Ellea Safa Bahriーmemakai kacamata, rambut sedada digerai, pendiam, canggung, tipe yang malu bertanya saat pelajaran, tak pandai bergaul, individualis tinggi, mudah panik, sedikit teman, dan overthinker sejati.
Penampilan cewek yang mempunyai nickname Lea ini bisa dibilang termasuk golongan nerd. Apalagi ditambah sikap pendiam dan susah bergaulnya, membuat Lea masuk dalam jajaran biasa dan tak menonjol.
Tidak seperti cerita di novel maupun film, Lea bukan sosok siswa yang dibully. Ia masih memiliki teman untuk berkelompok, bergosip, atau sekedar mendapat info. Meskipun dalam lingkaran pertemanannya ia lebih banyak diam.
Lea adalah siswa rata-rata, tidak berprestasi juga tidak bodoh. Ia pasif di kelas tetapi selalu mengumpulkan tugas sebelum deadline. Tidak ambisius, minim mengeluarkan pendapat, dan jarang dikenali oleh guru membuat posisinya di kelas kasat mata. Absen sekalipun mungkin hanya teman satu gengnya yang tahu. Geng yang terbentuk karena posisi duduk itu juga terkadang membuat Lea merasa excluded.
Mempunyai sikap penyendiri adalah penyelamatnya. Meskipun berakhir kepikiran, meskipun tatapan kasihan itu ia dapatkan, ia tak masalah pergi kemanapun seorang diri. Ia lebih kasihan pada orang yang kemana-mana tidak bisa sendiri. Walau berkata seperti itu pun, nyatanya Lea masih tidak terbiasa saat orang-orang menanyakan perihal kesendiriannya.
"Pusing" lirihan seseorang dari samping menyentakkan Lea dari lamunannya.
Ia menoleh dan mendapati seorang gadis sedang merem-melek sambil sesekali meringis. Lea ingin menanyakan kondisinya tapi ia canggung karena tak tahu siapa cewek berkepang dua di sampingnya ini. Ia hanya menatap sebentar dan kembali melanjutkan lamunannya.
"Gue bawa rokok"
Lea mengernyit. Ia melirik dua cowok di depannya yang saling mendekatkan diri. Salah seorang dari mereka berbisik pelan namun itu dapat didengar jelas oleh Lea. Takut salah dengar, ia reflek mencondongkan tubuhnya.
"... Kasian kan adek gue, susah-susah nyiapin ini itu masa' ga dipake kakaknya?"
Lea menoleh ke salah satu diantara kedua cowok itu yang tengah mengusap wajahnya. Dari posisinya ini ia bisa melihat side profile cowok itu.
"Mau ga lo?" Lea kembali menatap sosok didepannya yang kembali bersuara dengan nada sedikit kesal. Tubuhnya lebih tinggi dari temannya. Ia tak bisa melihat dengan jelas wajah cowok didepannya ini karena terhalau cahaya matahari.
Lea menunduk, tak kuat dengan panas matahari yang terus menusuk kepalanya. Sementara dua cowok didepannya ini sibuk berbicara, ia larut dalam perbincangan mereka. Yang Lea simpulkan, satu dari mereka membawa rokok dan berencana merokok di sekolah.
Goblok banget. Ketauan guru mati lo.
"Heh! Kalian ini sudah melanggar aturan kok malah ribut sendiri. Ayo, yang bener barisnya" Bahu Lea tersentak kaget mendengar suara itu. Ia berjinjit untuk melihat wajah Pak Sugi yang berdiri pas menghadap kedua cowok di depannya.
"Pusing kamu? Mau ke UKS?" Lea sontak menoleh ke sampingnya, wajah cewek itu sudah semakin pucat. Melihat sekitar mereka yang tak peduli, Lea memberanikan diri untuk bertanya kepada cewek disampingnya.
"Emm lo sakit?" Dalam hati Lea merutuki dirinya sendiri yang malah menanyakan pertanyaan retoris.
Ya iyalah bego. Pake tanya lu yak.
Cewek itu tak menjawab. Ia hanya menggeleng dan tersenyum tipis.
"Eh, em tapi muka lo pucet. Ke UKS aja gimana?"
Lea sudah menduga cewek itu akan menolak. Untungnya sebelum Lea kembali memaksa, Pak Sugi sudah lebih dulu menyuruh dirinya untuk mengantar ke UKS. Ditariknya tangan cewek berwajah pucat itu dengan pelan ke belakang barisan. Dengan canggung, ia rangkul bahunya dan berjalan ke arah UKS. Hanya sepuluh langkah sampai Lea merasa dirinya tertarik ke bawah.