02.jalan sore

2 1 0
                                    


"𝙃𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙢𝙗𝙖𝙡𝙞 , 𝙖𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙩𝙚𝙤𝙧𝙞 𝙞𝙩𝙪 𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧 ? "

~runtuh, author x.




"Chand lo tau ga-"

"Ga tau"

"Ish! Belum selesai ngomong"

Gadis itu kembali diam sembari mengaduk-aduk segelas es teh milik nya yang mulai mencair. Pikirannya melayang lepas. Kembali memutar dan bertanya-tanya siapa sosok pemilik loker 670 tadi.

Seketika langsung ia tepis alur pikirannya yang random itu. Buat apa memikirkan seseorang yang tidak ia kenal? Yah, buat apa?. Gadis itu membubarkan lamunannya.

"Ehm, tanya apa? " Tanya Chandra seusai tahap finishing makanannya. Dan melirik gadis itu hanya sekali lihat.

"Engga, habisin dulu tuh nasgornya masih dikit" Ucap Asel menatap sisa-sisa nasi goreng milik Chandra.

"Udah, udah kenyang" Jawab Chandra seadanya.

"Tinggal dikit itu loh! Mubazir! " Timpal Asel sedikit melotot yang hanya di balas jari dia tanda peace oleh Chandra.

Ia sangat gemas dengan sesuatu yang tersisa. Terlebih lagi tentang makanan. Tak rela dibuang begitu saja. Pasalnya membuat sepiring nasi goreng itupun butuh perjuangan. Yang mana perjuangan itu harus dihargai, walaupun itu sekecil biji sawi.

Enak saja dibuang, masak itu butuh minyak woii...

"Makan GAK!! " Ucap Asel bernada penekanan diakhir. Tak luput dengan matanya yang kecil menjadi melotot sebisa mungkin.

"Udah habis say, udah nda muat" Balas Chandra bernada sedikit menggoda.

Kesal, badmood semua menjadi satu. Ia mendengus kesal. Jika sudah terjadi seperti ini, cara handal satu-satunya adalah terpaksa menyuapkan secara langsung dengan kedua tangannya yang malas gerak alias mager.

"Jangan marah lah, entar cantiknya ilang" Goda Chandra dikala ia lihat ekspresi bibir manyun Asel.

Gadis itu tak menjawab. Melainkan sedikit mencibir lirih. Lalu kembali bertopang dagu memandang jalanan raya jakarta.

Dibawah nabastala, sandyakala swastamita kian memuncak. Menampakkan kilau gradiasi yang dilengkapi oleh Chandra yang Kirana. Bangunan-bangunan pencakar langit mulai bersinar layaknya sebuah bintang. Germelap dengan sinarnya.

Chandra, meninggalkan gadis itu seorang. Langkahnya menuju mang ujang yang tengah mencuci piring disamping gerobak.

Mang Ujang tersenyum, disaat Chandra menghampirinya. Bergegas kedua tangannya mengusap di sisi celana pendeknya. Sembari merapikan handuk kecil yang melingkar tenang diatas lehernya.

"Berapaan mang? " Tanya Chandra berbasa-basi.

"Seperti biasa ko" Jawab mang Ujang ber haha-hehe.

"Mang Ujang maunya berapa nih" Seperti biasa Chandra dengan gaya akrabnya.

"Lima belas ko, masak lupa. Padahal koko sering makan disini loh.."

AbstrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang