Sweet Enemy - Lima

197 30 9
                                    

Aku sudah kembali lagi wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sudah kembali lagi wkwk

Tandain kalau ada typo yaa

Happy reading 🧚‍♀️




Rumah yang didominasi warna hitam dan putih, yang segalanya terlihat mewah juga klasik itu seringnya terlihat sepi. Ya memang begitu sih sehari-hari. Hanya ada beberapa pekerja yang berada di rumah jika siang hari begini.

Giani Advaya—Ibu Genta—akan dengan aktif bepergian di pagi sampai menjelang sore hari. Entah itu arisan, mengunjungi florist milik Zize Zuardya—Mami Krista—, pergi ke salon atau entah kemana yang penting tidak di rumah. Namun hari ini, wanita paruh baya itu ada di rumah, di siang bolong begini.

Genta mengerutkan alisnya melihat kehadiran Ibunya yang tengah sibuk di dapur. Dia cukup tahu bahwa Ibunya tidak terlalu suka di dapur. Bukan berarti Ibunya tidak bisa memasak, hanya saja wanita itu akan memasak jika ingin saja. Dan saat ini melihat Ibunya yang tengah berkutat di dapur membuat Genta bergerak mendekat. Mencari tahu apa yang tengah wanita itu lakukan.

"Ibu tumben di rumah? Lagi masak apa?" tanya Genta.

Dirinya baru saja bangun tidur. Minggu ini adalah jadwalnya pulang ke rumah. Jadi, laki-laki itu menghabiskan hari liburnya dengan tidur sepanjang hari di kamar. Bahkan meninggalkan jam sarapannya.

Ibu menoleh. Menatap putra semata wayangnya dengan senyum. "Lagi bikin nastar."

"Hah?" Genta bengong selama beberapa saat. "Ngapain bikin nastar?"

"Pengen aja." jawab Ibu cuek.

Genta bergerak mendekat ke meja makan. Dirinya duduk disana dengan terus memperhatikan Ibu yang bergerak kesana-kemari. Bergerak dari kitchen island ke oven, menunduk untuk memeriksa nastar yang baru saja dia masukkan ke dalam kotak panas itu. Lalu akan Genta lihat Ibu yang kini tersenyum melihat nastarnya yang lain yang sudah matang.

"Mas, coba sini, aaa ..."

Ibu menyodorkan nastarnya, menyuruh Genta untuk membuka mulut. Genta yang tengah makan bolu kukus itu kini dengan terpaksa memakan nastar pemberian Ibu. Membuat mulutnya menjadi penuh.

Belum sempat segala makanan itu tertelan, Ibu sudah menatap Genta dengan dua alis yang terangkat. Matanya terbuka lebar, menanti reaksi Genta. "Enak gak? Enak kan, mas?"

Genta berusaha menelan makanan sampai matanya melotot-melotot. Dia mengangguk untuk menjawab pertanyaan Ibu. Astaga ... tenggorokannya sakit.

"Enak bu, enak."

"Yeay!" Ibu bersorak bahagia, tangannya menepuk punggung Genta berulang kali. Membuat Genta yang masih berusaha mencerna bolu kukus dan nastar di tenggorokannya itu kini mengaduh sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang