Chapter 10

102 24 9
                                    

Kehidupan pernikahan yang aneh bersama Wang Yibo telah mengajari Song Yi bahwa ia mudah dilupakan dan tidak dicintai seperti seharusnya. Kecuali membaiknya hubungan bisnis dua keluarga, tak ada hal baik lain yang terjadi. Menyebalkan sekali.

Kadangkala ia memikirkan bahwa suatu hari mereka akan saling mencintai. Namun itu tak pernah terjadi. Cintanya hanya berjalan sepihak, dan itu tidak adil. Sekali saja, ia ingin menjadi prioritas dalam hidup seseorang. Dia ingin kehadirannya diharapkan, dirindukan, dia ingin suaranya didengar dan keinginannya diperhatikan.

Song Yi memberanikan diri mengajukan acara bulan madu ini. Berpikir bahwa kota yang romantis akan mencairkan kebekuan. Kenyataannya, mungkin Paris adalah kota cinta bagi pasangan lain, tapi tidak baginya. Dia tetap sendiri dan merasa sepi bahkan saat Wang Yibo ada bersamanya. Selalu begitu. Sampai siang yang redup di antara keindahan taman Montmarte, langit yang murah hati mengirimkan seseorang.

Song Yi tidak akan mengingkari bahwa ia kesepian. Air matanya selalu bisa ia tahan tapi tidak hari ini. Betapapun sempurna dan indahnya kota ini, tak ada bedanya baginya. Namun hari ini, selain Paris, ada yang lebih indah baginya. Kejutan. Seorang Tuan Sempurna tiba-tiba datang menghampiri. Penampilan keren, mata jernih yang ramah, senyuman manis penuh pengertian, memikatnya seperti ngengat ke nyala api, dan dominasi yang terpancar darinya benar-benar membuat ia merasa aman.

"Song Yi, kau masih ingat aku?" tanya pria itu.

Song Yi menatapnya, dan rasa familiar itu muncul.

"Kau?"

Dia Yan Yikuan. Song Yi memanggilnya Yan gege, salah satu alumni terbaik di kampusnya yang pernah menjalin kedekatan yang singkat. Itu terjadi begitu saja. Pada waktu itu Yan gege tengah liburan kuliah S2-nya di luar negeri. Jarak usia mereka lima tahun, tidak aneh jika dia tampak dewasa dan kharismatik.

Mereka bertegur sapa, bicara basa-basi dan tiba-tiba saja duduk bersama di bawah awning warna warni. Seperti hujan yang turun di padang gersang, kehadiran kawan lama mengirimkan getaran semangat baru pada Song Yi. Yan Yikuan mengatakan bahwa ia belum menikah dan tengah menghabiskan waktu libur dengan menikmati keindahan Paris dan sekitarnya. Song Yi merasa gugup saat mata jernihnya terus menatap dan ia bertanya kabar pernikahan yang dia dengar lewat seorang teman.

"Semua baik-baik saja," Song Yi berbohong padanya, berpikir bisa melakukannya dan menutupi kepahitan di hati seperti biasa. Namun Yan Yikuan berbeda. Dia terus menatapnya, meneliti senyuman palsu di wajahnya, dan menggenggam jemari tangan Song Yi yang terasa dingin.

"Jika itu terlalu berat, lepaskanlah. Karena cinta adalah anugerah, bukan beban."

=====

Ketika Wang Yibo kembali ke penginapan setelah menyaksikan pemandangan indah itu, dia memutuskan untuk tidak bicara apa pun pada istrinya. Bahkan saat Song Yi kembali dan menyapa seperti biasanya, Yibo masih berpura-pura tidak tahu apa-apa. Lagi pula dia tidak yakin apakah pria asing itu memang sosok istimewa bagi Song Yi atau hanya teman biasa. Tidak ada yang perlu dipertanyakan. Sikap Song Yi juga sedikit berbeda, tidak seperti biasanya jika ia menceritakan pengalaman yang menarik, dia beralasan lelah dan pergi tidur dengan cepat. Mereka terus bersikap dingin sampai pagi tiba dan Song Yi sibuk untuk merencanakan acara belanja dan jalan-jalan yang tiada habisnya.

Alih-alih memikirkan sikap Song Yi dan pertemuan misteriusnya dengan pria asing, Wang Yibo sibuk merencanakan kunjungan ke ruangan konsultasi Sean.

Aku tidak bisa memberikan layanan konsultasi siang ini karena harus pergi ke suatu tempat. Mari bertemu di ruangan konsultasi pukul lima sore.

𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠𝐭𝐢𝐦𝐞 𝐈𝐧𝐧 𝐏𝐚𝐫𝐢𝐬 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐃𝐅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang