Bab 15

70 16 0
                                    

"Apa yang penting? Kenapa kamu sampai terlihat pucat seperti ini?" tanya Taehyung merasa ada yang tidak beres.

Soobin tiba-tiba berlutut di hadapan Taehyung.

"Nyonya Jihyo menghilang, maafkan saya Tuan!"

Apa?

"Jelaskan secara rinci, Soobin! Berhenti menangis dan katakan secara detail. Apa maksudmu dia menghilang?"

"Tadi mobil Nyonya Jihyo dihadang oleh para berandal di jalan, seluruh bodyguard sudah berhasil menanganinya. Tapi, Nyonya Jihyo dan pelayan pribadinya kabur entah ke mana dan tidak bisa ditemukan oleh semua bodyguard. Mungkin Nyonya Jihyo kabur saat para berandal itu disingkirkan. Pelayan pribadi Nyonya ditemukan tidak jauh dari mobil, dia pingsan karena dipukul dari belakang dan sekarang sedang di rumah sakit. Akan tetapi, yang lebih gawat adalah Nyonya Jihyo menghilang tanpa jejak."

Taehyung mengusap wajahnya kasar.

Oh Tuhan, di mana gadis itu.

"Batalkan semua pekerjaanku hari ini. Kita ke sana. Laporkan kepada polisi sekarang juga, cari tuan putri di semua tempat dan rumah di sekitar sana."

Soobin mengangguk dan langsung berlari ke ruang rapat.

"Tuan-tuan, mohon maaf atas ketidaksopanan saya masuk ke ruang rapat dan menyebabkan keributan. Tuan Taehyung juga meminta maaf sebesar-besarnya, tapi rapat hari ini harus ditunda. Akan saya hubungi lagi jadwal rapat penggantinya. Sebagai permintaan maaf, kami akan mengirimkan sedikit uang permintaan maaf karena mengambil waktu tuan-tuan yang sangat berharga."

Pencarian dilakukan selama tiga hari berturut-turut, di tengah dinginnya udara musim dingin, semuanya bekerja keras mencari Jihyo.

Anna menangis seharian penuh setelah sadar di rumah sakit. Tapi kesaksian yang diberikan Anna sama sekali tidak membantu. Ia tidak mengingat apa-apa setelah jatuh pingsan.

Taehyung masih diam hingga saat ini, Ia merahasiakan kehilangan Jihyo dari keluarganya dan keluarga Jihyo. Jika sampai kabar ini tersebar, situasinya akan lebih sulit.

Harusnya hari itu mereka pulang bersama. Setidaknya gadis itu ada di sisinya meski harus dicegat oleh para berandalan.

Tuan putri itu ditempatkan di tempat macam apa, tidak, apakah gadis itu masih hidup? Selama ini dia selalu hidup dengan nyaman di mansion bagai istana.

Hari ini Taehyung datang ke kantor polisi tempat menahan para berandalan yang menghentikan perjalanan waktu itu.

"Di mana dia sekarang?" tanya Taehyung entah untuk ke berapa kalinya.

Hening.

Dari sepuluh orang komplotan itu, semuanya tidak ada yang berbicara.

"DI MANA DIA SEKARANG?"

Pria paruh baya yang sejak tadi meringkuk di pojok ruangan tertawa. "Hah, tuan muda ini. Sudah kami bilang, kami tidak berhasil menculik perempuan itu. Dia hilang mungkin terperosok ke jurang karena kabur."

Brak!

Taehyung menendang sel tempat mereka ditahan. "Kalau sampai pada akhirnya ternyata kalian terlibat, saya pastikan kalian semua akan dihukum mati. Tidak, meski kalian tidak terlibat, saya akan tetap memberatkan kalian dengan hukuman penjara seumur hidup."

"Lajukan mobilnya ke wilayah hutan," intruksi Taehyung.

Kemungkinannya memang dua. Jihyo terperosok ke jurang karena kabur atau dia memang diculik oleh seseorang.

Meski begitu, Taehyung sangat berharap kemungkinan pertama tidak pernah ada. Tuan putri tidak mungkin mati konyol seperti itu.

Soobin sudah tidak berpikir, tiga hari ini Ia sama sekali tidak tidur dengan benar. Pikirannya benar-benar kusut sehingga bingung harus mencari nyonyanya ke mana.

"Tuan, bagaimana ... bagaimana kalau ternyata nyonya sudah meninggal? Kita semua tahu selama ini Nyonya hidup sangat nyaman. Sekarang sangat dingin, Nyonya hanya memakai gaun tipis, dan entah dia makan atau tidak di luar sana."

Taehyung hanya diam saja.

Tidak mungkin Jihyo meninggal begitu saja. Hari itu bahkan Jihyo berjanji tidak akan pernah meninggalkannya.

Dia tidak mungkin meninggalkannya dengan cara seperti ini, tuan putri juga harus pergi dengan cara yang elegan, 'kan? Tidak mungkin karena kelaparan ataupun kedinginan.

"Tuan, bagaimana ini," keluh Soobin.

"Diamlah, kamu membuat kepalaku semakin pusing," ucap Taehyung kesal.

"Makanlah!"

Pria paruh baya itu meletakkan makanan di depannya. Di piring itu ada satu lembar roti lengkap dengan lelehan coklat yang sangat sedikit.

Mereka pasti menghemat.

Sudah tiga hari kakinya diikat ke sebuah pondasi dan ikatan tangannya hanya dibuka saat waktu makan seperti ini. Kakinya diikat agar setidaknya dia bisa berjalan-jalan di gudang berdebu dan sangat dingin ini dan bisa pergi ke toilet sendiri.

"Hei, tuan putri! Apa kamu bisa mendengar suaraku? Makan cepat!"

Jihyo berdecih, berani-beraninya mereka memanggilnya tuan putri.

"Aku tidak suka coklat," ucap Jihyo.

Plak!

"Sudah dikasih hati, minta jantung, ya?"

"Aku tahu hasil kalian menjual gaunku sangat mahal, sampai-sampai setiap malam aku bisa mendengar suara kalian tertawa dan mabuk dari bawah sini."

Jihyo memegang pipinya perih, ini sudah bukan pertama kalinya, awalnya Ia menangis, tapi lama-lama tamparan itu semakin membuatnya muak berada di sini.

"Makanlah, tuan putri. Kau pikir ini di istanamu? Panggilkan pelayan, tuan putri ini mau makan!" seru pria paruh baya itu yang langsung diikuti suara tertawa para antek-anteknya.

"Malam ini kamu akan lebih menguntungkan kami, tuan putri. Jadi makanlah kalau kau tidak ingin pingsan saat melayani para pria itu."

Apa?

Tidak, tidak mau!

"Aku tidak akan mau."

"Aish ... rasanya aku ingin menampar pipinya yang mulus itu lagi. Tapi wajahnya pasti akan memar nanti, aku tidak ingin mengecewakan tuan tanah itu yang telah menyewa dia dengan mahal."

"Biarkan saja, Tuan. Lagipula tuan putri ini pasti akan makan saat dia lapar." Laki-laki itu kembali mengikat tangannya, "Berteriaklah kalau sudah ingin makan."

Setelah itu ruangannya kembali hening.

Jihyo menggigit bibir bawahnya menahan air matanya yang ingin jatuh.

Siapapun, tolong selamatkan dirinya sekarang juga. Jihyo tidak ingin menjadi perempuan penghibur para pria yang haus perempuan itu.

-TBC-

Our Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang