7

2 1 0
                                    

: Bayangan dari Masa Lalu

Langkah kaki yang mendekat semakin jelas terdengar di kapel gelap itu, membuat Alessandro, Isabella, Lorenzo, dan Bianca semakin tegang. Mereka bersembunyi di balik rak buku, menahan napas dan berharap tidak ditemukan. Pintu kapel berderit terbuka, dan mereka melihat sosok berjubah hitam memasuki ruangan.

Sosok itu berjalan dengan tenang menuju altar, memeriksa setiap sudut dengan teliti. Sesekali, ia berhenti untuk melihat buku-buku tua yang tertata rapi di rak. Keheningan yang mencekam hanya dipecahkan oleh suara lembut dari jubah yang menggesek lantai batu.

Alessandro melirik Isabella dengan cemas. Mereka tidak tahu siapa orang ini atau apa yang diinginkannya, tetapi satu hal yang pasti, mereka tidak bisa membiarkannya menemukan rahasia yang mereka temukan. Mereka harus segera bertindak.

Ketika sosok itu semakin dekat dengan tempat mereka bersembunyi, Lorenzo memberi isyarat untuk bersiap. Dengan hati-hati, mereka menunggu saat yang tepat. Tepat ketika sosok itu berbalik, Alessandro dan Lorenzo melompat keluar dari tempat persembunyian dan langsung menghadapinya.

“Siapa kamu?” teriak Lorenzo dengan nada mendesak. “Apa yang kamu cari di sini?”

Sosok berjubah itu terkejut sejenak tetapi segera mengendalikan diri. Dia membuka tudung jubahnya, memperlihatkan wajah Giovanni Rossi yang penuh dengan senyum licik. “Kalian lagi,” katanya dengan nada yang penuh kemenangan. “Kalian benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti, ya?”

Alessandro mempererat cengkeramannya pada Giovanni. “Katakan yang sebenarnya, Giovanni. Apa yang kamu ketahui tentang La Confraternita dell'Ombra dan apa yang mereka sembunyikan?”

Giovanni tertawa kecil. “Kalian tidak akan pernah bisa memahami kedalaman rahasia ini. La Confraternita telah menjaga kebenaran ini selama berabad-abad, dan tidak ada yang bisa mengubah itu.”

Isabella maju dengan tegas. “Kami tidak peduli dengan ancamanmu. Kami akan mengungkapkan kebenaran ini, tidak peduli apa yang terjadi.”

Namun, sebelum Giovanni bisa menjawab, suara langkah kaki lain terdengar dari lorong luar kapel. Kali ini, suara itu lebih keras dan tergesa-gesa, seolah-olah orang-orang itu sedang mengejar sesuatu. Isabella dengan cepat menyadari bahwa mereka harus segera pergi dari sana sebelum situasi semakin memburuk.

“Kita harus keluar dari sini,” bisiknya kepada yang lain. “Sekarang!”

Dengan segera, mereka meninggalkan Giovanni yang masih terikat di sudut ruangan dan berlari keluar melalui pintu belakang kapel. Mereka mengikuti lorong gelap yang berliku-liku, berusaha menemukan jalan keluar. Cahaya redup di ujung lorong memberikan mereka harapan akan kebebasan.

Setelah beberapa menit berlari, mereka akhirnya mencapai pintu besi yang terbuka menuju taman tersembunyi di belakang Basilika Santa Croce. Mereka segera menutup pintu itu dan mengambil napas lega. Udara pagi yang segar membawa sedikit ketenangan setelah ketegangan yang mereka alami di dalam kapel.

“Kita harus segera kembali ke Galeri Uffizi,” kata Lorenzo sambil terengah-engah. “Kita perlu merencanakan langkah berikutnya dan memastikan rahasia ini tidak jatuh ke tangan yang salah.”

Mereka berempat kembali ke galeri dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Di galeri, mereka berkumpul di ruang rahasia dan mulai membahas apa yang harus dilakukan selanjutnya.

“Giovanni tadi mengatakan bahwa La Confraternita telah menjaga rahasia ini selama berabad-abad,” kata Alessandro. “Ini lebih besar dari yang kita kira. Kita harus menemukan petunjuk lain yang bisa membawa kita lebih dekat pada kebenaran.”

Isabella mengangguk. “Kita harus memeriksa semua buku dan catatan yang kita temukan di kapel. Mungkin ada petunjuk yang terlewatkan yang bisa membantu kita.”

Mereka mulai membuka buku-buku tua dan memeriksa catatan dengan cermat. Di salah satu buku, mereka menemukan sebuah peta kecil yang berbeda dari yang mereka temukan sebelumnya. Peta itu menunjukkan lokasi rahasia lain di Florence, yang sepertinya merupakan markas utama La Confraternita dell'Ombra.

“Ini dia,” kata Bianca dengan bersemangat. “Ini bisa menjadi kunci untuk menemukan markas mereka dan mengungkap kebenaran.”

Namun, sebelum mereka bisa merencanakan langkah berikutnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu ruangan rahasia mereka. Mereka saling memandang dengan cemas, menyadari bahwa ketegangan baru akan segera dimulai.

Pintu itu terbuka perlahan, dan seorang wanita tua dengan rambut putih masuk. Dia tampak anggun dan penuh wibawa, dengan mata yang tajam dan penuh pengetahuan. Wanita itu tersenyum dan berkata dengan suara lembut namun tegas, “Nama saya Signora Elena Ricci. Saya tahu apa yang kalian cari, dan saya datang untuk membantu.”

Mereka tercengang melihat kedatangan Signora Ricci yang tiba-tiba. Alessandro, Isabella, Lorenzo, dan Bianca merasa bahwa mereka baru saja menemukan sekutu yang tak terduga dalam perjalanan mereka. Dengan bantuan Signora Ricci, mereka mungkin bisa mengungkap rahasia besar yang telah lama tersembunyi di bawah bayangan Florence. Namun, mereka juga tahu bahwa pertempuran baru akan segera dimulai, dan bahaya yang lebih besar mungkin akan datang menghadang.

LUKISAN TERLARANGWhere stories live. Discover now