Tiga Belas

232 25 0
                                    

"Ada apa dengan Komandan?"

Sebuah tanda tanya besar yang muncul di benak para prajurit yang saat ini mulai kembali sibuk, bergosip.

Setelah dirawat selama hampir sepekan dan dinyatakan berangsur pulih, Albiru mulai kembali melakukan rutinitasnya seperti biasa. Namun seperti ada yang aneh dengan sosok Komandan Pos itu, ia yang akhir-akhir ini sudah menjadi lebih luluh dan hangat, tiba-tiba menjadi seperti sedia kala, lebih penyendiri dan tidak banyak bicara.

Pria itu bahkan kerap dengan sengaja menjauhi para bawahannya yang biasanya asyik berbincang di sela tugas, setidaknya ikut bergabung hanya untuk ikut tertawa pelan, melepaskan sejenak beban.

Beberapa prajurit terlihat heran sekaligus penasaran, melihat Komandan mereka yang sejak tadi hanya melamun. Takut pria itu malah berujung kesurupan karena tempat ini memang berdekatan dengan hutan.

Seolah memang pikiran Albiru tengah berkelana jauh, bukanlah di tempat yang sama dengan raganya berada. Apa mungkin karena efek samping keracunan gas kemarin? Tidak mungkin, bukan?

"Dulu Komandan tidak seperti itu."

Pandangan mereka spontan saja teralihkan pada kehadiran sosok tentara wanita. Merasa bosan, Dera akhirnya ikut bergabung dengan komplotan bergosip mereka, seperti biasa dengan Yogi yang menjadi ketuanya.

"Beliau adalah orang yang mudah bergaul dan hangat, karena itu orang-orang menyukainya dan selalu bisa membaur dengan banyak orang," lanjut Dera.

"Izin, dari mana Sersan Dera tahu?" tanya salah satu prajurit, mewakili yang lainnya.

"Kami dulu satu pernah satu SMA, juga dengan dokter Aiyna," ungkap Dera, mengundang wajah terperangah dari lainnya, baru saja mengetahui fakta itu.

"Jadi memang benar ya, jika dulu mereka pernah terlibat hubungan spesial?!" Kali ini Hanan bahkan semakin mendekat ke arah Dera, merasa amat tertarik dengan wajah penasarannya.

Tentu saja hal itu langsung dihadiahi pelototan tajam dari beberapa tentara senior yang lain, menyuruh si bocah cangkeman itu agar diam.

Hanan spontan saja menutup mulutnya dengan tangan, keceplosan, membuat Dera hanya geleng-geleng kepala.

"Ya, saking spesialnya ga bisa kalau sehari aja mereka ga adu mulut atau cek-cok. Dulu, Komandan dan dokter Aiyna selalu bersaing sengit dalam memperebutkan urutan pertama." Di akhir kata, Dera tersenyum getir setelah mengingat kembali hal itu.

"Ck, berarti hoax tuh Bang Yogi!"

"Huuuu, palsu... palsuu!!"

"Untung saja dari awal diriku memilih tak percaya. Tipu muslihatmu itu benar-benar berbahaya, Yog!" balas Bram dan beberapa yang lainnya dengan geram.

Sedangkan yang dimaksud saat ini hanya duduk di pojokan dengan wajah tanpa dosanya. "Apa... apa?"

Tampaknya pria itu tengah memikirkan sesuatu hal yang lain, hingga jadi tak fokus menyimak gosip mereka sampai selesai.

"Lagi lihat apaan?" Tiba-tiba Dera jadi tertarik pada secarik kertas yang saat ini juga Yogi pegang.

"Rahasia!" balasnya ketus.

"Apaan main rahasia-rahasiaan? Udah pindah jadi divisi intelijen lu?" Kowad itu kemudian mendekat dan merampas kertas itu saat Yogi masih kurang fokus.

"HOIIII!!" Pria itu seketika berteriak, merasa kecolongan. Tangan Dera memang begitu gesit saat tadi mengambilnya.

"Apaan tuh?"

"Jangan bilang surat cinta dari perawat desa sebelah?"

"Hoki betul kau, Yog! Sehari langsung dapat balasannya." Bram dan yang lain ikut mendekat, benar-benar kepo.

Sebiru Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang