Chapter 14

65 20 3
                                    

Sendirian di dapur rumah Sean yang awalnya rapih dan bersih, Wang Yibo meremas apron yang dia kenakan, mengawasi hasil pekerjaannya yang berantakan. Sementara itu, Sean duduk di ruang tamu mengetik sesuatu di laptopnya. Dia mengangkat wajah dari laptop saat mencium aroma yang mencurigakan.

"Kau sudah selesai?" tanyanya dengan suara agak lantang. Sudah satu jam Wang Yibo berkutat di dapur dan memperdengarkan banyak bunyi-bunyian ganjil. Sepertinya pria itu menjatuhkan semua barang.

"Hampir selesai, tapi masakanku gosong."

Wang Yibo muncul dari dapur dengan wajah tercoreng tepung terigu dan apron yang terkena noda di sana sini.

"Kau mau makan apa?" tanya Wang Yibo.

Setelah membuatnya menunggu cukup lama, bisa-bisanya pria itu bertanya lagi. Sean memutar bola mata dengan bosan.

"Entahlah. Apa pun. Aku sebenarnya tidak selera makan."

"Diet tidak bagus untuk tubuhmu. Pinggangmu akan semakin ramping." celetuk Yibo.

Dia menepuk-nepuk apronnya, membuat butiran terigu beterbangan. Sean mengibaskan tangan.

"Aku sudah menonton dua belas video masak. Sayangnya, kuah sup terasa hambar, steak juga gosong, dan calamari goreng saus madu juga gagal. Sepertinya ada yang salah dengan video-video tersebut. Betapa sembrononya."

Sean menarik napas panjang. Membayangkan seberapa parah tamu aneh ini menghancurkan dapurnya.

"Aku punya ide. Bagaimana jika aku buatkan nasi goreng saus kimchi pedas. Aku janji kali ini tak akan gagal lagi."

Wang Yibo menjentikkan jarinya, masih tampak bersemangat.

Sean menatapnya tidak yakin. Dia khawatir pemuda aneh itu salah meracik bumbu dan akan membuat mereka keracunan sampai mati.

"Hmmm."

"Oke. Tunggu lima belas menit lagi."

Wang Yibo kembali ke dapur dengan riang. Kali ini diam-diam Sean mengawasinya, kemudian tersenyum samar.

Tidak sampai setengah jam, keduanya duduk berhadapan di meja makan. Menatap lurus pada dua piring hidangan hasil kerja keras Yibo di dapur. Nasi goreng itu tidak menarik, meski tidak gagal. Warnanya terlalu merah sampai Sean nyaris menyangka pria aneh itu menambahkan zat pewarna.

"Apa ini bisa dimakan?" Sean bertanya agak sungkan.

"Tentu saja. Ini sangat lezat. Aku menonton videonya dengan cermat. Katanya sajian ini adalah resep rahasia warisan leluhur."

Resep rahasia tapi bisa ditonton semua orang. Sungguh tak bisa dipahami.

Sean menatap Wang Yibo dan nasi goreng itu secara bergantian.

"Kau sudah cuci tangan, kan?" ia bertanya lagi, semakin curiga dengan keadaan Yibo yang tak karuan.

"Tentu saja. Ini seratus persen hiegenis dan sangat lezat." Wang Yibo meyakinkan dengan mata berbinar.

"Begitu, ya?" tangan Sean agak gemetar sewaktu mengambil sendok, seakan-akan dia keracunan sebelum makan.

"Aku telah bekerja keras dan membuat dapurmu hancur. Paling tidak kau harus mencicipinya."

Sebenarnya Sean tidak berselera. Namun sudah sifat alaminya yang selalu merasa sungkan, dan sebagai pria berbudi luhur, tak ada salahnya ia membuat pria aneh itu bahagia dengan pujian palsu.

Sean menyendokkan nasi goreng itu ke mulutnya. Rasanya sangat tidak manusiawi. Dia berjuang untuk tidak mengernyit, dan memaksa makanan itu masuk melewati tenggorokannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠𝐭𝐢𝐦𝐞 𝐈𝐧𝐧 𝐏𝐚𝐫𝐢𝐬 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐃𝐅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang