Bab 6

2 1 0
                                    

Mereka hanya tau apa yang dia lihat, tapi bukan apa yang kita rasakan

🌂 Send To Jannah

---------

Senyuman terus menempel di bibir gadis cantik yang terlihat anggun dengan balutan gamis dan hijab maroon. Nyatanya bukan senyuman yang murni dari hati, tapi seperti ada sesuatu yang tersimpan di balik senyum itu. Ya itu adalah Senyuman milik jea, gadis yang sedang menggandeng adikknya bernama Khara, sekilas mereka terlihat sangat mirip.

Perempuan beda umur itu berjalan menuju Toilet yang sudah di tunjukkan oleh petugas.

Dengan santai, ia berjalan menuju toilet,
Tiba-tiba Jea merasa seperti ada yang menarik tasnya dari belakang dengan sangat kencang.
Jea membulatkan mata ketika tasnya lolos di bawa kabur seorang yang tak dikenal.

"Pencuri..pencuri.. tolong!!!" Teriaknya Spontan.
Tanpa berpikir panjang ia mengejar si pencuri bermasker dan berjaket hitam itu. Tak menghiraukan orang-orang yang menjadikannya sebagai bahan tontonan. Hanya ada satu dua orang saja yang membantu. Mungkin efek lola alias loading lama.

Cukup jauh jea mengejar, akhirnya ia menghentikan langkahnya, karena tidak mungkin dirinya mengejar pencopet yang sudah berlari jauh, semakin jauh jea mengejar, malah semakin jauh si pencuri berlari. Ia menetralkan degup jantungnya, pikirannya kacau balau. se umur umur baru kali ini ia kecopetan. Walaupun sudah tiga tahun tinggal di Doha, Qatar.

Adiknya yang sejak awal ikut berlari di belakanganya kini berhenti dengan nafas terengah engah.
"Kak Khara kebelet pipis". Adiknya itu mengusap keringat yang mengucur deras di dahinya.

"seharusnya khara jangan ikut ngejar, biar kakak aja." ucap Jea.
Sekarang Jea bingung harus membayar toilet dengan apa karena ia hanya punya uang yang ada di tas itu, ingin menghubungi orang tuanya juga tidak mungkin karena ponselnya berada dalam tas yang sama.
Ia menarik nafas dalam-dalam, menenangkan pikirannya yang sedang kalut.
Keringat dingin itu keluar dari tangan sambil meremas ujung hijabnya yang sudah lusuh.

"Ini pakai saja buat bayar toiletnya yah?".
Tanpa Jea sadari, wanita paruh baya tersenyum manis ke arahnya sambil menyodorkan selembaran uang. Wanita yang sudah tidak muda lagi namun tetap terlihat cantik.

Jea menatap wanita itu dengan bingung.
"Ini untuk saya tante?" tanya jea ragu ragu. Ia tidak ingin merepotkan orang lain, tapi di sisi lain, ia sangat membutuhkannya.

"Iya, semoga ini membantu, dan juga pencurinya cepat ketemu," ucap wanita berkepala empat itu seakan ikut merasakan apa yang sedang menimpa Jea saat ini.

Entah kenapa jea merasa tidak enak menolak orang karena dengan tulus membantu, akhirnya Jea menerima pemberian wanita itu.
"Terimakasih tante,".

"Panggil aja tante Risa." Tante Risa tersenyum ramah. Seolah mereka sudah saling mengenal lama dan akrab.

"Iya tante Risa, Jea gak bisa bayangin kalo gak ada tante."

Tante Risa memegang pundak Jea.
"Sudah semestinya sesama manusia saling membantu, seperti tante juga."
"ya sudah tante harus pergi dulu, assalamualaikum," pamitnya sambil berlalu pergi.

Jea mengangguk
"Waalaikumussalam sekali lagi terima kasih tante," ucap Jea sambil setengah berteriak. Karena wanita itu sudah melenggang.

Ia bersyukur, Pertemuan singkat dengan wanita itu sangat membantu.

Jea dan Khara menuju toilet dengan terburu-buru.
"Kak maafin Khara ya. Khara jadi ngerepotin kakak."

Jea tersenyum menatap khara
"Khara nggak ngerepotin kakak kok" Jea salut dengan ucapan adiknya yang tidak seperti anak kecil biasanya.

Send to JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang