𝐌7𝐏→11 [02.00]

14 1 0
                                    


kini waktu menunjukkan pukul dua dini hari, ketujuh pemuda yang tengah berdiam mengelilingi unggun saling menatap satu sama lain tapi yang paling dituju oleh setiap tatapan adalah sadewa sendiri, sadewa tau tapi ia tak ingin mengubris sekali.

setengah jam sudah berlalu,  ketujuh remaja itu masih saja terdiam dengan pikiran masing masing.

"tolong bicara, kalian membuatku tegang dengan berdiam hampir setengah jam"

"tidak aneh, aku juga yakin kalian saat ini tengah bergelut dengan pikiran masing-masing, tidak masalah jika harus hening untuk beberapa saat" melihat sergio yang sepertinya merasa canggung, biru memberikan jawaban untuk sedikit meredakan rasa canggung sahabatnya itu

"benar, kita hanya sedang bergelut dengan pikiran masing-masing" galaksi bergumam sedang tapi masih bisa didengar oleh teman temannya.

"dengar, aku rasa aku harus mengatakan ini pada kalian" semuanya menatap pada sadewa ketika anak yang dianggap paling kecil dalam persahabatan mereka mengangkat suara

semuanya terlihat heran, menunggu remaja dihadapannya untuk melanjutkan ucapannya. apa yang sebenarnya ingin anak ini bicarakan .

"aku...

"teman-teman" seseorang memotong pembicaraan sadewa, ke enam remaja itu berbalik ke arah tenda dimana suara panggilan berasal

"tunggu, apa?" bumi berbalik kembali menghadap api unggun, dimana seharusnya sadewa berada di sisi sana.

selain bumi semuanya juga nampak heran dengan apa yang mereka lihat, dengan seksama mereka memperhatikan gerak gerik sadewa yang berjalan menuju tempat duduk dimana sadewa yang awal ada disana tadi.

"apa yang kalian lihat? pagi pagi begini sudah berkumpul ditengah api uggun, apa kalian tidak merasa dingin? hm? "nampak jika ekspresi yang  sadewa buat begitu menyeramkan bagi teman temannya.

"lebih baik kita tidur sekarang" dagunya menunjuk pada tenda, suara remaja itu semakin mengecil mencipta pertanyaan keras pada benak sergio, bumi, galaksi, biru, agra, dan mahesa.

semuanya tak berkutik sebab sama sama syok, dimana remaja yang tadi duduk dihadapan mereka dan siapa yang baru saja keluar dari tenda.

"siapa" tanya biru memberanikan diri untuk membuka suara.

remaja yang baru saja berdiri dari duduknya untuk pergi ke tenda itu berbalik menghadap biru dengan mata besarnya "aku?" tanya nya dengan nada lembut, mendengar itu biru merasakan hawa yang benar benar dingin, bahkan saking dinginnya bulu ditangannya berdiri semua.

remaja itu tertawa menggema sampai terdengar di seisi hutan digununung cakrabuana, tawaanya terdengar direspon dari ujung sana.

"sudahlah teman teman, aku sadewa, ayo istirahat untuk melanjutkan perjalanan turun dari gunung pagi nanti" setelah mendengar kalimat itu, tiba tiba saja hawa yang tadinya mencekam kini kembali seperti semula.

"ayo" agra masuk kedalam tenda lebih dulu, yang lain jelas tak mau berdiam lebih lama setelah merasakan hawa yang mencekam seperti tadi.

setelah semuanya masuk ke dalam tenda, remaja yang mengatakan bahwa dirinya adalah salah satu teman dari keenam remaja itu menaikkan sudut bibirnya.

"ini akan menjadi kemenanganku amora" sedetik kemudian tawanya kembali menggelegar, ke enam remaja yang berada didalam tenda, mereka jelas belum tidur dan mendengar semuanya.

"bermimpi lah sampai kalian menjadi santapan jubah hitam" mata remaja itu berubah menjadi merah kehitaman sambil tersenyum menatap 3pasang tenda dihadapannya.






FOLLOW+VOTE+KOMEN...update besok



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MISTERI 7PENDAKI(TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang