Chapter 9

756 57 2
                                    

Pria ini masih tak percaya dengan apa yg baru saja temanya katakan. Gadis itu..

"Gak! Gk mungkin,(Namakamu) sakit kanker otak! Lo bohong kan? Lo bilang sama gue,kalau (Namakamu) cuma mimisan doang Ald!" Ucap Iqbaal meninggikan oktaf suaranya. Ia masih tak percaya sungguh! (Namakamu) yg terlihat baik baik saja ternyata mempunyai penyakit mematikan seperti itu.

Memorynya pun perlahan memutar kejadian ketika dirinya menemukan obat kanker otak yg berada di nakas Televisi rumah (Namakamu). "Jadi...obat itu punya (Namakamu)? Gue bodoh! Ninggalin (Namakamu) dalam keadaan dia yg lg butuh penyemangat." Pikir pria ini,Iqbaal. Ia pun meremas rambutnya kesal. Ia terus merutuki dirinya yg menurutnya.. sangat bodoh!

"Dan perlu lo tahu baal, sebenarnya..." Aldi sengaja menggantungkan ucapannya. Dan itu membuat Iqbaal penasaran.

"Sebenarnya,(Namakamu) cinta sama lo. Dia selalu bilang sama gue,kalau dia pengen bgt... disisa hidupnya ngabisin waktu bareng lo baal."

"... tapi dia selalu bilang kalau semuanya pasti mustahil. Karena dia pikir lo akan terus benci sama dia." Ucap Aldi sambil menatap nanar pintu ruang operasi gadis itu, (Namakamu).

Iqbaal yg mendengarnya merasakan sesak sekali. "Lo tahu? Kanker (Namakamu) udh sampai stadium berapa?" Aldi pun menganggukkan kepalanya.

"Ya! Gue tahu,kanker yg (Namakamu) alami sudah memasuki stadium 4. Dan itu artinya kemungkinan kecil ia bakal sembuh." Ucap Aldi.

Iqbaal yg mendengarnya hanya terdiam. Sahabatnya.. tidak boleh pergi begitu saja! Jika itu terjadi,sungguh! Ia akan dipenuhi rasa penyesalan.

Ia pun menyederkan tubuhnya ke dinding rumah sakit. Perlahan matanya mulai mengeluarkan cairan bening. Ya! Dia menangis."Gue bodoh! Gue brengsek! Gue terlalu mementingkan ego gue sendiri,tanpa perduliin perasaan orang yg ada disekitar gue. Terutama lo (Nama..) maafin gue,maafin gue. Gue nyesel! Gk seharusnya gue bertindak seperti waktu itu. Harusnya gue lebih peka sama lo." Batinnya.

*

Derap langkah kaki yg terburu buru sangat terdengar dilorong rumah sakit yg bisa dibilang sepi.

'Ceklek'

Ia membuka pintu ruangan ini. Dan menatap kedua remaja pria dihadapanya. Nafasnya memburu.

"Al.. (Namakamu) kenapa lagi?" Tanya wanita paruh baya ini sambil menggoyang goyangkan bahu Aldi.

"Kata dokter,keadaan (Namakamu) semakin buruk tan. Tadi disekolah ia terlalu banyak mengeluarkan darah. Dan penangananya yg bisa terbilang lambat. *iniasalbgt-,-*" ucap Aldi lemas sambil menatap (Namakamu) yg terbaring lemah di ranjang rumah sakit ini.

Iqbaal yg sedang duduk dikursi samping ranjang (Namakamu) hanya mampu tertunduk dan menggenggam tangan gadis itu erat. Ia tidak mau kehilangan gadis ini. Sungguh! Alasanya,karena ia mencintai gadis ini.

Wanita paruh baya ini membekap mulutnya. "Kamu serius? Terus,apa dokter bilang kalau (Namakamu) bisa sembuh?" Tanya Tante Andien.

Aldi pun tersenyum miris. "Bisa,cuma 5% ia bisa sembuh. Karena kankernya semakin menyebar ke organ tubuhnya yg lain." Jelas Aldi. Iqbaal yg mendengarnya pun makin menggenggam tangan gadis ini erat. Ia belum siap jika gadis ini harus pergi meninggalkannya.

Tante Andien pun langsung terduduk di sofa dengan tubuh yg lemas. Apa yg harus ia lakukan agar anaknya sembuh? Untuk sembuh pun hanya 5%.

"Aku bodoh tuhan.. aku menyesal,telah mengabaikanya begitu saja. Maafkan aku tuhan,telah mengabaikan titipan mu itu. Maafkan aku. Aku mohon,beri dia waktu lebih lama. Aku berjanji akan menjaganya dengan baik. Tapi,jika engkau ingin mengambilnya kembali aku ikhlas. Asalkan engkau mau menjaganya lebih baik." Batin Tante Andien dengan air mata yg terus mengalir dipelupuk matanya.

"Hh!Hh!Hh!" Tubuh gadis ini mengangkat. Nafasnya seperti tercekat. Semua yg berada diruangan ini langsung panik.

"(Namakamu).. please,kamu bertahan!" Ucap Iqbaal yg memang berada disampingnya. Ia pun langsung menekan tombol putih yg berada disamping ranjang gadis ini.

Aldi dan Tante Andien yg melihatnya langsung menghampiri gadis itu.

"Kamu bertahan nak,kamu harus kuat. Mama sayang sama kamu. Kamu jgn tinggalin mama secepat ini." Batin Tante Andien. Air matanya semakin deras kala melihat nafas anaknya itu semakin tercekat.

"(Nama...) lo harus bertahan. Gue disini (Nama..)! Gue janji kalau lo sadar nanti,gue bakal ngabisin waktu bareng lo berdua. Lo harus kuat." Batin Iqbaal. Air matanya kembali mengalir.

"Gue yakin lo perempuan yg kuat (Nama..). Lo tega? Ninggalin kita gitu aja?" Batin Aldi. Mata pria ini mulai memanas.

Tak lama.. pintu terbuka. Menampilkan seorang dokter. "Dok anak saya dok! Anak saya. Saya mohon,dokter selamatkan anak saya." Mohon tante Andien kepada sang dokter.

"Sebaiknya kalian tunggu diluar. Kami akan berusaha untuk menyelamatkan gadis ini." Ucap dokter ini. Para suster yg bertugas membantu dokter ini pun menggiring ke-3 nya untuk keluar dari ruangan operasi ini.

Bersambungg....

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang