03

371 29 1
                                    

Berlin, vor einem Jahr

Waktu sudah menunjukan hampir pukul sebelas malam, ketika langkah kaki gadis itu berderap menelusuri trotoar jalanan kota yang sepi. Kedua tangan gadis itu dimasukan ke dalam kantung jaketnya. Dia kedinginan. Udara malam di kota Berlin saat itu benar-benar membuatnya menggigil, karena tepat di bulan itu adalah masa peralihan dari musim panas ke musim dingin yang akan mencapai puncaknya pada bulan desember.

Langkah kecil nan gontai itu berhenti hendak menyeberangi jalan ke arah pertokoan hanya sekedar untuk memandangi benda-benda mahal yang menghiasi kaca besar depan toko.

TINN!!

Gadis itu terjerambap ke samping tepat di atas trotoar jalan ketika sebuah mobil sport dengan kecepatan hampir mencapai 180 mph itu nyaris menabrak tubuh mungilnya. Mobil itu berhenti dan membuat gadis dengan hazzle kecokelatan mengingsut mundur saat netranya bertemupandang dengan iris tajam seorang laki-laki yang keluar dari mobilnya dengan bersungut-sungut. Ditatapnya gadis itu yang bersimpuh di trotoar. Luapan kemarahannya seketika lenyap ketika menatap hazzle kecokelatan nan sayu yang menunjukan kilau ketakutan di sana.

Setengah botol vodka tidak akan membuatnya mabuk berat sehingga dia sadar dan masih bisa melihat, jika dia baru saja bertemu dengan bocah cantik di jalanan. Laki-laki itu menunduk. Sudut bibirnya tertarik, membentuk senyuman, kemudian membantu gadis itu untuk berdiri.

"Sedang apa kau malam-malam seperti ini?" Suara bariton nan seksi itu membuat si gadis menunduk takut. Dia bergerak mundur secara perlahan, dengan sedikit menggeleng. Tangan laki-laki itu menyentuh dagunya, membuat gadis itu dengan sangat terpaksa mengangkat wajah dan menatap netra cokelat terang yang dihujani sorot lampu jalan itu. "Siapa namamu?"

"Alice."

×××

Heute.

Laki-laki berusia 24 tahun itu tengah duduk di kursi kebesarannnya dengan pemandangan yang menghadap langsung keramaian kota di malam hari dari baliknya. Dia tengah menunggu kabar dari orang kepercayaannya, seraya mengetuk pelan ujung jemarinya di atas meja.

Sedetik kemudian iris tajamnya menoleh cepat pada pintu ruangan yang terbuka dan menampilkan sosok yang ditunggunya sejak tadi berderap mendekat.

"Saya sudah menemukannya, Tuan," ucap pria itu padanya. Sudut bibirnya terangkat dan membentuk senyum bahagia ketika sang pemilik mendengar kabar yang benar-benar dinantinya. "Alice Emerald. Tercatat sebagai mahasiswi aktif Adler University. Penerima beasiswa prestasi dan tidak mampu."

Laki-laki itu mendongak ketika mendengar tuturan pria di hadapannya. Bagaimana bisa gadis yang dicarinya selama hampir setahun ini berada dekat dengannya. Tidak. Tidak hanya dekat. Gadis itu menempuh pendidikan S1-nya di universitas milik keluarganya.

Adalah Valey Adler, putra sulung dari Jordan Adler pemilik Adler Company Group itu dibuat frustasi dalam setahun ini oleh gadis asing bermata indah nan sayu yang ditemuinya di malam hari ketika baru saja kembali dari club.

Wajah polos dan manis tanpa sentuhan kosmetik itu berhasil memikat hati seorang CEO muda dalam sekali tatap. Valey benar-benar terpesona akan indahnya bola mata yang membulat sempurna ketika ditatap itu. Tangannya terangkat dan diletakan di kedua sisi kepalanya. "Alice, I found you," gumamnya.

Baru saja laki-laki itu akan bangkit dari duduknya, pintu ruangan kembali terbuka. Valey mengernyitkan dahi dan menghembus napas kasar. Seorang wanita dengan mini dress ketat yang menampakkan lekuk tubuhnya yang indah itu berderap santai dengan senyum manis merekah di wajahnya. Valey benar-benar muak dengan wajah sialan yang tengah tersenyum padanya itu.

Metanoia • Lizkook 18+ ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang