20. Mantra: Namamu

125 21 4
                                    

Bertepatan jam makan siang, suasana lounge di salah satu gedung kantoran saat itu terlihat begitu ramai. Beberapa kelompok orang duduk di kursi mereka selagi menikmati prasmanan yang disediakan. Mereka sibuk berbincang mengenai proyek kantor ataupun masalah satu sama lain. Lounge memang tak seramai seperti kantin karyawan dan Azka senang berada di tempat ini.

Setelah mengadakan pertemuan mingguan dengan timnya, Azka biasanya akan duduk di sofa paling pojok berdekatan dengan dinding kaca setiap istirahat siang. Ia baru saja menyelesaikan makan siangnya dan kini sedang sibuk menyesap kopi dengan fokus yang tak lepas dari layar iPadnya.

Tiga episode anime SPY X Family baru saja diselesaikannya. Azka menekan tombol pause di layar tersebut lalu menyimpulkan sesuatu setelah selesai menonton anime itu. Karena Helena ia dibuat penasaran dengan karakter yang sempat dikenakan kostumnya itu, dibantu oleh Nathan yang juga menjelaskan tentang inti cerita anime itu.

Rupanya karakter Yor Forger ini sangat menarik di matanya. Bayangannya kembali berlabuh ke ingatan lama saat Helena mengenakan kostum tokoh tersebut dulu. Dia cantik.

"Pak Azka?"

Lamunan itu segera buyar, fokus pria ini beralih melihat seseorang berdiri tak jauh dari sofa di seberangnya. Senyum tipisnya lantas terbentuk.

"Duduk aja, Kev."

Pria muda dengan tampilan kacamata tebal dan kemeja batik cokelat yang dikenakannya, ia tampak malu-malu duduk di sofa seberang Azka. Satu tangannya membawa tas laptop yang tampaknya cukup berat, sepertinya ia terlihat sibuk hari ini.

"Kamu sudah makan?" sahut Azka.

"Sudah, Pak. Saya tadi telat karena harus makan dulu," jelasnya.

Kevin, orang yang duduk di seberangnya itu adalah asisten pribadi kakeknya. Ia tak bekerja sendiri, masih ada satu lagi asisten perempuan kakek. Azka selalu mendapatkan informasi tersembunyi mengenai kakek darinya, dimulai dari masalah peruasahaan, akademi, bahkan perempuan yang hendak dijodohkan dengannya.

Sambil menyandarkan punggungnya dan meletakkan kembali kopi yang selesai disesapnya, Mata Azka tak lepas melihat gerak-gerik Kevin, tampaknya lawan bicaranya ini sedang gelisah.

"Ada info apa, Kev?" tanya Azka.

"Bapak masuk rumah sakit, Pak," balas Kevin.

Apa ini kabar baik?

"Ada masalah pernapasan, bapak udah dirawat dari minggu lalu," sambungnya.

Tak terukir satu pun emosi di wajahnya begitu mendengar berita tersebut, Azka hanya terdiam mencerna semuanya. Sesungguhnya ia tak menunggu kematian kakeknya, hanya saja sejak masih kecil beliau tak pernah terlihat sakit-sakitan dan bertepatan hari ini masa jatuh kakek telah tiba. Azka kerap menantikan waktunya akan terjadi dan ini akan menjadi titik pembalasannya atas perbuatan yang pernah dilakukan oleh beliau padanya.

Sebut ia jahat, tapi kakek tak kalah jahat darinya.

"Selain itu?" Azka menagih lagi berita lainnya.

"Charles akan tunangan dengan Teresia." Mata Kevin menatap dengan hati-hati pada dirinya.

Ah, anak sialan itu... Benar-benar ingin dimusuhi.

"Gimana dengan Rieke?"

"Bu Rieke rencananya bakal jadi penerus akademi. Bapak belum ngomong yang pasti, tapi bapak udah mau nunjuk Bu Rieke dan mereka udah milih beberapa penari buat dimasukin ke panggung."

Mata Azka terpejam, napasnya terembus berat. Pikirannya mendadak teralih pada Helena yang telah menjadi incaran kakeknya untuk bermain di panggung. Sebelumnya ia pernah meminta perempuan itu untuk menolaknya, tapi Azka tetap khawatir jika Helena akan menerimanya karena keuntungan yang diberikan.

into foreverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang