Sweet Enemy - Satu

434 50 11
                                    

hai! gimana? ready tidak untuk baca ini? sksksk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai! gimana? ready tidak untuk baca ini? sksksk

HARUS READY KARENA KITA USAHAKAN LAPAK INI KEBAKARAN WKWK. btw, selamat datang juga untuk pembaca baru dan buat pembaca lama, gak usah selamat datang lah ya wkwk (becanda)

selamat datang intinya kepada semua pembaca sweet enemy ini. mari temani aku menyelami kisah kasih Krista-Genta yang entah seperti apa ujungnya ((inget, bisa gue ganti wkwk)). jadi, aku akan mengucapkan selamat datang membersamai kisah mereka.

happy reading~

KOMEN BAKAR BAKARNYA DISINII!! 😈😈😈

***




Hari Minggu dan hujan, bukan sesuatu hal yang cukup menyenangkan. Beberapa agenda akhir pekan terpaksa harus dibatalkan karena sejak pagi tadi, hujan mengguyur beberapa wilayah Jakarta. Termasuk juga komplek perumahan tempat Krista tinggal.

Krista, gadis itu tidak memiliki banyak agenda. Tadinya, dia memang berencana pergi bersama Alleyah–salah satu sahabatnya–ke sebuah kelas merajut yang diadakan hari ini. Namun, karena hujan dan Krista tahu jelas bahwa Papinya tidak akan mengizinkannya keluar. Jadi kini, gadis itu berakhir membantu Maminya menata beberapa vas bunga yang bunga-bunganya sudah diganti dengan yang baru.

Papi, hujan dan Krista adalah tiga hal yang tidak pernah menyatu. Krista sangat menyukai hujan, sedangkan Papinya tidak. Krista begitu mencintai setiap tetes air yang turun dari bumi itu, namun Papinya tidak. Krista kecil tidak pernah merasakan rasanya hujan-hujanan seperti anak kecil lainnya. Mungkin dulu, dia bisa menerima larangan tersebut dengan dalih, "Kamu bisa sakit kalau hujan-hujanan." Namun, tidak sampai sebesar ini. Krista tidak pernah benar-benar ingin tahu alasan Papinya melarangnya sebegitu keras bermain-main dengan hujan. Krista sudah tidak peduli dengan itu, walaupun sesekali akan merasa kesal.

"Yang ini taruh di mana, Mi?"

"Taruh di deket Papi," ujar Mami.

Aku bergerak untuk meletakkan vas bunga yang bunganya sudah diganti dengan bunga mawar segar. Meletakkannya di meja makan, di tempat dimana Papi tengah asyik dengan iPadnya, menonton sebuah webinar disana. "Pi, geser dikit."

Papi menggeser tubuhnya sedikit, berpindah ke kursi di sebelahnya dan tidak memedulikan vas bunga mawar tersebut. Namun, "Sudah makan, kan, dek?" tanyanya.

"Udah. Ini mau balik tidur lagi."

Lalu, "Tidur lagi? Kamu gak capek memangnya tidur terus?" tanya Papi, terlihat shock sekali. Krista merasa heran dengan keterkejutan Papinya. Ini adalah akhir pekan, ya kalau tidak kemana-mana biasanya orang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tidur, kan?

"Enggak. Bukannya tidur bikin kita gak capek, ya? Kan istirahat, Pi."

"Ya tapi, kan, tidur ada batasnya. Kamu dari kemarin sore loh, dek, tidur mulu." Kali ini Mami yang menyahut. Wanita itu masih tenang duduk di dekat taman belakang, menata bunga-bunganya ditemani dengan hujan. "Pantatmu memangnya gak capek dibuat tidur mulu?"

Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang