Bab 8

89 16 0
                                    

"Tuan putri, saya pulang."

Lagi-lagi Jihyo sudah menunggunya di dalam kamarnya. Ia segera menghampiri Jihyo dengan mata penuh selidik.

Jihyo jelas terkejut karena Taehyung tiba-tiba mendekatkan tubuhnya dan dengan terang-terangan memandangi seluruh bagian wajahnya.

"A-ada apa?" gugup Jihyo.

Apa gaun tidurnya kali ini juga terlalu terbuka sehingga Taehyung akan marah?

"Tidak apa, Nona Jihyo." Taehyung menjauhkan tubuhnya dan mulai melepaskan dasinya.

"Apa kau baik-baik saja selama saya pergi?" tanya Taehyung yang mulai berjalan ke kamar mandi.

Dengan pelan Jihyo menganggukkan kepalanya.

"Pasti sangat baik sampai kamu meninggalkan mansion tanpa berpamitan dengan siapapun," ucap Taehyung yang berhasil membuat Jihyo membeku.

Apakah Taehyung tahu?

Taehyung menoleh untuk melihat ekspresi Jihyo.

"Saya lihat wajahmu baik-baik saja, syukurlah tidak terjadi apa-apa. Tuan putri, kita selesaikan permasalahan ini setelah saya mandi, ya."

Tatapan tajam itu yang terakhir Taehyung berikan sebelum masuk ke kamar mandi. Jihyo terdiam dan menggigit bibir bawahnya.

Tuhan, tampaknya Taehyung sangat tidak bersahabat hari ini. Alhasil Jihyo memilih duduk di kasur sambil terus menerka-nerka kira-kira apa yang akan ditanyakan oleh Taehyung.

Tapi sebenarnya ini sudah konsekuensinya, harusnya Jihyo juga sudah memikirkan ini sebelum Ia pergi sendiri dari mansion milik keluarga Kim ini.

Sekitar lima belas menit, Taehyung kembali dengan masih memakai baju handuknya.

"Jadi? Apa yang terjadi, tuan putri? Ke mana kamu pergi?" tanya Taehyung sambil ikut duduk di atas kasur, membelakangi Jihyo karena sibuk mengeringkan rambutnya.

Jihyo meneguk salivanya susah payah.

"Tuan putri?" panggil Taehyung lagi, sudah hampir dua menit tapi belum ada jawaban dari Jihyo.

"Maaf," ucap Jihyo pada akhirnya.

"Saya tidak butuh ucapan maaf. Ke mana kamu pergi? Apa kamu mulai mau memberontak? Atau memang ingin kabur dari sini?" tanya Taehyung serius.

Nada bicaranya begitu dingin, sampai-sampai rasanya musim dingin datang lebih cepat di mansion keluarga Kim ini.

"Tidak, Tuan. Saya benar-benar menyesal. Hari itu, saya ingin melihat-lihat ibukota karena sudah lama tidak ke sana. Saya ingin tahu, tempat seperti apa itu." Jihyo berbicara dengan jujur sambil menunduk.

Taehyung kini menatapnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Begitukah, tuan putri?" tanya Taehyung.

Jihyo mengangguk dengan cepat tanpa berani menatap manik mata suaminya itu.

"Kebetulan besok kita akan ke ibukota bersama. Saya tidak peduli kamu pergi ke mana pun itu, asal kamu membawa Anna. Besok, kamu bisa pergi bersama saya karena akan ada acara besar penutupan tahun di keluarga saya. Kamu ingat, 'kan?" tanya Taehyung.

Jihyo membelalakkan matanya. Apa? Jadi Taehyung tidak marah?

"Aku tidak ingin memberontak, aku juga tidak akan kabur dari sini," jelas Jihyo.

"Baguslah, tuan putri. Tetaplah jadi tuan putri yang manis seperti biasa, atau saya akan kembali memarahimu. Belakangan, saya terus mencoba memahamimu. Jangan sampai lupa kata-kata ini."

Uhk, rasanya ucapan Taehyung benar-benar memberikan peringatan besar untuk Jihyo agar tidak melakukan hal apapun yang dapat merusak kerukunan mereka.

Lagi-lagi Jihyo mengangguk.

"Nona Jihyo, kamu bertemu Jennie?" tanya Taehyung lagi. Jihyo segera menatap Taehyung dengan cepat seraya menganggukkan kepalanya.

"Jangan dekat-dekat dengan dia atau kamu akan memiliki masalah besar," tutur Taehyung.

Meski pada kenyataannya Taehyung khawatir dengan Jihyo, tapi pada sudut pandang Jihyo, Taehyung membencinya kalau dia dekat-dekat dan mengganggu Jennie.

"Aku tidak akan melakukan apa-apa dengan Nona Jennie," kata Jihyo sungguh-sungguh.

"Baiklah, tuan putri. Tidurlah, aku akan sedikit bekerja dan kembali saat larut." Taehyung berjalan kembali meninggalkan ranjang.

Jihyo menghela nafasnya dan mulai merebahkan tubuhnya.

Sekitar pukul satu dini hari, Taehyung baru kembali ke kamarnya. Jihyo benar-benar sudah tertidur pulas.

"Apa maksudmu! Ke mana dia pergi?"

Bukannya mendapat jawaban, Helen, salah satu pelayan yang dianggap Soobin dapat mengatakan semua hal dengan jujur terisak dengan kuat membuat Taehyung semakin geram.

"CEPAT BICARA!" teriak Taehyung.

"Nyonya menghilang sejak pagi dan untungnya baru saja kembali."

Huh.

Syukurlah.

Taehyung lega mendengarnya.

"Baik, sudah cukup."

Tut.

"Wah, tuan putri ini menyebabkan masalah besar hingga ke seluruh wilayah ini."

Semua kebingungan dengan keberadaan Jihyo bahkan sampai hari ini, besok Ia harus pergi ke ibukota bersama Jihyo untuk meredam semua rumor yang beredar.

Ya, dalam dua hari banyak sekali rumor yang mengatakan Jihyo tidak bahagia dengan pernikahan kemudian kaburlah, Jihyo dan Taehyung saling membenci, Jihyo memiliki selingkuhan di luar wilayah hingga terlihat naik kereta sendiri.

Rasanya sejak menikah, rumor tentang hubungan mereka selalu mencuat. Apa memang sangat terlihat kalau ini pernikahan yang aneh, ya?

Padahal Taehyung selalu berusaha membuat semuanya tampak sempurna, membelikan semua kebutuhan tuan putri, memasukkannya di dalam kelompok sosialita. Memang satu yang kurang, mereka jarang terlihat bersama.

"Tuan putri yang cantik, kamu benar-benar merepotkan hidupku." Taehyung menyugar rambutnya kemudian bersiap untuk tidur.

Sebelum Taehyung bertemu dengan Jihyo, hidupnya sangat lurus dan teratur. Semuanya sesuai kehendaknya karena kedua orang tuanya selalu mendukung apa yang diminatinya.

Sampai Ibunya meninggal karena kecelakaan mobil saat badai salju.

Sejak itu semuanya berubah, ayahnya mulai membelokkan semua putranya ke bidang yang digelutinya, semuanya untuk meneruskan perusahaan. Padahal sebelumnya ayahnya tak pernah mempermasalahkan apapun.

Taehyung menyukai seni, Ia sangat pandai melukis dan mempunyai mimpi berkelana ke sana ke mari dengan melukis berbagai hal.

Tapi semua itu sirna karena badai salju, ibunya meninggal dan ayahnya seketika berubah menjadi keras kepala.

Jiwanya yang bebas mulai terkekang di dalam peraturan dan permainan ayahnya.

Tidak lengkap sampai situ, tuan putri di sampingnya yang tengah tertidur nyenyak ini juga tiba-tiba datang bak mimpi buruk.

Taehyung sangat membenci pekerjaan kantor, tapi Ia dipaksa terjun dalam waktu satu tahun saja belajar teori untuk mengurusi permasalahan keluarga Park. Ditambah mengurus tuan putri yang moodnya sangat mudah berubah.

Tapi kalau dipikir-pikir, Ia sangat menyesali perbuatannya dulu pada tuan putri ini.

-TBC-

Our Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang