7. Laurent Ederinburgh

86 1 0
                                    

Laurent menatap Hanako dengan seksama. Sebaris senyum muncul di wajahnya, pria itu menyentuh dagu Hanako, mengangkatnya dengan telunjuk hingga Hanako menengadah. Tindakannya mengejutkan Hanako, begitu pun dengan Magnus yang langsung menyorot tidak suka perbuatan Laurent.

Pangeran itu berseri-seri, tampak puas dengan penampilan Hanako yang seksi dan menggairahkan.

"Wajah yang menggoda dan tubuh yang indah," komentarnya. "Tidak diragukan, kualitasmu memang bisa disebut seperti Pendeta Agung." Mata birunya menghujam Hanako dengan angkuh.

Hanako tersengat dengan tatapan tersebut, ia menolehkan kepalanya, menghindar agar Laurent tidak melihat pipinya yang bersemu. Jantungnya berdegup kencang karena pria itu menatapnya rendah.

"Yah, tetap saja harus yang berkualifikasi yang memastikannya." Laurent melepaskan tangannya dari wajah Hanako. Sesaat, gadis itu bisa menghela nafas lega.

"Panggilkan Santoru," perintah Laurent pada pelayannya di dalam tenda.

Pelayan dengan pakaian hitam putih langsung keluar dari tenda. Tidak lama, ia kembali membawa seorang pria berambut hitam, berkacamata dan mengenakan jubah panjang berwarna biru muda.

"Anda memanggil, Yang Mulia?"

"Gadis ini bilang kalau dia adalah penerus Pendeta Agung," kata Laurent sambil duduk kembali di sofanya. Ia memangku siku tangannya pada lengan sofa, sementara wajahnya bersandar pada kepalan tangan. Sambil mengangkat satu kakinya di atas lutut, pria itu menatap lurus pada Hanako.

"Buktikan bahwa dia Pendeta Agung," perintahnya.

Santoru adalah Highest Priest di Kerajaan Lightborn. Ia ikut ke medan perang untuk membantu mengelola tenda medis dan bertanggung jawab atas para penyembuh. Selain itu, Santoru juga berasal dari Kerajaan Holy Land, tetapi karena pengangkatan jabatannya ia pindah ke Kerajaan Lightborn lima belas tahun yang lalu.

Santoru berdiri di depan Hanako. Pria itu merasa tidak asing dengan wajah Hanako.

"Hanabi?" Santoru bergumam tidak sadar.

"Kau kenal Ibu-ku?" balas Hanako karena mendengar nama itu keluar dari mulut Santoru.

Santoru mengerjap seketika. "Ya, aku kenal Hanabi. Aku yang meresmikan pernikahannya dengan Gerard, Ksatria Terpilih sebelumnya." Mata pria itu berkaca-kaca, memori di masa lalunya berputar kembali di kepala.

"Demi Dewa, kau sangat mirip dengan Ibu-mu." Pria itu tertawa renyah dan Hanako ikut tersenyum. Bahkan tanpa harus mengecek pusaran mana milik Hanako ia tahu kalau gadis itu memang calon Pendeta Agung.

"Yang Mulia, dia memang calon Pendeta Agung," lapor Santoru sambil menundukkan kepalanya di hadapan Laurent.

Laurent tersenyum miring. "Baguslah kalau memang seperti itu."

Ia menjentikkan jarinya dan dua pelayan lain datang. "Bawa dua ajudan Pendeta Agung ke tenda pembantu, lalu sediakan tempat khusus bagi Hanako dekat dengan tenda utama."

"Ajudan?" Dylan menarik sebelah alisnya, tidak setuju dengan sebutan itu. Namun, ia mengunci mulut rapat-rapat saat Laurent melirik ke arahnya. Insting serigalanya mengatakan kalau pria itu berbahaya dan lebih baik ia tidak macam-macam.

Laurent bangkit dan berjalan ke depan Magnus serta Dylan.

"Terima kasih karena sudah mengantar Pendeta Agung sampai ke tempat ini. Pasti perjalanan yang berat." Laurent menundukkan sedikit kepalanya dan meletakkan tangan di dada, menunjukkan rasa terima kasihnya.

Magnus tidak suka dengan sopan santun pria cantik di hadapannya. Namun, ia mencoba menahan perasaan tersebut dan membalas dengan senyuman.

"Tentu saja, sudah kewajiban saya mengabdi kepada Kerajaan Lightborn dan Holy Land," ucapnya diplomatis.

The Fall of Lightborn ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang