03.Dairy masa kecil

2 1 0
                                    

"𝙃𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙞𝙩𝙪 𝙗𝙪𝙩𝙪𝙝 𝙥𝙚𝙧𝙟𝙪𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣, 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙣𝙮𝙚𝙧𝙖𝙝. 𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙟𝙖𝙪𝙝 𝙞𝙣𝙞 𝙠𝙤𝙠 𝙢𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙗𝙖𝙡𝙞𝙠"

~Revan



Langit malam yang kelam. Bertabur ribuan bintang yang tak berarah. Hembusan anila yang menenangkan. Mengayunkan beberapa helai anak rambut yang mana sang empu tengah menikmati alam yang tengah tenang.

Kedua matanya terpejam. Deru nafasnya teratur. Disuguhi secangkir coklat panas disisinya.

Gadis itu merenggengkan otot-otot tubuh nya yang mulai kaku. Dan membuka matanya menatap jalanan sepi kawasan perumahan. Selalu sepi. Karena kehidupan yang individual. Tak seperti pedesaan, yang mana kehidupannya saling menguntungkan.

Drt.. Drt..

Suara getar ponsel diatas nakas. Gadis itu tak mendengarnya. Dirinya masih sibuk menikmati nuansa damai alam. Tak ingin diganggu. Pasalnya, seberang tengah menanti jawaban. Yakni Chandra yang tengah gabut menelponnya.

"Andai hidup itu setenang ini, gue bakalan damai selamanya"

"Dunia engga akan berwarna Asel, kalo tanpa masalah didalamnya" Sahut Nivana. Sontak Asel kaget akan kehadiran sang bunda dibelakangnya.

"Eh bunda, lagi apa bund? " Tanya Asel sedikit terkejut.

"Ini bunda mau ngasih diary masa kecilmu dulu bunda nemu pas lagi bersih-bersih gudang tadi" Ucap Nivana sembari melangkah disisi sang putrinya.

"Diary bund? " Tanya Asel berkerut kening.

"Iya, dulu kamu suka sama nulis-nulis didalam sini dan kamu pernah melarang bunda untuk lihat isinya"

"Kamu pernah marah-marah saat bunda engga sengaja lihat saat bukunya dibuka. Lalu kamu datang sambil marah langsung ngambil buku itu dan pergi main"

"Oh ya, kamu masih ingat sama Revan? Dulu kamu sering banget main sama dia" Ucap Nivana panjang lebar sembari bernostalgia masa kecil putri sulungnya.

"Revan bund? " Gadis itu berusaha mengingat masa kecilnya.

"Iya, masak kamu lupa. Dulu kamu sering bilang ke bunda kalo Revan itu baunya harum. Sampek kamu pernah hampir mau makan rambutnya revan" Nirvana tertawa.

"Mau aku makan bund? Kok bisa? " Kaget Asek bukan kepalang. Bisa-bisanya ia lakukan hal yang memalukan untuk diingat.

"Iya, saking gemes nya kamu saat itu diatas sofa dan revan ada dibawah, lalu kamu nyerang dia dari atas"

"Astaga bund... Kok bunda bilang sih! " Ucap Asel disaat ia telah mengingat semua masa kecilnya.

"Tapi bund, bunda kok tau perasaan Asel dulu gak pernah cerita itu"

"Revan yang lapor ke bunda, saat kamu udah tepar habis diajari matematika sama dia" Jelas Nirvana kembali tertawa.

Mengingat masa kecil Asel adalah satu hal yang sangat Nirvana senangi. Kebahagiaan Nirvana hanya didalam hidup sang putri satu-satunya. Jika ditanya tentang suaminya, Nirvana langsung naik pitam. Sungguh kenangan yang terhina menurutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AbstrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang