu tiap saatnya. Gerakan tangan Jeykha padanya yang memerintah untuk meletakkan tas punggungnya di atas meja dituruti sempurna oleh Alice.

Saat akan menuju tempat duduknya yang berada persis di depan tempat duduk Jeykha, pemuda itu malah mencengkeram dengan keras rahang Alice. "Jangan lakukan kesalahan itu lagi, bodoh, atau kau akan menerima akibatnya."

Tajam. Penuh peringatan. Hampir semua gerakan Alice dianggap salah dan buruk di mata Jeykha. Hingga detik ini, Alice tidak mengerti di mana letak kesalahannya hingga dirinya dijadikan budak oleh putra bungsu Jordan Alexander Adler ini.

Baru terhitung bulan Alice berkuliah di sana, dan rasanya dia tengah berada di dalam neraka dengan sang malaikat maut yang kapan saja bisa mencabut paksa nyawanya.

"Long time no see, brother." Seorang pemuda dengan netra biru lautnya berucap dari depan pintu kelas dengan keras sembari membuka kedua tangannya dan berderap menuju Jeykha yang tengah duduk di atas mejanya sembari bermain ponsel.

Sudut bibir Jeykha terangkat. Dia berdecak kecil sebelum menerima pelukan singkat dari sahabatnya. "Dari mana saja kau, huh?"

"Miss me?"

Namanya Ray Orlando, salah satu anggota fast one. Teman satu genk Jeykha yang selalu melakukan aktivitas balap liar tiap malamnya itu baru saja kembali dari liburan musim panas di Colorado bersama kekasihnya. Ray kini tengah tertawa mengejek pada Jeykha. Pemuda berambut cokelat itu tau betul apa yang terjadi dengan sahabatnya ini.

"Jadi, kau benar putus dengan Alexa?" tanya Ray.

"Menurutmu?"

"Jesus, bagaimana itu bisa terjadi?" Ray terlihat tidak percaya, pasalnya Jeykha dan Alexa telah ditetapkan sebagai best couple tahun kemarin dan akan kembali merebut gelar itu untuk tahun ini. Namun apa yang mau dikata, hubungan yang dianggap selalu romantis dan membuat banyak orang iri itu harus kandas karena perselingkuhan bodoh yang dilakukan Alexa kemarin malam dan disaksikan langsung oleh Jeykha.

"She fucked with Carl."

"Wow."

Tidak bermaksud menguping, tapi Alice dengan jelas mendengar pembicaraan kedua pemuda berstrata atas ini. Dia sedikit bergidik mendengar ucapan Jeykha, dan pemuda itu mampu mendeteksi pergerakan Alice, sekecil bahkan sepelan apapun itu.

"Apa yang kau dengar?" Jeykha menarik kuciran rambut gadis itu sehingga dia mendongak menatap langit-langit kelas.

Sakit, namun berusaha keras Alice untuk tidak memekik. Rasa sakit yang menjalar akibat cengkeraman Jeykha akan membuat pemuda itu semakin bernafsu menyakitinya. Kejam. Kata yang pantas untuk seorang Jeykha Adler dari seorang submissive seperti Alice. Namun tak salah bukan, sang dominan akan selalu berlaku kejam pada budaknya, berbeda ketika Jeykha berinteraksi dengan mantan kekasihnya, terkesan lembut dan penuh perasaan.

Alice menggeleng ragu, "Tidak ada."

Jeykha menunduk dan memberikan gigitan kecil di daun telinga gadis itu. "Jangan menguping pembicaraan orang, gadis nakal." Alice memekik pelan sekaligus geli hingga Jeykha menghempas kasar cengkeramannya, membuat gadis itu bernapas lega, terlebih lega ketika Jeykha bersama Ray berderap keluar dari kelas.

Hari pertama kembali dari liburan musim panas membuat Alice merasakan panas yang sesungguhnya. Jeykha tak segan menyakitinya, jika keinginan pemuda itu tidak dituruti olehnya.

Entah mengapa Jeykha begitu membencinya. Selain berasal dari kelas rendah dan jalur beasiswa, Alice tidak akan pernah populer dengan penampilan sederhananya yang dinilai cupu dan tertinggal oleh penghuni kampus elite itu. Dia selalu mendapat sorotan tajam serta melecehkan hampir dari semua penghuni Adler University. Di mana saja dia membawa langkah kakinya, tatapan melecehkan itu akan selalu mengikutinya, bahkan ketika berada bersama dengan Jeykha.

Kelas rendah akan selalu berada di bawah, right? Dan Alice selalu memegang pernyataan itu sejak hari pertama berkuliah di kampus elite yang dipenuhi manusia berduit itu. Mungkin menjadi budak seorang anggota keluarga Adler adalah bukti jelas seberapa rendah dirinya di mata mereka yang memiliki segalanya.

Metanoia • Lizkook 18+ ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang