Bab 17

73 16 2
                                    

Sesekali Jihyo menoleh pada Jungkook yang tengah mengobrol bersama rekan-rekannya. Laki-laki itu tampak sangat santai seolah tidak sedang merencanakan apa-apa. Hebat sekali dia bisa setenang itu, padahal jantung Jihyo sudah ingin meloncat keluar.

Dipikir-pikir, lingkungan seperti apa tempat Jungkook tinggal? Kenapa dia bisa bersama dengan orang-orang aneh ini.

Selama ini Jihyo hanya tinggal duduk manis menikmati harta kedua orang tuanya, kemudian harta Taehyung. Ia tidak tahu, di luar sana banyak orang melakukan hal-hal seperti ini berhubungan dengan pekerjaan.

Mungkin juga sudah banyak perempuan yang diculik dan dijual di tempat seperti ini oleh para bajingan-bajingan di luar sana.

Dunia macam apa yang mereka tinggali sebenarnya?

Kenapa kejahatan seperti ini bisa terjadi?

Dari dulu, Jihyo jarang mengamati kehidupan orang-orang karena sangat jarang mempunyai kesempatan untuk ke luar mansion dan memperhatikan sekitar. Hidupnya sangat indah, sampai tak membayangkan ada kehidupan seperti ini di luar.

Saat sekolahpun, lingkungannya penuh dengan orang-orang beruntung seperti dirinya.

Ah, pantas saja Jihyo selalu dipanggil tuan putri oleh semua orang. Ia banyak tidak tahu hal-hal semacam ini.

Satu jam kemudian hampir semuanya tepar dikarenakan minum terlalu banyak. Jungkook sudah berada di belakangnya dan melihat pada tuan tanah di sampingnya sudah ambruk.

Rupanya sejak tadi, Jungkook terus memberi minum laki-laki itu.

"Nona manis, aku izin menyentuh tanganmu. Aku takut akan ditampar lagi oleh pria itu."

Sret!

Jihyo ditarik ke belakang, mendekati jendela yang terbuka lebar.

"Apa? Apa kamu gila?" tanya Jihyo.

Ini di lantai dua, tidak mungkin mereka akan lompat bukan?

"Astaga, cepatlah nona manis. Tidak ada pilihan lain selain ini. Pegang tanganku, aku akan menggendongmu saat melompat nanti."

Mereka akhirnya berada di balkon lantai dua, kemudian ... seperkian detik Jungkook menggendongnya dan dengan santai mengambil ancang-ancang untuk melompat.

Syung!

Wah, luar biasa! Entah bagaimana mereka bisa mendarat dengan mulus.

Jungkook melihat keadaan di sekitar kemudian mencopot sepatunya dan melepaskan heels milik Jihyo.

"Pakai ini, kita harus pergi secepatnya. Setelah ini kita akan terus lari sampai menemukan tempat yang aman. Aku takut mereka menyadari kepergianmu."

Jihyo mengangguk mengerti. Sepatunya sangat besar, Jihyo yakin ini akan menyusahkan, tapi tidak mungkin tanpa alas kaki.

"Lalu kakimu bagaimana?" tanya Jihyo.

"Tidak apa, aku pekerja kasar. Hal seperti ini sudah biasa. Ayo!"

Setelah Jihyo siap, mereka benar-benar berlari secepat mungkin. Syukurlah meski pemalas Jihyo masih rutin setidaknya olahraga seminggu sekali, sehingga nafasnya masih cukup baik pada saat ini.

"Bilang padaku kalau lelah, kita bisa istirahat sebentar."

Jihyo tidak menyangka, tempat itu berada di dalam hutan dan Ia sama sekali tidak menyangka akan berlarian di hutan pada tengah malam seperti ini.

Matanya melirik pada kaki Jungkook yang sudah pasti terkena ranting-ranting pohon, membayangkannya saja sudah cukup membuat Jihyo merasa bersalah. Ia berjanji, setelah Ia selamat nanti paling tidak Jungkook akan dipekerjakan di mansionnya atau bahkan punya posisi di perusahaan keluarganya.

Sudah cukup lama mereka berlari, tapi Jihyo melawan rasa letihnya karena tidak menemukan tempat bersembunyi. Kalau Ia bilang letih, pasti Jungkook akan kesusahan. Sampai Ia melihat sebuah gubuk yang sudah hampir roboh.

Tidak apa, Jihyo sudah tidak sanggup lagi berlari.

"Ehm, bisakah ... huh ... istirahat?" tanya Jihyo.

Jungkook mengangguk dan menarik Jihyo ke gubuk itu.

Di dalamnya tidak buruk. Semakin malam juga cuacanya makin dingin dan berembun. Melihat pakaian Jihyo yang pendek bahkan Jungkook sudah dapat membayangkan sedingin apa yang dirasakan perempuan itu.

Mereka berdua duduk bersebelahan dan hanya diam, sama-sama sibuk menghirup udara sebanyak-banyaknya karena letih.

Jungkook melepas jubah yang dipakainya dan memberikannya pada Jihyo.

"Pakai saja, kamu pasti sangat kedinginan dengan pakaian itu."

"Terima kasih banyak telah menyelamatkanku, Jungkook. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini. Kamu sudah dua kali menyelematkanku." Jihyo tertunduk malu, rasanya Ia selalu merepotkan Jungkook, padahal kebaikan yang kemarin pun belum sempat Jihyo balas dan malah laki-laki ini dihantam oleh Taehyung beberapa hari lalu.

"Aku tidak menyelamatkanmu, aku benci melihat laki-laki yang menyiksa wanita," jujur Jungkook.

Meski bukan Jihyo sekalipun, Jungkook akan tetap menyelamatkan. Dia trauma dengan kejadian hilangnya adik kecilnya.

Karena dia orang tidak punya, adiknya diambil begitu saja oleh penagih hutang. Sampai sekarang Jungkook masih mencari adik satu-satunya itu.

Kejadiannya sudah lama sekali, tapi masih menyakitkan untuk Jungkook.

"Meski begitu, tetap saja terima kasih." Jihyo tersenyum, rasanya gubuk ini tiba-tiba disinari oleh pancaran terang dari senyum cerah Jihyo, Jungkook mengalihkan pandangannya.

"Tidurlah jika bisa, nona manis. Besok kita harus segera berjalan lagi menuju ibukota. Aku akan mengantarmu ke mansionmu kalau perlu."

Mata Jihyo berbinar-binar, "Benarkah? Kamu sangat baik."

•••

Taehyung sudah hampir gila begitu mengetahui dari orang di butik itu bahwa gaun itu didapat dari seorang laki-laki yang tampak seperti berandalan.

Hah, apa yang mereka lakukan pada tuan putri itu?

"Tuan, semuanya sudah kelelahan, kita akan melanjutkan pencarian ini pada pagi-"

Taehyung mencengkram kerah kemeja Soobin.

"Apa maksudmu? Pasti tuan putri sedang kedinginan sekarang ini, CEPAT CARI TUAN PUTRI SEKARANG!"

Sungguh, Soobin sangat terkejut.

Meski amarah Taehyung yang suka meledak-ledak, tapi Taehyung tidak pernah melakukan hal seperti ini.

"B-baik, Tuan!" seru semuanya.

"Tuan putri, mohon tunggu sebentar lagi. Pasti aku akan menemukanmu," gumam Taehyung.

-TBC-

Our Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang