'Di persimpangan takdir dan asa, aku berdiri dalam ketidakpastian. Entah benar atau salah, hanya waktu yang akan menjawab. Namun, dalam lubuk hatiku, berharap keputusan ini adalah yang terbaik. Biarlah langkah yang ku ambil meninggalkan jejak cahaya, menuntunku pada harapan yang bersinar abadi di ujung perjalanan.'
.
.
."Pa...mau duit." Rin menyodorkan kan tangan pada Hendra.
"Aku juga." Dion tak mau kalah.
"Allesya juga pa hehe." ketiga nya kini menyodorkan kan tangan bersama di depan Hendra.
Hendra hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anak-anak nya. Sudah habis kata-kata, ia hanya bisa pasrah dan memberikan yang mereka pinta.
Setelah mendapat yang di inginkan. Ketiga nya serentak beranjak keluar rumah. Ya tidak salah lagi, ketiga nya ingin pergi jajan.
Padahal tidak ada janji sebelum nya, namun seperti telepati yang kuat membawa mereka pada tujuan yang sama.
"Dih ngikut aja lo cil." Rin mendorong kecil Dion.
"Apasih. Lo aja kali yang ngikut gue. Dasar plagiat huu." balas Dion.
"Setan." kesal Rin mendahului langkah Dion dan Allesya.
"Kalian ini, dimana-mana ribut terus."
Allesya memang sering kali tidak sadar diri. Padahal dia juga sering memancing ke ributan di rumah.
"Habis ini nonton yok?" Allesya membuka obrolan saat perjalanan pulang ke rumah.
Terlihat banyak makanan yang di bawa masing-masing dari mereka bertiga.
"Nonton apa ya enak nya." jawab Rin sambil memikirkan film yang akan di tonton.
"Coco aja." sambut Dion.
"Setujuuuu." serentak Allesya dan Rin.
Mereka memang sering berdebat, namun itu akan berlalu begitu saja. Mereka terkadang terlihat sangat kasar satu sama lain.
Tapi jauh di lubuk hati, mereka saling menyayangi dan selalu ada rasa saling melindungi.
"Bentar ya, gua mau ganti baju dulu. Biar agak nyantai nonton nya." Rin meletak kan cemilan nya di meja ruang tamu.
"Ok, gue mau ngambil minum dulu buat kita." Allesya ikut meletakkan cemilan nya.
"Dion...play dulu film nya. Biar ngga kelamaan nunggu kita." Allesya berteriak dari arah dapur.
"Siappp."
Dion memang masih menginjak sekolah dasar, namun dia sudah cukup tahu mengenai elekronik.
Bahkan bisa dibilang dia sudah sangat pintar pada usia nya saat ini dengan pemahaman nya tentang elektronik.
Ketiga nya kini sudah berkumpul di ruang tamu, siap untuk menonton dan menyantap cemilan nya.
"Yahh...cemilan kita menipis cok." gerutu Rin di pertengahan film.
"Eh iya ya, baru sadar." Allesya menatap ke meja di depan mereka.
"Kalian mau kolak ngga? mama baru masak kolak nih."
"MAUUUU." serentak mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Luka
RomancePernah kah kau bertanya pada hati mu? sejauh apa kau membawa hati ku terbang ke angkasa namun dengan mudah nya kamu melepas genggaman mu membuat ku terjun lepas ke dasar lautan yang begitu dalam. Sedari awal aku menolak untuk kau ajak terbang, namun...