14. Rahasiamu Belum Berakhir

113 16 7
                                    

Setelah ditarik keluar dari huru hara di festival tadi, kini Helena telah dibawa pergi dengan menaiki mobilnya. Kendaraan itu tengah melaju cepat demi mengejar waktu, sedangkan Helena merasa suasana di sini terasa cukup canggung. Ia dihadapi dengan dua orang asing, Azka dan supirnya yang lebih memilih diam selama perjalanan—sebenarnya tidak seasing itu, tapi mereka tetaplah pria yang sewaktu-waktu bisa mengancam dirinya.

Untungnya perjalanan yang membuatnya tak nyaman ini segera berakhir saat mobil mereka sudah tiba di depan lobi masuk gedung. Helena terpaku melirik ke arah pintu masuknya, melihat logo hotel bintang lima yang begitu mewah dan besar tersebut membuatnya tersadar bahwa ini bukan tempat biasa.

Saat Azka keluar berjalan masuk lebih dulu, Helena hanya terdiam di tempatnya. Ekspresinya berubah menjadi tak senang dan pria itu menyadarinya segera. Azka berbalik dan melihat Helena tengah menatap tajam ke arahnya.

"Kamu ngapain bawa aku ke hotel?" Helena memandang curiga.

"Kamu harus siap-siap." Azka mengecek lebih dulu jam di pergelangan tangannya. "Kurang dari satu setengah jam lagi pestanya dimulai," jelasnya.

"Pesta? Kenapa kamu nggak nyari orang lain aja buat diajak jadi partner daripada harus repot-repot ngangguin acara aku?"

Azka terpaksa menarik tangannya untuk masuk ke dalam sampai mereka tiba di ruang tunggu hotel ini. Ia pun memberhentikan Helena tepat di depannya seraya menatapnya dengan serius. "Aku nggak kenal siapa pun," jawab Azka.

"Apa?"

"Nggak ada satu pun yang bisa aku percaya, Helena." Azka terlihat begitu yakin.

Tapi Helena masih tak gentar. "Nggak mungkin. Kamu pasti punya teman cewek yang lain. Terus aku sendiri kayak mana? Kamu sepercaya itu sama aku, saat kita sendiri nggak sedekat itu Azka!?"

"Aku percaya kamu."

"Gimana kalau aku nipu kamu nanti?"

"Tinggal laporin aja."

Sekarang Helena dibuat tak berkutik dari seluruh obrolan ini. Ia mendengkus menatap Azka kesal, sedangkan pria itu justru merasa sebaliknya. Mungkin Azka menganggapnya enteng. Helena melupakan fakta bahwa dirinya bukan orang biasa, jika pun ia akan menipunya nanti yang ada dirinya bisa mendekam di penjara paling busuk karena kekuatan orang besar yang dimilikinya itu.

Diam-diam seseorang berjalan mendekati mereka setelah obrolan tadi. Keduanya menoleh mendapati seorang perempuan yang sedang tersenyum ramah. Di kedua tangannya, ia memegang dua koper makeup.

"Sore Pak Azka." Ia tersenyum lebih dulu pada Azka, lalu ke arah Helena. "Ini Mbak Helena atau Mbak Yor?" Candaan itu terlempar setelah melihat penampilan Helena yang masih memakai kostum anime tersebut.

"Saya Riana, saya bakal ngerias mbak untuk pesta malam ini. Ikut saya ya, mbak."

Helena melirik ke arah Azka yang memberi isyarat berupa anggukan untuk mengikuti Riana segera. Dengan setengah malas, Helena pun mengikutinya untuk pergi menuju kamar mereka. Dan Azka pun juga pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap segera.

_____________

Persiapan menjadi partner pesta ini sesungguhnya memakan waktu yang tak sedikit. Pertama-tama Helena harus membersihkan tubuhnya lebih dahulu, ia terus diperingatkan untuk tak lama-lama mandi. Setelahnya, ia harus bersiap-siap mengenakan gaun pesta yang telah disiapkan. Riana menunjukkan sebuah gaun satin hitam sepanjang betis kepadanya itu dan gaun tersebut membalut indah tubuh Helena.

Sesi selanjutnya Helena segera diberikan makeup dan hair do. Riana melakukan semua ini sendirian dan selama pengerjaannya sesekali ia melempar pujian pada Helena. Salah satunya ada yang membuat Helena ingin meluruskannya segera, "Pacar Pak Azka harus tampil dengan cantik."

into foreverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang