35 - Hope and Die

530 106 11
                                    

Nera menatap nanar Tara yang sedang diperiksa oleh Elliot, sedang Javier sedang memakan lahap nasi goreng yang Nera beli.

Nera beralih menatap jendela, lantas berjalan mendekat. Di bawah sana, sedang ada demonstrasi besar, agaknya informasi tempat tinggal Perdana Menteri sudah diketahui, tapi info itu justru mengarahkan para demonstran pada gedung apartement yang salah, mereka mengepung kompleks gedung seberang dari gedung yang seharusnya.

Masyarakat tidak bergerak tanpa profokasi, Nera tahu persis itu. Kilauan cahaya dari salah satu lantai apartement seberang mengalihkan perhatian anak itu, Nera berbalik.

"Om, punya teropong nggak?" Dengan mulut yang masih penuh nasi, Javier menggunakan jari untuk menunjuk salah satu meja berlaci.

Setelah membuka semua laci dengan agak brutal, Nera menemukan teropong hitam di laci ke-4. Nera buru-buru berlindung dibalik gorden, sedikit menyerong dan meneropong gedung seberang.

"1...2...3...4..." Nera menghitung, yang membuat atensi dua pria lain terarah padanya.

"Ada apa?" Tanya Elliot setelah menaruh kapas bekas pembersih luka Tara, pemuda itu masih belum sadar akibat obat bius yang diberikan karena tadi sempat mengamuk lagi.

"Ada sniper di gedung sebelah, semua mbidik para demonstran" Jawab Nera.

"Tidak usah ikut campur urusan mereka" ucap Javier kemudian menggigit kerupuk.

Nera berbalik dengan mata menghardik pria itu "Om! Temen gue begitu juga pasti ada urusannya sama masalah ini?! Dan lo pengen gue diem aja?!!"

"Nera, keadaan temanmu bukan sekedar efek psikotropika, tapi juga trauma berat dari mental dan tubuh, saya tidak bisa memaskitan keadaannya, kita harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dan kamu tentunya tahu orang-orang seperti apa yang bisa melakukan hal seperti ini" ucap Elliot, ia telah melakukan pertolongan awal, dengan memberi suntik tetatus dan menjahit luka-luka terbuka.

"Ya tapi gue tetep nggak bisa diem dong, emang lo berdua nggak mau nolong negara lo apa?" Pertanyaan itu lebih seperti hardikan.

Javier mengangkat kepala menatap anak itu serius "Kami penduduk tetap non warga negara, lagi pula, kalau kami ikut campur, konflik akan lebih runyam"

"Terus nyawa mereka nggak ada artinya gitu?!" Nera menunjuk para demonstran di jalan.

Kondisi di bawah sudah makin tak terkondisi, gerbang kompleks apartemen sudah hampir rubuh, sedang dibalik gerbang, ada jajaran tentara bayaran dengan rompi anti peluru dan senjata lengkap. Nera tahu, orang-orang ini tidak ditugaskan untuk menjaga ketertiban seperti aparat negara seharusnya, melainkan eksekutor.

Nera menutup mata saat mendengar rentetan tembakan dan teriakan, ia lantas melesat menuju pintu, ketika ia ingin membuka, pintu telah terkunci, kode yang ia ingat dari susunan angka yang dimasukkan Javier untuk membuka pintu sebelumnya pun tertolak.

Dengan emosi meluap ia menghampiri Javier dan Elliot yang duduk tenang di sofa, Javier sedang meminum air putih setelah menghabiskan suapan terakhir nasi goreng.

Nera mengembuskan napas dengan berat, terlihat sekali anak itu sedang menenangkan diri yang sedang emosi.

"Bukain pintunya" ucap Nera dengan mata tajam.

"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Elliot dengan tangan menyilang di dada.

"Bantu evakuasi siapapun yang ada di bawah" jawab Nera yakin.

Elliot menggelengkan kepala "Kamu tahu milik siapa tentara bayaran di bawah?"

"Kemungkinan punya Yonandes" jawab Nera, mengingat bodyguard yang bersama Perdana Menteri tadi adalah orang-orang Yonandes.

BITTER AND SALTY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang