03. Masih sama

5 0 0
                                    

Keesokkannya, ospek hari ke dua dimulai. Kali ini Anara pastikan ia tidak terlambat lagi dan berniat mengubah kebiasaan buruknya yang suka ngaret. Namun, mengubah kebiasaan buruk tidak bisa dalam semalam. Akan tetapi, dengan langkah kecil Anara bisa mulai berubah.

Lihatlah sekarang.. Tepat pukul 7 pagi Anara sudah bersiap, memasang sepatu putih kemudian menyalimi ibunya dan pamit berangkat. Anara memilih  pergi menggunakan ojek online. 

Hari ini terlihat sangat cerah dan sejuk, seperti mood Anara pagi ini. Ia sangat yakin hari ini akan menyenangkan dan ia bisa datang tepat waktu. Namun, sepertinya hari ini bukan hari yang dibayangkannya tadi.

Di tengah jalan menuju kampus, sialnya Anara baru teringat bahwa tanda pengenalnya tertinggal di meja belajarnya, ia lupa memakainya tadi. 

"Aduh pak, tanda pengenal saya ketinggalan pak." ucap Anara kepada bapak ojol dengan panik.

"Waduh neng, padahal bentar lagi sampe loh nih neng." Bapak ojol memberitahu.

"Bisa puter balik ga pak? Nanti saya bayar dua kali lipat deh. Atribut itu penting pak, kalau gak dipakai nanti saya dihukum pak." jelas Anara meminta putar balik ke rumahnya padahal 15 menit lagi ospek akan dimulai.

"Okelah neng." bapak ojol pun langsung memutar balik motornya dan mempercepat laju kendaraannya.

Sesampainya di rumah Anara pun lari terbirit-birit masuk ke kamarnya, mengambil tanda pengenal dan langsung pergi tanpa berpamitan lagi dengan ibu dan neneknya. Melihat anaknya yang kembali kerumah sebentar lalu pergi lagi membuat ibunya terheran-heran.

Jam telah menunjukan pukul 7 lewat dua puluh tiga menit, berarti tinggal tujuh menit lagi ospek akan dimulai. Namun, belum ada tanda-tanda Anara sampai di kampus. Rupanya ia lagi-lagi terjebak macet karena sedang terjadi kecelakaan beruntun. Sehingga ojol yang ditumpanginya tidak bisa melaju cepat dan terjebak di jalan itu, tidak ada jalan pintas.

Akhirnya, Anara turun dari ojol itu setelah ia memberi selembar uang berwarna merah. Anara memilih berlari secepat mungkin walaupun jarak dari tempat ia turun ke kampus 2 km lagi. 

Tersisa tiga menit lagi, sebelum pagar kampus benar-benar ditutup. Anara membujuk kakinya untuk berlari lebih cepat karena tinggal beberapa meter lagi ia bisa sampai kampus. Tepat di jam tujuh lewat tiga puluh, akhirnya Anara berada di depan kampusnya.

"Pak, sebentar! Jangan di tutup dulu!" larang Anara lemas ketika ia sudah di depan kampus dan pak satpam mulai mendorong pagar, ingin menutup pagar.

Anara pun masuk ke kampus tepat waktu walaupun kakinya mati rasa dan keringat membasahi seluruh tubuhnya. Kemudian Anara pun langsung menuju lapangan dan berkumpul bersama kelompoknya. Untungnya kakak tingkatnya tidak ada yang menyadari kedatangannya.

"Untung aja ga ada yang lihat gue pas masuk. Aduh ada aja yang bikin gue keringat dingin. Mana tanda pengenal pakek acara ketinggalan lagi, untung masih sempat mutar balik kalau ga tuh mati gue." -Batin Anara

"Kamu kenapa? Kok keringatan kayak gitu? Kamu sakit?" tanya kakak tingkat di depan Anara, membuat Anara tersadarkan dari lamunannya.

"Oh gapapa kak. Ee ini karena saya gampang keringatan aja kak." ujar Anara spontan mencari alasan yang masuk akal.

"Oh gitu. Oh iya, ini kelompok oval kan ya?" tanya kating itu ke Anara.

"Iya kak."

"Arghi, sini! Gue sama lu dampingi kelompok yang ini!" seru kating itu, seketika Anara kaget dan mengalihkan pandangannya ketika orang  yang dipanggil datang.

"Kelompok yang mana?" tanya Arghi sesampainya di hadapan kating yang bernama Yara itu.

"Yang ini, kelompok oval. Ayo kita mulai dampingi mereka, kelompok yang lain udah pada mulai tuh."  omel  Yara sambil menunjuk kelompok lain yang sudah mulai mengelilingi kampus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Admirer  |  Dear ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang