2. mungil

144 25 18
                                    

happy reading~































"kak Cakara XI IPA 1 itu??"

"iya Yo, Abhi kan alergi orang pinter"

"semua aja lo alergiin anjir"

"lo diem, gue lagi ngomong sama Yohan"

3 siswa itu sedang berada di rooftop sekolah, menikmati suasana yang sedang sejuk hari ini

"kenapa tetep kak Bhi terima?"

"mau gimana, Papi juga gak mau dengerin protes Abhi"

"protes mulu kek rakyat Indonesia"

"ih Bagas!? bisa stop nimbrung gak!?"

"bisi stip nimbring gik"

bugh!

pemuda yang terkena pukulan itu hanya tertawa, pukulan Abhi sama sekali tidak terasa, pemuda satunya pun hanya terkekeh kecil melihat interaksi keduanya yang sudah biasa terjadi

"Yohann kenapa gak Yohan aja sih yang jadi guru privat Abhi,"

pemuda yang dipanggil Yohan itu sekali lagi terkekeh, "guru sini juga kayaknya gak percaya sama Yohan"

"udah terima nasib aja, lo sama Caka cocok kok"

plak!

"Abhi jangan nampar!?"

"ngeselin!"

"lo kalo nampar sakit ya nyet,"

"jangan ngumpat di depan Yohan!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.


sedangkan di salah satu meja kantin, terlihat dua pemuda sedang berbincang

"demen lo sama tu anak Bahasa?"

Cakara yang sedang meminum kopinya itu tersedak, dahinya berkerut halus menatap temannya

"kok lo mikir ke sana?" jawab Caka masih terbatuk kecil

"abisnya, gampang banget lo nerima"

"nilainya beneran hampir merah semua si Abhi, Nath"

pemuda jangkung itu melipat kedua tangannya di atas meja, netranya menatap serius sangat teman

"tapi ya Nath, Abhi bisa nyerep cepet semua materi yang gue jelasin kemaren, bahkan dia bisa ngerjain soal yang pernah gue bilang gue hampir gak bisa nyelesaiin itu"

Nathan-teman Cakara-menghela napas, pemuda yang memiliki bibir unik itu mengaduk es teh miliknya

"klo lo mau tau, pas SMP gue sempet satu kelas sama dia, Abhi emang pinter banget dia selalu ranking 1, kalem manis juga bocahnya, tapi gak tau kenapa pas masuk SMA jdi nakal gitu dan nyembunyiin kepintarannya"

"kayaknya, Abhi nakal bukan tanpa alasan"

hening di antara keduanya menyergap sesaat

"mau teh botol Gas"

kedua pemuda itu seketika teralihkan karena suara yang terdengar familiar sangat dekat dengan mereka, dapat keduanya lihat tiga pemuda sedang berdiri di salah satu warung

Love and HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang