Bab 1

7 3 1
                                    

"Me-e-e, ooh-ooh-ooh-ooh
I'm the only one of me
Baby, that's the fun of me
Eeh-eeh-eeh, ooh-ooh-ooh-ooh
You're the only one of you...."

Alunan Reff lagu Taylor swift berjudul Me! yang sebelumnya sudah di setel sebagai dering telefon, berbunyi nyaring memenuhi sesisi kamar.

Gelap dan hanya di temani satu pencahayaan, yakni lampu tidur.
Gadis yang sudah menutup tubuhnya dengan selimut itu merogoh ponselnya yang berada di atas nakas. Tidak sulit, karena efek gelap yang membuat layar handphone menyilau terang.
Tertera nama Bunda, jemari lentik itu menggeser panel warna hijau, dan segera mendekatkannya ke telinga. Perlahan sambil menyandarkan tubuh pada kepala ranjang.

"Assalamualaikum nak, maaf ya bunda telefon malam-malam gini. Bagaimana kabarmu di sana? Bunda udah lama nggak ke sana ya" suara yang sudah lama ia rindukan kini terdengar walau terhalang jarak.

Bibir ranum itu mengulam senyum.
"Waalaikumussalam bund, Alhamdulillah Jea di sini baik-baik aja."

Bunda mengucap syukur. "Oh ya, gimana kabar Om Raihan sama tante Lana di sana, mereka baik baik aja kan?"

"Alhamdulillah bunda, mereka baik-baik aja kok. Tumben Bunda telefon jam segini?" gadis itu heran, tidak biasanya bunda menelfon tengah malam.

Bunda nampak berpikir sejenak. "Nak, bunda mau ngabarin kalau bunda dan ayah jadi berangkat ke Doha besok. Mungkin, tiga hari sebelum acara wisudamu di mulai. Karena ayah gak jadi meeting, jadi InsyaAllah berangkatnya besok," terang bunda.

"Beneran bund!??" Jea melototkan matanya. Tidak menyangka jika bundanya akan datang secepat ini.

"Jea tunggu di bandara besok, Jea pengen cepet-cepet ketemu sama kalian semua, jea udah kangen banget. Yaudah Jea mau bilang tante Lana sama om Raihan dulu," cerocosnya tanpa jeda, kemudian beranjak untuk memberitahu kabar ini pada Om Raihan yang ruang apartemennya bersebelahan.

"Eh eh, Om Raihan sama tante Lana udah bunda kabarin lebih dulu," cegah bunda di seberang telefon.

Langkahnya terhenti lalu kembali dengan posisi semula.

"Loh, berarti Om Raihan sudah tau dong, kok jea gak di kabarin?
Oh ya, Kemarin Om Raihan ngajak Jea jalan-jalan ke palm tree island, bund.,Katanya sih perpisahan, sebelum Jea balik ke indonesia."

"Iyalah, pasti mereka akan jarang ketemu sama kamu lagi."

"Disana sudah malam kan? tidurnya jangan larut malam," nasehat bunda.

"Iya bund.. Tadi Jea sebenarnya udah mau tidur, Soalnya jea habis ngurus persiapan wisuda. Trus lupa belum matiin handphone."

"Je, jangan memporsir badanmu. Kalau makan tepat waktu, istirahat yang cukup, jangan sampai kamu sakit nak."

"Iya bunda."

"Kamu sudah makan kan?"

Jea tersenyum. Sudah berkali kali bunda selalu mengingatkan hal hal kecil seperti ini.

"Jea udah makan kok. Lagian Jea kan udah besar bund, pasti udah bisa ngurus semua kebutuhan sendiri," ucapnya.
Jea merasa seperti anak kecil, tapi menurut Jea itu salah satu bentuk kasih sayang bunda untuknya. Ya walaupun dari hal sepele seperti ini.

"Ya sudah, kalo gitu bunda tutup dulu telfonnya. Jangan tidur malam-malam."

"Siap bundaku," jawab Jea membuat bunda terkekeh.

"Ya sudah, Assalamualaikum..." salam Bunda

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Tut tut..

Sambungan di putuskan sepihak..
Jea langsung mematikan handphonenya dan meletakkan di atas nakas. Lalu menarik selimut, siap berkelana di alam mimpi yang tadinya belum sempat.

🌿🌿🌿

Bersambung...

.
.
.
.
.
.

Sebenernya ini cerita lama aku guys jadi Maaf ya kalo aneh. Tanda baca juga berantakan. Tapi tetep pencet tombol bintang okey.. karena itu sangat berharga buatku :) huhu maksa

Send to JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang