Chapter 09

110 26 2
                                    

Sean, 7 tahun

Dulu bukan hanya ada dirinya. Ada saat-saat di mana Ayah dan Ibu hadir dalam kehidupannya. Tapi itu dulu sekali, hingga rasanya mungkin di kehidupan yang sebelumnya. Sean merasa kesulitan mengingat beberapa hal, dan kesulitan melupakan beberapa sisanya.

Waktu itu musim gugur. Sean kecil ingat hari yang dingin itu karena dia merapatkan jaketnya. Hari sudah sore ketika ia pulang dari belajar kelompok dan masuk ke dalam rumah tua yang sepi di sebuah komplek kecil di pinggiran kota Beijing.

Sean menghirup napas dalam-dalam, menyiapkan mental untuk mendengar teriakan Ibu dan bunyi berisik gelas pecah. Perlahan-lahan, ia membuka pintu rumah cukup lebar untuk melihat, tanpa didengar.

Adegan yang dimainkan oleh orang tuanya membuat Sean kecil mual. Ibu memegangi bagian bawah jaket Ayah, berusaha keras mencegah pria itu pergi.

Wajah Ibu tampak merah dan basah oleh air mata sementara ia menangis meraung-raung. Ibu terlihat seperti tidak punya harga diri.

Ayah menarik jaketnya hingga lepas dari genggaman Ibu dan mendorong wanita menyedihkan itu dengan satu tangan.

"Semua sudah berakhir sejak lama! Kau dan aku tahu itu!" Ayah membentak.

"Tidak! Tidak!" Ibu kembali meraung di sela air mata.

"Aku akan pergi. Katakan pada Sean aku akan menemuinya sesekali."

"Tidak! Kau hanya ingin keluar malam bukan? Kau ingin berkumpul bersama teman-temanmu? Katakan kau akan kembali!"

"Semua sudah berakhir!"

"Kau seperti anak kecil! Kau pengecut! Aku benci padamu!" raungan Ibu berubah menjadi kemarahan dalam satu detik.

𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠𝐭𝐢𝐦𝐞 𝐈𝐧𝐧 𝐏𝐚𝐫𝐢𝐬 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐃𝐅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang