Awal

362 25 2
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad Wa'ala ali sayyidina Muhammad

[Note: Jika cerita ini hanya akan melalaikan, lebih baik tinggalkan]

Tandai typo dan ingatkan jika terdapat kesalahan✧

by. Kasyafani14

•••

"98 sama 100." Gadis dengan rambut panjang di kuncir kuda itu geleng-geleng kepala, mencoba memberikan pengertian kepada sahabatnya. "Cuma beda dua angka, Aiy."

Padahal nilai itu juga masih jauh lebih mendingan daripada nilainya yang bahkan hanya seperempatnya saja, 25.

"Lo kan emang kalah dibeberapa mata pelajaran. Tapi secara keseluruhan, lo tetep juara, Aiy! Percaya deh sama gue, sayang. Nilai lo itu udah hampir mendekati kata sempurna," lanjutnya lagi.

Wafda Aiynara Putri Pangestu. Gadis dengan jilbab menutupi dada itu menghela nafas. Bukannya tak ingin bersyukur, namun tetap saja ada perasaan yang mengganjal dihatinya. Lebih dari itu benar-benar menjengkelkan.

Kini Aiyna lihat, sosok pemuda yang duduk di kursi, yang sedikit berjauhan dengannya malah tertawa tengil seolah tengah meledek ke arahnya.

Apa pemuda itu benar-benar jenius???

Bagaimana bisa sosok siswa yang selalu terlihat pemalas dan sering tertidur di kelas itu mampu menyainginya hampir di semua mata pelajaran?

Bagaimana mungkin ia bisa terlihat begitu santai, seolah tanpa beban sedikitpun saat mengerjakan soal ujian, disaat semua siswa lain berusaha mati-matian bahkan sampai mimisan karena belajar semalaman?

Benar-benar tidak dapat dipercaya!

Dia bahkan dapat memecahkan rumus matematika yang rumit tak sampai dalam hitungan satu menit.

Satu kata, mengerikan.

Aiyna kini menggigit ujung kukunya. Bibir gadis itu bergetar, meremas kertas hasil penilaian ujian itu, sebelum menunduk.

Dera Almeyra—nama gadis berambut kuncir kuda itu, segera memeluk sang sahabat, saat isak tangisnya mulai terdengar. Mengusap punggung Aiyna pelan, membiarkannya hingga tenang.

Ini kali pertamanya Aiyna merasa kalah.

Gadis yang dikenal dengan pemilik nilai hampir sempurna itu kini dipatahkan setelah kehadiran sosok siswa baru di sekolahnya.

Albiru Fatah Hasanain.

Dia brilian.

Dia lebih pantas dikatakan sempurna.

Semua orang menyukainya.

Dia mudah bergaul.

Murah senyum.

Santai dan tidak kaku seperti Aiyna.

Semua mata kini bahkan tertuju padanya, dengan jawaban dan ide cerdas di kepala membuatnya menjadi siswa terpintar yang paling aktif menyuarakan suara, bahkan kemungkinan besar akan dicalonkan menjadi ketua OSIS sekolah.

"Aku tuh ga iri, Der. Aku cuma..."—Suara Aiyna mulai terdengar parau—"Hiks... aku cuma kesal sama diri aku sendiri. Kenapa bisa ada orang yang terlihat begitu santai dan menghadapi semuanya dengan tenang, di saat aku sendiri udah overthinking semalaman, bahkan ga bisa tidur buat mempersiapkan semua materi ujian," curcolnya lirih.

Sebiru Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang