2. Jus Purpelia

347 2 0
                                    

Hari sudah gelap. Bola api kecil melayang di sekitar tenda untuk memberi penerangan. Hanako dan Magnus menikmati makan malam dalam keheningan, saling diam. Hanako masih marah, sementara Magnus tidak tampak terganggu dengan hal tersebut.

Setelah menghabiskan ayam lemon panggangnya, Hanako meletakkan piring kayu dan berdiri. Ia bahkan tidak mau menatap Magnus. Ketika gadis itu akan pergi, Magnus memanggilnya.

"Tunggu, ini untukmu." Magnus menyodorkannya gelas perak berisi jus berwarna ungu. Hanako memandangnya dingin, awalnya dia tidak mau menerima minuman itu. Namun, Magnus tersenyum padanya dan wajahnya menunjukkan rasa bersalah. "Maafkan aku soal yang tadi. Kau pasti marah padaku, tetapi aku sudah membuatkan ini untukmu. Minumlah."

Hanako memang kesal, tetapi ia juga bukan tipe orang yang menyimpan dendam sampai berlarut-larut. Gadis itu akhirnya menerima minuman dari Magnus dan langsung menegaknya sampai habis.

Hanako mengecap rasa manis yang tertinggal di mulut, ia menjilat bibirnya. "Ini lezat. Terima kasih."

"Aku lega kau menyukainya."

Hanako tersenyum kikuk. Gadis itu meletekkan gelas dan langsung masuk ke tenda. Sementara Magnus memandanginya di belakang, menyeringai.

***

Hanako tidak tahu apa yang membuat Magnus begitu lama di luar tenda. Ia tahu biasanya Magnus akan membersihkan peralatan makan mereka terlebih dulu lalu membuat selubung tak kasat mata di sekitar lokasi kemping mereka.

Hanya saja, gadis itu tidak bisa menunggunya lebih lama lagi. Hanako tiba-tiba merasa rindu yang amat sangat. Ia ingin Magnus segera masuk ke dalam tenda, lalu gadis itu akan merangkak padanya dan tidur di dalam kurungan tubuh pria itu.

"Magnus...," Hanako mendesah. Tubuhnya terasa panas dan aneh. Sekujur kulitnya mendambakan sentuhan. Area sensitifnya terasa sangat gatal dan pikirannya dibanjiri hal-hal cabul.

Hanako membuka tas perlengkapan dan mengeluarkan salah satu gaun tidur yang Magnus belikan padanya. Sambil menunggu Magnus kembali, ia langsung ganti mengenakan gaun tersebut.

Gaun itu transparan, seperti kimono tetapi pendek sepaha. Ada tali hitam yang melintang di bawah dadanya, membuat payudara gadis itu semakin membusung. Karena tidak ada celana dalam, Hanako justru merasa seperti telanjang walau mengenakan gaun tidur. Putingnya menonjol dan tercetak jelas di balik gaun itu. Bahannya yang kasar di sekitar area puting membuatnya geli dan ingin memainkan pucuk payudaranya yang menegang itu.

Keringat mulai keluar dari pori-pori kulitnya, Hanako berguling resah dan kepanasan. Tubuhnya jadi tampak mengkilap dan menggoda. Rambutnya yang terurai menjadi sedikit basah.

"Mhh.. Magnus." Hanako merebahkan tubuhnya di alas tenda, ia berguling dan meremas pakaiannya sambil menggesek-gesek kakinya sendiri. Ia sangat ingin disentuh oleh pria itu. Oh, Magnus, aku ingin kau menyetubuhiku lagi.

Ketika Hanako membuka mata, ia sudah melihat pria kekar itu berdiri di mulut tenda. Magnus baru masuk dan menemukan gadis seksi itu mengenakan pakaian tidur transparan dan melebarkan kedua kakinya.

Magnus melihat belahan yang menggairahkan di antara selangkangan Hanako, merekah indah seperti sekuntum mawar. Kejantanan pria itu pun menegang seketika. Magnus menelan ludah melihat pemandangan erotis itu. Namun, ia masih ingin bermain-main dengan Hanako.

Magnus tidak langsung menyentuh tubuh gadis itu. Pria itu justru duduk, mengeluarkan peta dan pura-pura membacanya dengan ekspresi serius. Hanako tersinggung karena diabaikan, gadis itu pun ikut duduk, memandangi Magnus sebentar lalu merangkak ke arah pria itu.

The Fall of Lightborn ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang