"Semoga di tahun ini semuanya lancar untuk kita dan semuanya semakin sukses," ucap Soo-hyun.
Crak!
Semuanya bersulang dan meminum anggur yang disiapkan dengan baik oleh Soo-hyun.
Ptar! Ptar!
Suara kembang api begitu meriah, rupanya para pelayan sudah menyalakannya.
"Tahun kemarin benar-benar menyenangkan, kita berhasil mengakuisisi beberapa perusahaan kecil dan bekerja sama dengan negri lain. Taehyung, aku dengar keuangan kalian juga sudah membaik." So-hyun menatap putra keduanya itu dengan bangga.
"Ya, semuanya hampir membaik. Sebentar lagi sepertinya akan tuntas," balas Taehyung, kembali meneguk winenya.
Jihyo tahu apa maksudnya. Lagi-lagi rasa tidak enak selalu menyerang dirinya saat membahas hal semacam ini.
"Maafkan aku," bisik Jihyo pada Taehyung.
Laki-laki itu hanya menggenggam tangannya dan menatap matanya.
"Aku akan ke kamar mandi sebentar," ucap Taehyung pada Jihyo kemudian bangkit dari duduknya.
Mereka berada di balkon lantai tiga sekarang ini. Udaranya sangat dingin sekarang, tapi bagaimanapun Jihyo tidak bisa mengeluh, ini sudah seperti tradisi tahunan yang turun menurun di keluarga Taehyung.
Prang!
"Ya ampun, apa kamu baik-baik saja?" Soo-hyun tampak terkejut.
Jihyo yang sedang memakan camilannya juga menoleh ke arah Jin dan Jennie yang sengaja memisahkan diri ke pojok balkon.
"Tidak apa-apa, Tuan. Saya akan ke kamar saya untuk mengganti gaunnya." Jennie melenggang pergi sementara Jin tampak tidak tertarik dan menatap ke arah kembang api yang masih terus meledak dengan indah di atas sana.
Sebenarnya jika melihat dari gerak-gerik mereka berdua, hubungan mereka juga tampak sama canggungnya dengan hubungannya dengan Taehyung.
Grep!
"Apa yang kamu lakukan!" geram Taehyung. Ia mencoba melepaskan Jennie yang memeluknya.
"Tae, aku menyesal. Maafkan aku," ucap Jennie sungguh-sungguh.
Taehyung mendorong Jennie.
"Dasar gila!"
"Aku akan bersujud di kakimu agar kamu memaafkan aku. Aku juga akan-"
"Hentikan omong kosongmu," desis Taehyung, Ia melihat kemejanya yang kini jadi kotor karena wine.
Wanita ini benar-benar!
"Aku janji tidak akan mengulangi kesalahanku lagi, Tae. Ayo kita kembali seperti dulu." Jennie mencoba menggenggam tangan Taehyung dan menatapnya dengan tulus.
Sementara itu Taehyung terkekeh.
"Wanita gila macam apa yang meminta mantan kekasihnya kembali meski tahu mantannya sudah menikah."
"IYA! AKU GILA! AKU GILA KARENA RASANYA AKU BERSALAH SETENGAH MATI! AKU MASIH MENCINTAIMU, TAE."
Jennie menangis di hadapannya, tapi Ia sama sekali tidak peduli.
Plak!
"Berani-beraninya orang sepertimu membicarakan soal cinta," sindir Taehyung.
"Tae, aku mohon!" Jennie kini berlutut dihadapannya, memohon dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
"Hentikan semuanya. Kamu hanya akan merendahkan dirimu sendiri. Aku juga tetap tidak akan memaafkanmu bahkan sampai kamu mati."
Taehyung terbelalak karena Jennie memeluk kakinya.
"Aku tidak akan melepaskannya sampai kamu memaafkanku." Jennie berbicara dengan suara parau.
Tapi yang lebih mengejutkan, wanita itu tiba-tiba saja bergerak untuk membuka resleting celananya.
Bruk!
Sebelum Jennie menyentuhnya, Taehyung sudah lebih dulu menendang wanita itu. Sungguh, Taehyung tidak ingin berbuat kasar pada wanita. Tapi Jennie terus melewati batas.
"Kamu masih belum berubah meski sudah bertahun-tahun. Rupanya kamu masih seperti ular yang akan mendesis dan menggoda seorang lelaki dengan cara seperti itu. Menjijikan," cibir Taehyung.
"Enyahlah dari hadapanku, kalau bisa enyahlah dari dunia ini sekarang juga. Kamu hanya beruntung saat aku menerimamu dulu, saat ini aku tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama."
Sementara itu sejak tadi Jihyo juga tersudut dengan Jin.
"Apa kamu dan Taehyung juga belum ada niatan untuk memiliki anak?" tanya Jin.
Jihyo tersenyum dan mengangguk, "Tampaknya Taehyung tidak menginginkan itu sampai sekarang. Aku menghargai pilihannya."
"Hah, bocah gila itu. Jika aku jadi dia, aku akan melompat ke arahmu setiap malam." Jin mengambil segenggam rambutnya kemudian menciumnya.
Jihyo jelas terkejut karena itu. Ia merasa tidak nyaman.
"Ehm, di sini sudah sangat dingin. Aku akan beristirahat saja, Tuan-"
"Panggil aku dengan santai, seperti Kakak atau semacamnya," potong Jin.
"Baik, Kak."
Jihyo ingin pergi, tapi tangan Jin menahannya dengan erat.
"Ayo tidur bersamaku," ucap Jin dengan serius.
Apa dia gila?
"Sepertinya Anda terlalu mabuk, Tuan. Saya permisi-"
"Aku tertarik padamu, Jihyo. Sejak awal aku mengenalmu, setelah kamu menikah dengan adik sialanku, aku benar-benar menyesal."
Pengakuan macam apa ini?
Di balkon ini hanya tersisa mereka berdua. Jin membalikkan tubuh Jihyo dan menyudutkannya pada pagar pembatas.
Laki-laki itu terus memajukan wajahnya.
Plak!
"Anda keterlaluan! Ini sudah melewati batas, Anda tidak boleh memperlakukan saya seperti itu!" teriak Jihyo menahan tangisnya.
Jihyo berlari, namun dengan cepat Jin menarik rambutnya.
"Kamu benar-benar merepotkan, ya. Anggap saja ini harga yang harus kamu bayar atas kerja keras adikku membayar hutang keluargamu. Kemarilah," ucap Jin, Ia berhasil memojokkan Jihyo lagi.
Bibir itu, sudah sangat dekat. Jihyo memukul dada laki-laki itu agar menjauh.
Bugh! Bugh! Bugh!
"Kedua orang ini sudah gila rupanya," geram Taehyung. Matanya beralih melihat jepitan yang dipakai oleh Jihyo sudah pecah diatas marmer.
Bugh!
Bugh!
"Kakak sialan, apa kamu tidak tahu berapa harganya jepitan cantik itu dan seberapa jauh tempat saya membelinya?"
Taehyung ingin kembali menghantam Jin, namun Jihyo sudah terduduk di lantai karena terkejut.
"Lihat saja nanti, apa yang akan aku lakukan untuk membalas hari ini. Tuan putriku sudah kedinginan sekarang."
Taehyung melangkahi Jin dan mengangkat tubuh Jihyo, membawanya pergi dari sana tanpa bicara apapun lagi.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage [END]
FanfictionJihyo menikah dan tinggal seatap dengan Taehyung meski tanpa cinta. Pernikahan mereka seperti omong kosong. Taehyung jarang pulang ke mansion dikarenakan pekerjaannya, Jihyo hanya bisa selalu menunggu dan kesepian berada di mansion. Laki-laki itu ta...