14 Februari - SIX

2 5 0
                                    

Happy reading!

•••

Entah sudah berapa kali Asena dibuat tersipu oleh Masvin. Di sekolah hari ini benar-benar membuat wajah Asena memanas.

Sekarang, Asena dan Masvin berada di kantin atas. Tentu dengan kantin yang berbeda dari Navessa dan Jia. Mereka malah satu kantin dengan Reyna.

"Beneran cuman jus alpukat?" Tanya Masvin, pasalnya Asena hanya memesan jus alpukat.

"Iya, itu aja," Jawab Asena.

Setelah menunggu sedikit lama, akhirnya pesanan mereka datang. Jus alpukat dan jus mangga. Jus mangga untuk siapa lagi kalau bukan Masvin Hargatara? Ia jadi memesan jus karena Asena juga memesannya.

"Suka banget jus alpukat, Sen?" Masvin terkekeh melihat Asena yang begitu antusias meminum jus alpukat.

Asena mengangguk menanggapi pertanyaan Masvin.

Interaksi keduanya membuat hati seseorang memanas, hati Reyna. Reyna sedari tadi menatap mereka berdua dengan kepalan tangan yang kuat.

Cemburu membakar dirinya, sungguh ia tidak suka dengan Asena.

"Asena, lo pulang sekolah free nggak?" Tanya Masvin, rasanya ia ingin segera mengutarakan isi hatinya.

"Iya, selalu free kok, emang kenapa?"

"Gue mau ngajak lo jalan, sore ini," Ujar Masvin.

"Bisa banget! Tapi, gue harus minta izin dulu sama mama." Benar, tanpa seizin orang tua, Asena tidak akan mau.

"Iya, Tuan putri." Masvin mengelus rambut Asena, interaksi yang sangat mampu membuat Reyna terbakar api cemburu.

"Lo pulang bareng gue aja, Sen."

"Jangan, deh, Vin. Gue mau dijemput." Mendengar jawaban Asena, membuat Masvin teringat kejadian di halte kemarin, sekarang waktu yang tepat untuk menanyakan siapa pria itu.

"Oh, iya, Sen. Yang kemarin jemput lo siapa?" Tanya Masvin, ia mengesampingkan gengsinya.

"Emm.. Yang kemarin? Oh! Itu abang gue."

Syukurlah, hanya sebatas saudara, padahal Masvin sudah berpikir lain.

"Tapi, tadi gue nggak liat abang lo di rumah."

"Nggak liat? Orang pas Asena masuk lagi buat manggil mama, dia keluar, pasti ketemu lah," Jelas Asena. Masvin sedikit mengingat kembali.

Masvin mengingat seseorang, orang itu memandang nya dengan penuh selidik.

"𝘕𝘫𝘪𝘳! 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶? 𝘎𝘶𝘦 𝘬𝘦𝘵𝘶𝘴 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘪𝘢!" Batin Masvin.

Terdengar suara bel masuk berbunyi. Satu persatu kelas mulai diisi dengan para siswa.

"Balik kelas, yuk, Vin!" Ajak Asena, Masvin menurut, masih dengan ekspresi terkejutnya mengingat Bumi.

Sesampainya di kelas, mereka kembali belajar seperti biasa. Walaupun tidak ada guru yang masuk, tetapi mereka memberikan tugas.

 14 Februari [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang