13

1.6K 78 4
                                    

"apa sakit?" Joe menyendukan tatapannya. Sakit sekali melihat danzel lagi lagi harus terkurung ditempat ini. Joe tidak mau mendengarkan dr.xean Joe hanya tidak mau mendengar kenyataan bahwa ternyata jantung itu tidak diterima ditubuh putranya.

Aric duduk dikursi. Hanya itu yang bisa pria itu lakukan, seharusnya Aric pergi kerena tuntutan pekerjaan tapi dia tidak bisa meninggal danzelnya.

Si kembar hanya diam membisu melihat bagaimana ayahnya menatap danzel begitu lembut, penuh kasih. Bukan tidak mungkin mereka mendapatkan hal yang sama tapi mereka merasa danzel memang benar pantas mendapatkannya.

Mereka berdua memilih pergi ke kantin rumah sakit kecuali Aric

Si sulung tau wajah ibunya. Kembarpun sama. Hanya danzel yang bahkan tidak diizinkan untuk melihat barang sekalipun seumur hidupnya untuk menyatukan netra keduanya, Ibu dan anak, bahkan untuk yang terakhir kali.

Danzel berusaha membuka matanya yang selalu memberat.

"Haus papah" ucap danzel lemas

Joe sigap membantu danzel duduk bersandar pada ranjang, sebelum itu dia juga menaikan engkol ranjangnya agar danzel nyaman.

Joe mempukpuk pelan punggung danzel.

"Papah... Zel sakit tidak suka. Papah akan repot Abang juka" danzel berusaha memeluk Joe. Sedangkan Joe tidak sadar karena terus menatap dada putrnya yang naik turun mulai teratur. Demi tuhan danzel tidak boleh mati lebih dulu, terdengar egois namun ini lah Joe yang sebenarnya, dia lebih mementingkan danzel itu benar! bersyukur ketiga putranya yang lain tidak ada drama iri dengki karena perbedaan itu, mereka merasa danzel memang pantas mendapatkan kasih sayang lebih dari papahnya mengingat ketika danzel lahir ctarina sudah tidak ada bahkan untuk melihat wajahnya sekalipun danzel tidak bisa.

Takdir sedikit tidak adil untuk bocah polos itu.

"Apapun demi kesehatan mu itu bukan hal sulit papah bersedia membeli seluruh dunia dan isinya jika kamu yang meminta" ujar Joe menatap serius. Tangan kekarnya mengusap lembut pipi danzel.

"Papah membual" ucap danzel buang muka dengan pipi merah

"Kamu malu? Hahaha"

"Sudah papah! Abang mana?"

"Dikantin rumah sakit lapar katanya apa lagi kakakmu arvaz bocah ingusan itu benar benar tidak beranjak sedikitpun dari kamarmu. Maafkan Abangmu ya? Dia benar benar menyesal"

"Zel tidak apa apa"

"Kamu tidak tau saja malam itu saat kamu pingsan dan kejang kejang rasanya dunia papah lagi lagi digoyangkan seperti ini" Joe mengguncang ranjang danzel ke kiri dan ke kanan. Anak itu ketawa sampe suaranya hilang saking lucunya. Soalnya Joe juga pasang wajah lucu.

"Haahaa" danzel menghentikan sisa sisa ketawanya

"Memang zel tidur berapa jam?"

"Dua hari"

"Lama sekali! Tapi papah zel ketemu mamah pakai baju putih. Mamah bilang akan jemput zell kalau sudah waktunya, zell senang! Bakal tungku mamah disini dengan papah Abang juka" jelas danzel gembira

"Papah akan marah loh kalau zell ikut mamah"

"Tapikan zel ikut mamah... Bukan penculik! Papah jahat kalau pisahin zell. Bekini bkini zel pintar bujuk papah! Zell akan bujuk papah---------

Suara danzel mendadak samar ditelinganya. Joe melamun memikirkan bagaimana kelanjutan hidupnya jika tidak dibumbui tawa danzel dan anak anaknya. Jika boleh biarkan dia mati lebih dulu, Joe tidak bisa kesepian sudah cukup catrina pergi untuk selamanya, rasanya ia tidak akan sanggup lagi jika harus dipertemukan dengan situasi yang sama. Tidak akan lagi terhitung berapa ribu tetes air mata yang turun nanti.

Jangan bawa putra kita pergi cat ku mohon

...

Tiga hari danzel dikekang keluarganya, hidup seperti dipenjara! Dilarang ini itu, makan pun harus ada unsur sayurnya! Mau main harus sama salah satu abangnya, gak bebaskan! Terus udah jelas sekolah dilarang huh! Dia sudah pulang dari rumah sakit, masalahnya sudah clear, arvaz meminta maaf sambil nangis bombay bahkan bersumpah tidak akan melakukan tindakan bodoh yang sama. Danzel cuma natep bingung, dia merasa arvaz tidak bersalah ini memang tubuhnya saja yang lebay.

Saat ini danzel lagi berusaha bujuk papah untuk izinin dia masuk sekolah

"Papah plis...." Waduh seperti jurus memelas tidak mempan kali ini guys buktinya Joe cuek aja sambil ngeteh

"Papah! Zel tidak benci tapi tidak suka! Papah tidak etis! Papah malah terlihat ekois!"

"Diam zel makan pudingmu kau marah atau pantun huh? Hampir papah keceplosan bilang 'cakep" ujar Joe geli membawa danzel duduk dipangkuan mulai bergerak ke kiri dan ke kanan.

"Ah papah tidak asik buat zel seperti dikurung dalam sangkar" balas danzel cemberut

"Ck lebay sekali kau bocah ikut Abang tidak?

"Ke mana?"

"Ke kamar si"

"Ih kamar doang....

"Hadiah nya mau tau tidak danzel?" Tanya Aric mengangkat satu alisnya

"Mau!"

Bambi

Bambi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















Gimana kalo kita sad ending in aja?

Danzel Vance Fenedrick (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang