3. gambar

118 19 6
                                    

happy reading
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.













sret

sret

tak!

pemuda manis itu membuang pensilnya yang sudah patah, ia menatap gambar yang baru setengah dibuat

"kenapa gue gambar si sok pinter?"

tangannya dengan cepat meremat kertas berisi gambar arsir wajah seseorang itu, lalu melemparnya ke tempat sampah di bawah meja belajar

namun matanya tidak berpindah, mata jernih itu senantiasa melihat ke arah tempat sampah, tapi seolah sadar ia mengusak rambut halusnya dengan kasar

"ARGHHHH LO KENAPA SIH BHI"

brak

brug

jeder

klik!

"Abhi!? kenapa teriak-teriak? Abhi gak papa kan?"

pemuda manis itu menoleh saat mendengar keributan, kemudian menghela napas melihat siapa gerangan yang kini berada di dalam kamarnya, menatap khawatir

"om Hendra kebiasaan deh, ribut terus"

"Papi Bhi. Papi kira kamu kenapa-napa"

mata yang lebih tua tak sengaja melihat kertas lusuh di atas meja yang lebih muda, gambar hasil tangan itu membuatnya menyerengit heran

"itu Cakara kan? guru privat yang Papi pilih buat Abhi?"

"jangan lihat!"

Hendra langsung mengerti, pemuda manis kesayangannya itu sedang menyukai seseorang, namun Abhi tidak menyadari perasannya sendiri

"Abhi sudah besarr" ucapnya sembari mengusak rambut pemuda di hadapanny

"Papii jangan rusak rambut Abhi!"

"sebelum Papi usak juga udah berantakan, kayak abis disengat listrik aja"

"gosong dong"

🍒🌸🍒🌸


"gambar kak Abhi bagus, kenapa gak ikut eskul seni aja?"

"nggak, Abhi gak mau waktu istirahat Abhi makin berkurang"

pemuda yang memberi tanya itu mengangguk paham, lalu matanya tanpa sengaja melihat sebuah kertas yang menyelip di antara buku sketsa milik temannya

"Yohan boleh liat ini kak?"

Abhi mengangguk tanpa melihat apa yang Yohan tanyakan, ia terlalu fokus menggambar seekor burung yang mendiami jendela di sampingnya

"ini bang Caka, kan?"

yang lebih mungil spontan menoleh ke arah Yohan yang sedang mengamati kertas di genggamannya, dengan cepat pula Abhi mendapatkan kertas itu kembali

"eh maaf kak, Yohan kira kakak ngizinin tadi?"

"errr Abhi yang harusnya minta maaf, tadi terlalu kasar"

Yohan nampak tersenyum, "Yohan yang harusnya minta maaf, ngambil barang kakak gitu aja"

pemuda yang lebih tinggi mengedarkan pandangnya, lalu mendekatkan diri pada yang lebih mungil

"tapi itu bener bang Caka?" tanya Yohan seraya berbisik


Abhi mengangguk sekilas, dan senyuman Yohan semakin mengembang

"ciee udah mulai jatuh cinta aja"

"nggak! siapa yang bilang?"

"ngaku aja kak, Yohan gak bakal bocor kok"


"nggak ih Yohan!"

Yohan tertawa gemas,

"tapi kalo dipikir, bang Caka tuh ganteng loh, terus pinter, uangnya oke, ramah dan baik juga"

"kok jadi muji dia sihh?"

"hahaha kakak manis cemburu nih ye?"

"sana ah, Yohan ganggu!"

"Abhi"

kedua pemuda itu menoleh ketika seseorang memanggil, Yohan tersenyum melihat siapa gerangan yang memasuki kelas mereka

'panjang umur dah, baru juga diomongin'

"apa?"

"ayo ke perpus, pumpung kelas kita lagi sama-sama jamkos"

Abhi melirik Yohan yang memberi kode untuk menyetujui ajakan Caka, pemuda mungil itu menghela napas

"iya ayo, tapi ke kantin dulu, gue mau sambil nyemil"

"boleh"

Abhi bangkit lalu membereskan buku sketsa miliknya, dan tanpa sengaja sebuah kertas terjatuh, dan jatuh tepat di bawah kaki Caka yang memang berdiri cukup dekat dengan meja Abhi dan Yohan, kemudian pemuda tinggi itu meraih si kertas lalu tersenyum

'kapan dia ngegambar gue?'

kertas itu pun, kini berada di saku jas milik Caka


































hai? hehe sebenernya bisa aja aku update kemarin, tapi draftnya selalu hilang karena aku lupa simpan 😭

semoga suka yaa update hari ini, momennya tipis-tipis dulu 🤭

Love and HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang